ANAFILAKSIS Haryson Tondy Winoto, dr. Msi.Med. Sp.A Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Bab 7 Gizi Buruk.
Advertisements

ALERGI OBAT (FKG) Dr. Rahmatini M. Kes Bagian Farmakologi & Terapi
KEDARURATAN SUHU DAN KERACUNAN.
FIRST AID “Pertolongan Pertama Selamatkan Jiwa” Anchi PP KSR Dasar
Bab 5 Diare.
Tiga dari hal2 yg ada dibawah ini terdapat pd klien
HIPERSENSITIVITAS Oleh : Netti Suharti.
Reaksi Alergi Hipersensitivitas Aldo Candra ( )
KESEHATAN TENTANG DIARE.
ENCEPHALITIS.
Suatu respon imun yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan bahkan dapat menyebabkan kematian Alergen: antigen yg dpt memprovokasi respon hipersensitif.
OLEH: Rina Yuniarti, S.Farm, Apt.
PENANGANAN ASMA AKUT DAN KRONIK
LUKA BAKAR.
REAKSI ALERGI OBAT DAN PENANGANANNYA
CARA PENYUNTIKAN VAKSIN RABIES
Penyakit Asma Akibat Kerja
Menghitung Tetesan Infus
OBAT ANTI ALERGI & ANTI ANAFILAKSIS
Kata malaria berasal dari bahasa Italia yaitu Male dan Aria yang berarti hawa buruk. Pada zaman dulu, orang beranggapan bahwa malaria disebabkan oleh udara.
EMERGENCY IN DENTAL PRACTICE
KEJANG PADA BAYI BARU LAHIR
PRINSIP-PRINSIP PEMBERIAN OBAT
ASMA BRONKHIALE Suharno, S.Kep.,Ners.,M.Kes.
Kegawatdaruratan selama Pengenalan Kehidupan Kampus (PKK)
KEGAWAT DARURATAN MEDIK GIGI
Program Pengendalian Penyakit ANTHRAX
JANTUNG KORONER Tessa Ayu Koropit.
Dermatitis Atopik Peradangan kulit yang melibatkan perangsangan berlebihan (alergi) Melibatkan limfosit dan sel mast Histamin dari sel mast menyebabkan.
Manajemen Terpadu Balita
DIFTERIa.
MEMAHAMI PEMBERIAN IMUNISASI PASIF PADA BAYI, BALITA & ANAK
Syok anafilaktik Nasman Puar Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif
HIPERSENSITIFITAS Lisa Andina, S.farm, Apt..
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) LANJUTAN Riana Aini, Amd.Keb.
KERACUNAN.
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) LANJUTAN.
ENCEPHALITIS.
INFEKSI AKUT KASUS OBSTETRI
TUGAS PATOLOGI DIFTERI.
Disusun oleh: NOPIA NUR HAYATI
NEURODERMATITIS SIRKUMSKRIPTA
Tanda dan Gejala Anafilaksis
18 DIABETES DAN ALERGI KULIT SEMBUH OLEH BIOSPRAY
Obat Darurat yang Dapat Digunakan
Penatalaksanaan Diare Berdasarkan MTBS
Jurnal Reading Perbandingan Dopamin dan Norepinephrine dalam Pengobatan Syok Pembimbing Dr nunung SpAn Disusun oleh Yudha Ramdani ( ) KEPANITRAAN.
Syok Anafilaktik.
Nama: Franciska Danik Sandrayanti NPM:
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
Dr.Yuliani M Lubis, SpTHT-KL
KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI (KIPI) WINNIE TUNGGAL MUTIKA
GIZI BURUK.
PENATALAKSANAAN SYOK ANAFILAKTIK
LEBIH BAIK MENCEGAH DARIPADA MENGOBATI dr. Puspa Rosfadilla, M.Ked (Paru), Sp.P.
KEDARURATAN SUHU DAN KERACUNAN.
BANTUAN DASAR PADA KASUS NON TRAUMA
OBAT OTONOM Laboratorium Farmakologi
GANGGUAN KESADARAN (PERUBAHAN STATUS MENTAL)
PERDARAHAN DAN SYOK Perdarahan : Perdarahan Nadi ( Arteri )
Syok anafilaktik PKM ANREAPI. Syok Suatu sindrom klinik yang mempunyai cici-ciri berupa : Hipotensi Takikardi Hipoperfusi (urine
IMUNOTERAPI Maret 2012.
ANAFILAKSIS IMTIHANAH AMRI.
Alergi Susu Sapi Dr. Rahma, M.Kes, Sp.A.
Asma Bronkiale & PPOK dr. Ketut Aditya R. Puskesmas Lindi.
CHAIRANISA ANWAR, SST., MKM
Ns. Yanti Rostianti, S.Kep, M.SI
Apakah Diabetes itu ? Diabetes merupakan keadaan yang timbul karena ketidakmampuan tubuh mengolah karbohidrat/glukosa akibat kurangnya jumlah insulin.
AGD DINKES Prov. DKI JAKARTA. S H O C K merupakan kondisi mengancam jiwa yang terjadi saat tubuh tidak mendapatkan aliran darah yang adekuat Kumpulan.
Transcript presentasi:

