Komunikasi Terapeutik Tahap Komunikasi Terapeutik
PENGERTIAN Terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan Mampu terapeutik berarti seseorang mampu melakukan Atau mengkomunikasikan perkataan, perbuatan, atau ekspresi yang memfasilitasi proses penyembuhan Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien Tw 2010
TUJUAN (STUARD DAN SUNDEEN’95) Kesadaran diri, penerimaan diri dan meningkatnya kehormatan diri Identitas pribadi yg jelas dan meningkatnya integritas pribadi Kemampuan membuat suatu keintiman, saling ketergantungan, hub. Interpersonal dgn kapasitas memberi dan menerima cinta Mendorong fungsi dan meningkatkan kemampuan terhadap kebutuhan yang memuaskan dan mencapai tujuan pribadi yang realistis Tw 2010
Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri. Tw 2010
PRINSIP-PRINSIP Klien harus merupakan fokus utama dari interaksi Tingkah laku professional mengatur hubungan terapeutik Membuka diri dapat digunakan hanya pada saat membuka diri mempunyai tujuan terapeutik Hubungan sosial dengan klien harus dihindari Kerahasiaan klien harus dijaga Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan pemahaman Tw 2010
Implementasi intervensi berdasarkan teori Memelihara interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat penilaian tentang tingkah laku klien dan memberi nasihat Beri petunjuk klien untuk menginterprestasikan kembali pengalamannya secara rasional Telusuri interaksi verbal klien melalui statemen klarifikasi dan hindari perubahan subyek/topik jika perubahan isi topik tidak merupakan sesuatu yang sangat menarik klien. Tw 2010
KARAKTERISTIK Ada tiga hal mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik yaitu sebagai berikut: (Arwani, 2003 : 54). 1. Ikhlas (Genuiness) Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien barus bisa diterima dan pendekatan individu dengan verbal maupun non verbal akan memberikan bantuan kepada pasien untuk mengkomunikasikan kondisinya secara tepat. 2. Empati (Empathy) Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi pasien. Obyektif dalam memberikan penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak berlebihan. 3. Hangat (Warmth) Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan pasien dapat memberikan dan mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga pasien bisa mengekspresikan perasaannya lebih mendalam. Tw 2010
TEHNIK-TEHNIK Mendengar aktif Mendengar pasif Penerimaan Klarifikasi Observasi Diam (memelihara ketenangan); Assertive Menyimpulkan Giving recognition (memberiakan pengakuan/penghargaan)D Offering Sel (menawarakan diri); Tw 2010
Offering general leads (memberikan petunjuk umum); Giving broad opening (memberikan pertanyaan terbuka): Placing the time in time/sequence (penempatan urutan/waktu); Reflekting (Refleksi): Eksploring (Eksporasi); Presenting reality (menghadikan realitas/kenyataan); Voucing doubt (menunjukkan keraguan); Seeking consensual validation Tw 2010
Verbalizing the implied Encouraging evaluation (mendukung evaluasi): Fokusing Menawarkan informasi Attempting to translate into feeling (usaha menerjemahkan perasaan); Suggesting collaborating (menganjurkan kolaborasi): Encouragingformulation of plan of action (mendukung terbentuknya rencana tindakan): Estabilising guidelines (menyediakan petunjuk);
TAHAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK TAHAP PERSIAPAN/ PRA INTERAKSI TAHAP PEMBUKAAN/ PERKENALAN DAN ORIENTASI TAHAP EKSPLORASI/ KERJA TAHAP TERMINASI
1. Tahap Prainteraksi 2 kegiatan ; internal & eksternal A. internal kegiatan yang berhubungan dengan diri sendiri : orientasi tugas, peningkatan kesadaran terhadap peran dan fungsi dalam membina hub. dan menilai kekuatan dan kelemahan diri 1. Perawat mencoba menggali nilai-nilai dan mengembangkan sikap terbuka serta meningkatkan kesadaran akan peran, tugas, dan pentingnya diri dalam memberi bantuan pada orang lain.
