Diagnosis dan Penilaian Kecacatan utk PAK

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
PENGENALAN JAMSOSTEK Nusye Ismail.
Advertisements

Praktek Profesi Keperawatan KMB 1
Risqi Pratama, S. Si. SMP VIP Al Huda Jetis Kutosari Kebumen 2013
PENILAIAN KINERJA K3.
PETA KONSEP RANGKA Tulang Rawan Tulang Keras Jaringan Ikat.
PENYAKIT AKIBAT KERJA.
1. DATA DASAR 2. PENGKAJIAN DAN RENCANA
ILMU ALAMIAH DASAR KELOMPOK 8 PBA (C) 2012/2013.
Sistem Gerak Pada Manusia
Topik: CACAT AKIBAT KERJA Oleh: DR dr Suma’mur PK, MSc , SpOk
LUKA BAKAR.
SISTEM GERAK PADA MANUSIA RANGKA dan OTOT
Anatomi tubuh manusia.
Dasar Hukum Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 92 ayat (4) dan Pasal 107 mengamanatkan Pemerintah untuk memberikan perlindungan.
PROSEDUR PEMERIKSAAN PENYAKIT
PEMERIKSAAN KESEHATAN TENAGA KERJA
Penyakit Kelainan genetik
PEMERIKSAAN FISIK PADA IBU, BAYI DAN ANAK BALITA
SOSIALISASI JAMINAN KECELAKAAN KERJA (JKK) & JAMINAN KEMATIAN (JKM) BAGI APARATUR SIPIL NEGARA PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI Yogyakarta, 14 – 16 April.
SISTEM GERAK PADA MANUSIA oleh: ida rianawaty
Rangka manusia terbagi menjadi 3 kelompok yaitu : a
Asuransi Kecelakaan Diri Alumni SMAN 28 - VOBE
SISTEM GERAK PADA MANUSIA
Rematik (Arthritis).
Deteksi Penyakit dari Tanda pada Kulit dan Kuku
ANEMIA Oleh : puspitasari.
ANATOMI MANUSIA ( STRUKTUR & KOMPONEN TUBUH MANUSIA )
BAB III SISTEM GERAK MANUSIA
Dosen : Ratih Setyaningrum,MT
PENGKAJIAN BAYI BARU LAHIR
ANAMNESA,PEMERIKSAN FISIK,ANAMNESA DAN ASUHAN PADA BAYI BARU LAHIR
Asuhan Neonatus,Bayi,Balita dan Pra Sekolah
OLEH : AULIANTI IRIANA, S.T
PENgKAJIAN DATA PADA NEONATUS,BAYI BARU LAHIR,BAYI,BALITA DAN ANAK PRA SEKOLAH TIA ELPIKA
SISTEM GERAK PADA MANUSIA
Anamnesa, pemeriksaanfisik, diagnoa dan masalah potensial, merencanakan asuhan, mengimplementasikan rencana asuhan tentang neonatus, bayi, balita dan anak.
ARDIYA REGITA PRAMESTI BIMA NAFI NURCAHYO KARMELIA SUWANTI
RAHASIA SEHAT DIBALIK GERAKAN SHOLAT
Presentasi Penyakit Down syndrome dan Kelainan XYY
PEMERIKSAAN FISIK PADA
Anamnesa dan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir
Sistem Rangka.
Sindrom Guillain–Barré
PENGKAJIAN BAYI BARU LAHIR
Konsep Dasar Ergonomi Kerja
TRAUMA 2.
ANUGERAH INOVASI PROPINSI LAMPUNG
Berlinda Nurcahya Dea Maudi Parahita Rifdah XI – IPA 2
INFEKSI AKUT KASUS OBSTETRI
BIMBINGAN BELAJAR HARAPAN BANGSA
GOUT Oleh Dr. Sri Utami, B.R. MS.
PENILAIAN KINERJA K3.
SINDROM MARFAN DAN ACHOO
Diagnosis dan Penilaian Kecacatan utk PAK
PENGKAJIAN BAYI BARU LAHIR,BAYI,BALITA DAN ANAK PRA SEKOLAH
TUGAS presentasi BIORE
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA
KELOMPOK 4 : NADILA RIANA PUTRI .S K PUTRI YANTI K TRIA HARYUNI .D K
SISTEM GERAK PADA MANUSIA
SISTEM GERAK MANUSIA Makhrus Ali SMAN 4 Bangkalan 19/09/2018
CEDERA SISTEM OTOT RANGKA
AIR YANG HYGIENIS  Oleh: ANI PUJIASTUTI.
DR. FARAH m. RIDWAN, SP.PD (promosi kesehatan 24 mei 2017)
Anggota : 1. Muhammad Ikzan 2. L. M. Riswandi 3. Hasrianti 4. Reski Rahayu 5. Reski Wahyuni.
PENGAWASAN PENERAPAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA, JAMINAN HARI TUA DAN JAMINAN KEMATIAN PADA SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL Oleh: DIREKTORAT PENGAWASAN.
LUKA BAKAR ( COMBUSTIO )
Kecelakaan kerja.
SISTEM GERAK MANUSIA. TULANG KERAS Compact bone RAWAN Hyalin.
Materi Dasar Tentang TB
Dipresentasikan oleh Enggar. Anatomi adalah: ilmu urai atau ilmu yang mempelajari tentang susunan tubuh dan hubungan bagian yang satu dengan yang lain.
Transcript presentasi:

Diagnosis dan Penilaian Kecacatan utk PAK Nurul Wandasari S, M.Epid Semester Genap 2012/2013 Prodi Kesehatan Masyarakat Univ Esa Unggul

Metode D/ PAK 1. Anamnesis tentang riwayat penyakit dan riwayat pekerjaanuntuk mengetahui kemungkinan salah satu faktor di tempat kerja, pada pekerjaan dan atau lingkungan kerja menjadi penyebab penyakit akibat kerja Riwayat pekerjaan harus ditanyakan kepada penderita dengan seteliti telitinya dari permulaan sekali sampai dengan waktu terakhir bekerja Introductory notes.

2. Pemeriksaan klinis dimaksudkan untuk menemukan gejala dan tanda yang sesuai untuk suatu sindrom, yang sering-sering khas untuk suatu penyakit akibat kerja Sebagai misal, pada keracunan kronis timah hitam (Pb; timbal) terdapat gejala dan tanda penyakit seperti garis timah hitam di gusi, anemia, kolik usus, wrist drop (kelumpuhan saraf lengan nervus ulnaris dan atau nervus radialis)

3. Pemeriksaan laboratoris untuk mencocokkan benar tidaknya penyebab penyakit akibat kerja yang bersangkutan atau produk mertabolisme dari padanya ada dalam tubuh tenaga kerja yang menderita penyakit tersebut Sebagai ilustrasi,:kadar timah hitam darah yang tinggi misalnya > 0,8 mg per 100 cc darah lengkap merupakan indikasi sangat kuat bahwa tenaga kerja dimaksud menderita keracunan timah hitam.

4. Pemeriksaan rontgen (sinar tembus) sering sangat membantu dalam menegak-kan diagnosa penyakit akibat kerja terutama untuk penyakit yang disebabkan penim-bunan debu dalam paru dan reaksi jaringan paru terhadapnya yaitu yang dikenal dengan nama pnemokoniosis. Hasil pemeriksaan sinar tembus baru ada maknanya jika dinilai dengan riwayat penyakit dan pekerjaan serta hasil pemeriksaan lainnya dan juga data lingkungan kerja

5. Pemeriksaan tempat dan ruang kerja yang dimaksudkan untuk memastikan adanya dan mengukur kadar faktor penyebab penyakit di tempat atau ruang kerja. Misal: kandungan udara 0,05 mg timah hitam/m3 udara ruang kerja tidaklah menyebabkan keracunan Pb, kecuali jika terdapat absorpsi timah hitam dari sumber lain atau jam kerja per hari dan minggunya sangat jauh melebihi batas waktu 8 jam sehari dan 40 jam seminggu