ANAFILAKSIS Haryson Tondy Winoto, dr. Msi.Med. Sp.A Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Anafilaksis  Respons klinis hipersensitivitas yang akut, berat dan menyerang berbagai macam organ.  Reaksi hipersensitivitasinimerupakansuatureaksi hipersensitivitas tipe cepat (reaksi hipersensitivitas tipe I), yaitu reaksi antara antigen spesifik dan antibodi spesifik (IgE) yang terikat pada sel mast.  Sel mast dan basofil  mengeluarkan mediator  efek farmakologik terhadap berbagai macam organ

Sensitisasi atopic 1. Pajanan antigen (alergen) 2. Respons pembentukan IgE 3. Terikatnya IgE pada sel mast Reaksi atopik 1.Terpapar ulang dengan antigen yang sama 2.Interaksi antigen-IgE spesifik di sel mast 3.Pelepasan mediator oleh sel mast 4.Efek mediator pada berbagai organ Rangkaian reaksi hipersensitivitas tipe cepat

Etiologi

Sistem Umum(prodromal) Kulit Mukosa Pernapasan Jalan napas atas Jalan napas bawah Gastrointestinal Susunan saraf pusat Gambaran Klinis Anafilaksis Gejala dan tanda Malaise,lemah,rasa sakit Urtikaria,eritema Edema periorbita, hidung tersumbat dan gatal, angioedema, pucat, sianosis Bersin, pilek, dispnu, edema laring, serak, edema lidah dan faring, stridor Dispnu, emfisema akut, asma, bronkospasme, bronkorea Peningkatan peristaltik, muntah, disfagia, mual, kejang perut, diare Gelisah, kejang Mediator - Histamin SRS-A, histamin,lain- lain? Tidak diketahui

Adrenalin Larutan adrenalin (epinefrin) 0,01 mg/kgBB, maksimum 0,3 mg (larutan 1:1000  intramuskular atau subkutan pada lengan atas atau paha. Kalau anafilaksis terjadi karena suntikan, berikan suntikan adrenalin kedua 0,1-0,3 ml (larutan 1:1000) secara subkutan pada daerah suntikan untuk mengurangi absorbsi antigen. Dosis adrenalin pertama dapat diulangi dengan jarak waktu 5 menit bila diperlukan. Kalau terdapat syok atau kolaps vaskular atau tidak berespons dengan medikasi intramuskular, dapat diberikan adrenalin 0,1 ml/kgBB dalam 10 ml NaCl fisiologik (larutan 1:10.000) secara intravena dengan kecepatan lambat (1-2 menit) serta dapat diulang dalam 5-10 menit.

