BAB XII SILOGISME KATEGORIS Pertemuan 12 Matakuliah : L0022 – Filsafat Ilmu dan Logika Tahun : 2007 BAB XII SILOGISME KATEGORIS Pertemuan 12
Tujuan: Mahasiswa mampu menerapkan pengertian silogisme, silogisme kategoris, hukum-hukum silogisme kategoris dalam berbagai aktivitas ilmiahnya selaku seorang psikolog Bina Nusantara
Silogisme Adalah kesimpulan atau penyimpulan yang ditarik dari 2 keputusan atau 2 premis. Keputusan berhubungan erat dengan premis. Jika premis-premisnya benar, maka kesimpulannya juga benar. Bina Nusantara
Silogisme Kategoris Silogisme Kategoris berarti argumen yang terdiri atas tiga proposisi kategoris yang saling berkaitan, 2 menjadi dasar penyimpulan dan 1 menjadi kesimpulan yang ditarik/konklusi. Argumen mengandung 3 proposisi: S kesimpulan yang disebut term minor P kesimpulan yang disebut term mayor M term antara/pembanding (tidak termasuk dalam kesimpulan) Contoh: Semua burung (M) bersayap (P) Semua elang (S) adalah burung (M) Maka, Semua elang (S) bersayap (P) Bina Nusantara
Hukum Silogisme Kategoris Menyangkut term-term Tidak boleh mengandung lebih/kurang dari tiga term Term M tidak boleh masuk kesimpulan Term S dan P dalam kesimpulan tidak boleh lebih luas daripada dalam premis-premis Term M harus 1 kali universal saja Bina Nusantara
Menyangkut keputusan-keputusan: Jika kedua premis positif, kesimpulan harus positif juga Kedua premis tidak boleh negatif Kedua premis tidak boleh partikuar (1 premisnya harus universal) Kesimpulan harus sesuai dengan premis terlemah Bina Nusantara
Susunan Silogisme yang Valid Menurut posisi/tempat term antara (M), ada 4 bentuk yang valid: M P S M S P P M M S Bina Nusantara
Menurut bentuk keputusan AEIO, ada 16 bentuk (tetapi hanya 8 bentuk yang valid) : Bina Nusantara
Hukum-Hukum Bentuk Silogisme (Menurut Luas dan Bentuk) Bentuk I: A uM + pP A uA + pM uS + pP Premis minor harus afirmatif, premis mayor harus universal Cth: Minyak bumi mudah terbakar Bensin adalah minyak bumi Jadi, Bensin mudah terbakar Bina Nusantara
A uM + pP E uM – uP I pS + pM A uS - pM pS + pP uS - Up Bentuk 2: Salah satu premis harus negatif, Premis mayor harus universal A uP + pM A uP + pM E uS - uP O pS - uM uS - uP pS - uP Bina Nusantara
E uP – uM E uP - uM A uS + pM I pS + pM uS – uP pS - uP Bentuk 3: Premis minor harus positif, kesimpulan harus partikular, salah satu premis harus universal. A uM + pP A uM + pP A uM + pS I pM + pS pS + pP pS + pP Bina Nusantara
E uM - uP E uM - uP A uM + pS I pM + pS pS - uP pS - uP I pM + pP O pM – uP A uM + pS A uM + pS pS + pP pS - uP Bina Nusantara
Jika premis mayor afirmatif, premis minor harus universal Bentuk 4: Jika premis mayor afirmatif, premis minor harus universal Jika premis minor afirmatif, kesimpulannya harus partikular Jika salah satu premis negatif, premis mayor harus universal Bina Nusantara
A uP + pM A uP + pM A uM + pS E uM – uS pS + pP uS – u P E uP – uM I pP + pM A uM + pS A uM + pS pS – uP pS + pP Bina Nusantara