PSIKOLOGI ABNORMAL & PSIKOPATOLOGI WENI ENDAHING WARNI, M.Psi, Psi WINDAH RISKASARI, M.Psi, Psi
PENGGOLONGAN DAN KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS (Pertemuan Ke-4)
KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS PERILAKU ABNORMAL (PPDGJ III) Diagnostic and Statistical Manual Of Mental Disorder (DSM) : Sistem klasifikasi gangguan-gangguan mental yg paling luas diterima. Menggunakan kriteria diagnostik spesifik utk mengelompokkan pola-pola perilaku abnormal yg mempunyai ciri-ciri klinis yg sama dan satu sistem evaluasi yg multiaksial
Revisi DSM 1952 APA mengeluarkan DSM untuk pertama kalinya 1968 DSM II 1980 DSM III 1987 DSM III R 1994 DSM IV Juni 2000 “revisi teks” DSM IV TR
Ppdgj I PPDGJ I Terbit tahun 1973 Nomor kode dan diagnosis mengacu pada ICD 8 ( International Clasification of Desease -8 )- WHO Sistem Numerik Nomor kode : 290 - 315
Ppdgj ii Diterbitkan pada tahun 1983 Diagnosis mono aksial Nomor kode dan diagnosis : mengacu pada ICD-9 ( sistem numerik ) Konsep klasifikasi dengan kelas diagnosis memakai kriteria diagnosis DSM ( The Diagnosis statistical manual of mental disorder)
Ppdgj iii Diterbitkan pada tahnun 1993 Diagnosis multi-aksial Nomor kode dan diagnosis merujuk pada ICD- 10 Konsep klasifikasi dengan hirarki blok memakai pedoman diagnoosis ICD-10 Diagnosis multi aksial menurut DSM-1 (APA)
Hirarki penggolongan ppdgj Gangguan mental organik dan simptomatik Gang mental & perilaku akibat zat psikoaktif Schizofrenia, Gg schizotipal dan waham Gg suasana perasaan Gg Neurotik, gg somatoform & gg stress Sindrom perilaku yg berhub dg gg fisiologis dan faktor fisik
Gg kepribadian dan perilaku masa Dewasa Retardasi mental Gg perkembangan psikologis Gg perilaku dan emosional Kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinik
Axis I F 00 – F 09 : Gangg mental organik (+simptomatk) F 10 – F 19 : Gang mental & perilaku zat psikoaktif F 20 – F 29 : Schizofrenia, schizotipal & gg waham F 30 – F 39 : Gg suasana perasaan (mood/afektif) F 40 – F 49 : Gg neurotik, somatoform-> gg terkait stress F 50 – F 59 : Sindroma perilaku gg fisiologis
Axis ii F 60 : Gg Kepribadian khas F 60.0 : Gg kepribadian paranoid F 60.1 : Gg kepribadian schizoid F 60.2 : Gg kepribadian disosial F 60.3 : Gg kepribadian emosional tak stabil F 60.4 : Gg kepribadian histrionik F 60.5 : Gg kepribadian anankastik
Axis iii Bab I A00 – B99 : Peny infeksi & parasit Bab II C00 – D 99 : Neoplasma Bab IV E00 – G 99 : peny endokrin, nutrisi dan endokrin Bab VI G00 – G59 : peny susunan syaraf Bab VII H00 – H 59 : peny mata dan adneksa Bab VIII H60-H99 : Peny telinga dan proses mastoid
Axis iv Masalah dengan primery support group Masalah berkaitan lingkungan sosial Masalah pendidikan Masalah pekerjaan Masalah Perumahan Masalah ekonomi Masalah akses dan pelayanan kesehatn
Axis v 100 – 91 : gejala tak ada, fungsi maksimal 90 – 81 : gejala minimal, fungsi baik, 80 – 71 : gejala sementara dan dpt diatasi 70 – 61 : Beberapa gejala ringan & menetap 60 – 51 : Gejala sedang, disabiltas sedang 50 – 41 : gejala berat, disabilitas berat 40 -39 : disabilitas dlm bbrp realita, disabilitas berat dlm beberapa fungsi
Contoh penulisan dx Multiaxial Aksis I : F 32.2 Episode depresif tanpa gejala psikotik Aksis II : F 60.7 Gang kepribadian defensif Aksis III : tidak ada Aksis IV : Ancaman kehilangan pekerjaan Aksis V : GAF 53
DSM Suatu Sistem Multiaksial Sistem DSM terdiri dari 5 Aksis : Aksis I : Sindrom Klinis Aksis II : Gangguan Kepribadian & Retardasi Mental Aksis III : Kondisi-kondisi Medis Umum Aksis IV : Problem Psikososial & Lingkungan Aksis V : Assessment Fungsi Secara Global (GAF)
Kekuatan & Kelemahan DSM Kekuatan meliputi penggunaan kriteria diagnostik spesifik & suatu sistem multiaksial utk memberikan gambaran yg komprehensif ttg bgmn seseorang berfungsi. Kelemahan ttg reliabilitas & validitas dari kategori- kategori diagnostik ttn & bagi bbrp orang, krn mrpkn adopsi kerangka model medis utk menggolongkan pola perilaku abnormal
Reliabilitas : suatu alat ukur perilaku abnormal hrs reliabel, dpt memberikan hasil yg sama bila dilakukan pd kesempatan yg berbeda, juga orang yg berbeda dpt memeriksa alat ukur tersebut. Validitas : sampai derajat mana instrumen tsb mengukur apa yg ingin diukur, spt validitas isi, kriteria, konstruk.
Kasus M seorang ibu rumah tangga berusia 41 tahun, seringkali mengeluh pusing dan mual, ketika berobat ke Puskesmas M diberi obat sakit kepala oleh Dokter. Setelah beberapa hari dan obat telah habis diminum penyakit M tidak kunjung sembuh. Suatu hari M datang ke Puskesmas dan meminta surat sakit dari Dokter, dalam surat itu M meminta Dokter memberikan keterangan bahwa M selama sakit (kurun waktu 2 minggu) tidak diperbolehkan Dokter untuk melayani Suami (berhubungan seksual). Pada saat itu Dokter mencoba untuk menuruti permintaan M dan memberikan surat keterangan sakit yang isinya sesuai yang diminta oleh M. Informasi lain tentang M adalah bahwa ia sudah 2 kali menikah. M bercerai dengan suami pertama yang merupakan pilihan orang tua, M seringkali menyalahkan orang tua, M menganggap pilihan jodoh dari orang tua salah sehingga M meminta cerai. Sedangkan suami kedua (T) merupakan pilihan M sendiri, yang merupakan mantan pacar saat SMA. Selama menikah dengan T, M selalu terlihat murung, khususnya saat T berada dirumah atau tidak sedang bekerja. T bekerja sebagai sopir taxi yang setiap saat bisa pulang kerumah. Menurut M, setiap pulang kerumah T selalu meminta berhubungan seksual, dan M juga selalu menuruti keinginan suami/ tidak berani menolak dengan alasan takut akan diceraikan jika menolak. M berusaha sekuat tenaga mempertahankan rumah tangganya meskipun ia merasa tersiksa karena gengsi dengan orang tua, tidak mau diketahui orang tua bahwa pilihannya juga salah.
(nilai maksimal 100 point) Dari kasus diatas, tentukan aksis dibawah ini, dengan mempertimbangkan fakta yang ditemukan dari uraian kasus diatas ! Aksis I Aksis II Aksis III Aksis IV Aksis V (nilai maksimal 100 point)