2. Perawat menata diri untuk mengembangkan pola-pola konstruktif untuk membantu orang lain dengan memaximalkan kemampuan dan meminimalkan kekurangan diri dan meningkatkan kesadaran akan peran dan tugas yang diembannya B. Eksternal ; mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang klien yang akan dihadapinya sekaligus meningkatkan pengetahuan tentang pengelolan berbagai masalah kesehatan yang dialami klien secara konseptual
2. Tahap Orientasi Perawat dan klien bertemu dan belajar untuk mengidentifikasi masing-masing individu dengan menggunakan nama. Perawat memperkenalkan dirinya, baik secara lisan maupun tulisan. Perawat mengklarifikasi peran masing-masing pihak untuk menunjukkan tanggung jawab yang diemban dalam membina hubungan .
Pada tahap orientasi, dibuat kontrak dengan klien yang mencantumkan : Perawat berperan sebagai pemimpin (dalam hubungan) Perawat dituntut untuk lebih berperan aktif dan memulai setiap ide untuk membina hubungan. Pada tahap orientasi, dibuat kontrak dengan klien yang mencantumkan : 1. Nama individu yang terlibat 2. Peran perawat dan klien 3. Harapan perawat dan klien 4.Tanggung jawab perawat dan klien 5. Tujuan hubungan 6.Tempat pertemuan 7. Waktu dan lama pertemuan 8. Situasi terminasi 9. Kerahasiaan
Dengan adanya kontrak suatu hubungan profesional karena ada “rambu-rambu” yang memberi batasan hubungan perawat-klien KECUALI untuk pasien dengan gangguan kesadaran dan gangguan orientasi realitas Perawat berperan melakukan eksplorasi pikiran, perasaan, tindak-tanduk klien dan mengidentifikasi masalah serta menetapkan tujuan bersama klien dalam konteks hubungan profesional Tercapai kepercayaan antara kedua pihak (terbina hubungan saling percaya)
3. Tahap Kerja Perawat dan klien menggali masalah yang dialami klien untuk memenuhi kebutuhan klien yang telah diidentifikasi sebelumnya pada masa orientasi Interaksi yang terjadi sifatnya essensial Perawat dan klien bertemu untuk menyelesaikan masalah dan membentuk hubungan yang saling menguntungkan secara profesional, yaitu mencapai tujuan yang telah ditetapkan
Tugas perawat memenuhi kebutuhan dan mengembangkan pola-pola adaptif klien. Selain sebagai pemberi pelayanan (care giver), peran perawat sebagai pengajar dan konselor (upaya meningkatkan motivasi klien untuk mempelajari dan melaksanakan aktifitas peningkatan kesehatan ) Interaksi yang memuaskan akan menciptakan situasi/ suasana yang meningkatkan integritas klien dengan meminimalkan ketakutan, kecemasan, ketidakpercayaan dan tekanan pada klien
4. Tahap Terminasi Dimulai ketika klien dan perawat memutuskan untuk mengakhiri,buhungan dengan klien Tahap terminasi disini adalah bersifat permanen (klien telah sembuh atau akan dipindah ke unit lain yang tidak memungkinkan lagi pertemuan), terminasi yang bersifat temporer terjadi ketika perawat dan klien berpisah pada akhir shift Perawat dan klien saling merasa kehilangan
Tugas perawat menghadapi realitas perpisahan yang tidak dapat dingkari Klien dan perawat bersama-sama meninjau kembali proses hubungan yang terbentuk, mencapai tujuan hubungan, serta menggali perasaan yang timbul akibat terminasi Hadapi fase terminasi dengan konsep kehilangan
Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan 1. Sikap perawat a. Berhadapan menunjukkan/ memberi isyarat “ Saya Siap Untuk Anda” b. Mempertahankan kontak mata Kontak mata sejajar menunjukkan perawat menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi c.Membungkuk kearah klien akan memberi makna ada keinginan untuk menyatakan atau mendengarkan sesuatu