Intubasi dan trakeostomi Intubasi atau trakeostomi perlu dikerjakan kalau terdapat sumbatan jalan napas bagian atas oleh edema. Prosedur ini tidak boleh ditunda kalau sudah terindikasi. Turniket Kalau anafilaksis terjadi karena suntikan pada ekstremitas atau sengatan/gigitan hewan berbisa maka dipasang turniket proksimal dari daerah suntikan atau tempat gigitan tersebut. Setiap 10 menit turniket ini dilonggarkan selama 1-2 menit. Oksigen Oksigen harus diberikan kepada penderita penderita yang mengalami sianosis, dispneu yang jelas atau penderita dengan mengi. Oksigen dengan aliran sedang-tinggi (5-10 liter/menit) diberikan melalui masker atau kateter hidung.

Difenhidramin Difenhidramin  intravena (kecepatan lambat selama 5 – 10 menit), intramuskular atau oral (1- 2 mg/kgBB) sampai maksimum 50 mg sebagai dosis tunggal, tergantung dari beratnya reaksi. Yang perlu diingat adalah bahwa difenhidramin bukanlah merupakan substitusi adrenalin. Cairan intravena Untuk mengatasi syok  NaCl fisiologis dan glukosa 5% dengan perbandingan 1 : 4 sebanyak 30 ml/kgBB selama 1-2 jam pertama atau sampai syok teratasi. Bila syok sudah teratasi, cairan tersebut diteruskan dengan dosis sesuai dengan berat badan dan umur anak.

Aminofilin Apabila bronkospasme menetap, diberikan aminofilin intravena 4-7 mg/kgBB yang dilarutkan dalam cairan intravena (dekstrosa 5%) dengan jumlah paling sedikit sama. Campuran ini diberikan intravena secara lambat (15-20 menit). Tergantung dari tingkat bronkospasme, aminofilin dapat diteruskan melalui infus dengan kecepatan 0,2-1,2 mg/kgBB atau 4-5 mg/kgBB intravena selama menit setiap 6 jam. Bila memungkinkan kadar aminofilin serum harus dimonitor. Vasopresor Bila cairan intravena saja tidak dapat mengontrol tekanan darah, berikan metaraminol bitartrat (Aramine) 0,0l mg/kgBB (maksimum 5 mg) sebagai suntikan tunggal secara lambat dengan memonitor aritmia jantung, bila terjadi aritmia jantung, pengobatan dihentikan segera. Dosis ini dapat diulangi bila diperlukan, untuk menjaga tekanan darah. Dapat juga diberikan vasopresor lain seperti levaterenol bitartrat (Levophed) 1 mg (1 ml) dalam 250 ml cairan intravena dengan kecepatan 0,5 ml/menit atau dopamin (Intropine) yang diberikan bersama infus, dengan kecepatan 0,3-1,2 mg/kgBB/jam.

Kortikosteroid Kortikosteroid tidak menolong pada pelaksanaan akut suatu reaksi anafilaksis. Pada reaksi anafilaksis sedang dan berat kortikosteroid harus diberikan Kortikosteroid berguna untuk mencegah gejala yang lama atau rekuren. Mula-mula diberikan hidrokortison intravena 7-10 mg/kgBB lalu diteruskan dengan 5 mg/kgBB setiap 6 jam dengan bolus infus. Pengobatan biasanya dapat dihentikan sesudah 2-3 hari. Pengobatan suportif Sesudah keadaan stabil, penderita harus tetap mendapat pengobatan suportif dengan obat dan cairan selama diperlukan untuk membantu memperbaiki fungsi vital. Tergantung dari beratnya reaksi, pengobatan suportif ini dapat diberikan beberapa jam sampai beberapa hari.

PENCEGAHAN Pencegahan merupakan aspek yang terpenting pada penatalaksanaan anafilaksis. Anamnesis teliti Penggunaan antibiotik Uji kulit dan konjungtiva Uji kulit dan konjungtiva  antitoksin yang berasal dari serum hewan  dikerjakan sebelum diberikan. Jika diperlukan anti serum, sebisa mungkin diberikan preparat serum manusia.