c. Mempertahankan postur terbuka tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi Hall dalam Kozier (1995) ; menyatakan bahwa hubungan intim ; 1. berjarak dari nol – 45 cm (kontak tubuh) 2. Hubungan personal memiliki jarak 45 – 120 cm 3. Hubungan sosial berjarak 1,2 – 3,6 meter 4. Hubungan publik berjarak lebih dari 3,6 meter Keintiman juga tercermin dari sentuhan tubuh, kemampuan merasakan bau tubuh, dan kehangatan suhu tubuh, frekuensi dan kualitas kontak mata yang terbentuk. d. Rileks 1. Akan menciptakan iklim yang kondusif bagi klien untuk tetap melakukan komunikasi dan memungkinkan pengembangan komunikasi. 2. Tercipta melalui posisi tubuh yang digunakan selama komunikasi, intonasi pembicaraan, dan penggunaan kata-kata yang tepat atau mengandung humor 3. Meningkatkan kepercayaan dan keterbukaan diri dan perawat tetap mempertahankan kesan profesional
2. Materi Hubungan Materi dalam komunikasi terapeutik diorientasikan untuk mencapai tujuan hubungan. Isi (content) komunikasi sesuai dengan kontrak yang telah dibuat antara klien dan perawat sehingga nilai hubungan profesional tetap terjaga 3. Komunikasi terapeutik Penting sekali seorang perawat memiliki ketrampilan berkomunikasi supaya komunikasi yang dilakukan berguna untuk mempertahankan hubungan perawat-klien, mempengaruhi perilaku klien menuju pola-pola kesehatan, meningkatkan integritas klien, sehingga dapat mengatasi masalah klien
Syarat Menciptakan Komunikasi Yang Efektif Semua komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga diri pemberi dan penerima pesan Komunikasi yang menciptakan saling pengertian harus dilakukan lebih dahulu sebelum memberi saran, informasi, ataupun masukan
TEHNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK 1. Diam 2. Mendengar 3. Menghadirkan topik pembicaraan yang umum Pengertian Tenang, tidak melakukan pembicaraan selama beberapa detik atau menit 2. Proses aktif penerimaan informasi dan penelaahan reaksi seseorang terhadap pesan yang diterima 3. Menggunakan pernyataan atau pertanyaan yang mendorong klien untuk berbicara. Memilih topik pembicaraan, memfasilitasi kelanjutan pembicaraan Contoh Duduk/ berjalan bersama klien dengan tenang sambil menunggu klien menyampaikan pikiran dan perasaannya Oh … ya… mmm… ehh… 3. “ Mungkin ada yang ingin bapak diskusikan drengan saya?’ “ Adakah yang ingin saudara sampaikan ?’ “Baik … saya akan mendengarkan apapun yang ibu katakan nantinya..” “Lalu, kemudian …apa lagi…?
TEHNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK 4.Menspesifikkan 5. Menggunakan pertanyaan terbuka Membuat pernyataan yang lebih spesifik dan tentatif Menanyakan sesuatu yang bersifat luas, yang memberi klien kesempatan untuk mengeksplorasikan (mengungkapkan, klarifikasi, menggambarkan, membandingkan/ mengilustrasikan) “Tampaknya anda sedang tidak ingin bicara?” (tentatif) “Anda kok diam saja ?” (umum) “Apa sekarang anda tidak nafsu makan ?” (umum) “Apakah anda tidak menyukai makanan yang tadi disajikan ?” (tentatif) “Saya ingin mendengar lebih banyak tentang mengapa anda dirawat disini?” “Ceritakan kepada saya keluhan anda ?” “Apa yang anda rasakan saat ini?” “Apa pendapat bapak?”
TEHNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK 6. Sentuhan 7. Mengecek persepsi atau validasi 8. Menawarkan diri Melakukan kontak fisik untuk meningkatkan kepedulian Metoda yang sama dengan klarifikasi, tetapi pengecekan dilakukan terhadap kata-kata khusus yang disampaikan klien Menawarkan kehadiran, perhatian dan pemahaman tentang sesuatu Meletakkan tangan diatas tangan klien Klien : “suami saya tidak pernah memperhatikan saya ?” Perawat: “Apakah maksud Ibu selama menikah sampai sekarang suami tidak memberi perhatian kepada ibu?” Klien: Bukan begitu, tetapi saya merasa begitu dua bulan terakhir?” “Bolehkah saya menemani ibu disini?” Saya akan membantu ibu berjalan menuju kamar mandi
TEHNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK 9. Memberi informasi Memberi informasi faktual secara spesifik tentang klien walaupun tidak diminta. Apabila tidak mengetahui informasi yang dimaksud, perawat menyatakan ketidaktahuannya dan menanyakan orang yang dapat dihubungkan untuk mendapatkan informasi “ Anda akan merasa mual sedikit setelah obat dimasukkan” “Operasi akan dilaksanakan jam 10 besok pagi” “Saya kurang tahu rencana tindakan berikutnya, tapi akan saya konfirmasikan dengan perawat kepala”
.
thank you