Kecacatan karena PAK Kecacatan PAK berdasarkan UU No 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja Cacat karena penyakit akibat kerja adalah keadaan hilang atau berkurangnya fungsi anggota badan karena kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja yang secara langsung atau tidak langsung mengakibatkan hilang atau berkurangnya kemampuan untuk menjalankan pekerjaan

cacat penyakit akibat kerja wajib disertai adanya diagnosa penyakit akibat kerja Dua jenis kecacatan adalah cacat anatomis (keadaan hilang anggota badan) dan cacat fungsi (keadaan berkurangnya fungsi anggota badan) yang meliputi bagian/organ tubuh seperti tangan, kaki, hidung, telinga, mata, alat kelamin, paru, jantung, usus, otak, dsbnya

Macam cacat tetap sebagian yang dapat berupa cacat anatomis atau cacat fungsi yang dimuat dalam Tabel, Lampiran II PP. No. 14 Tahun 1993 adalah: 1. Lengan kanan dari sendi bahu ke bawah; 2. Lengan kiri dari sendi bahu ke bawah; 3. Lengan kanan dari atau dari atas siku ke bawah; 4. Lengan kiri dari atau dari atas siku ke bawah; 5. Tangan kanan dari atau dari atas pergelangan ke bawah;

6. Tangan kiri dari atau dari atas pergelangan ke bawah; 7 6. Tangan kiri dari atau dari atas pergelangan ke bawah; 7. Kedua belah kaki dari pangkal paha ke bawah; 8. Sebelah kaki dari pangkal paha ke bawah; 9. Kedua belah kaki dari mata kaki ke bawah; 10. Sebelah kaki dari mata kaki ke bawah;

11. Kedua belah mata; 12. Sebelah mata atau diplopia pada penglihatan dekat; 13. Pendengaran pada kedua belah telinga; 14. Pendengaran pada sebelah telinga; 15. Ibu jari tangan kanan; 16. Ibu jari tangan kiri; 17. Telunjuk tangan kanan; 18. Telunjuk tangan kiri; 19. Salah satu jari lain tangan kanan; 20. Salah satu jari lain tangan kiri;

21. Ruas pertama telunjuk kanan; 22. Ruas pertama telunjuk kiri; 23 21. Ruas pertama telunjuk kanan; 22. Ruas pertama telunjuk kiri; 23. Ruas pertama jari lain tangan kanan; 24. Ruas pertama jari lain tangan kiri; 25. Salah satu ibu jari kaki; 26. Salah satu jari telunjuk kaki; 27. Salah satu jari kaki lain.

1. Terkelupasnya kulit kepala (cacat anatomis); 2 1. Terkelupasnya kulit kepala (cacat anatomis); 2. Impotensi (cacat anatomis atau cacat fungsi); 3. Kaki memendek sebelah: kurang dari 5 cm; 5 - 7,5 cm; 7,5 cm atau lebih (cacat anatomis); 4. Penurunan daya dengar kedua belah telinga setiap 10 desibel (cacat fungsi); 5. Penurunan daya dengar sebelah telinga setiap 10 desibel (cacat fungsi);

6. Kehilangan daun telinga sebelah (cacat anatomis); 7 6. Kehilangan daun telinga sebelah (cacat anatomis); 7. Kehilangan kedua belah daun telinga (cacat anatomis); 8. Cacat hilangnya cuping hidung (cacat anatomis); 9. Perforasi sekat rongga hidung (cacat anatomis); 10. Kehilangan daya penciuman (cacat fungsi);

11. Hilangnya kemampuan kerja fisik (cacat fungsi); 12 11. Hilangnya kemampuan kerja fisik (cacat fungsi); 12. Hilangnya kemampuan kerja mental tetap (cacat fungsi); 13. Kehilangan sebagian fungsi penglihatan; kehilangan efisiensi tajam penglihatan; kehilangan penglihatan warna; kehilangan lapangan pandang(cacat fungsi).

Baik cacat anatomis maupun cacat fungsi atau semua macam cacat karena PAK secara langsung/ tidak langsunghilang atau berkurangnya kemampuan untuk menjalankan pekerjaan

Contoh 1 : keracunan kerja oleh Pb mungkin menyebabkan cacat dalam arti berkurang/tidak mampu bekerja karena pekerja anemia anemia, tetapi mungkin pula menyebabkan cacat karena kelumpuhan otot lengan dan tangan Contoh 2 : Keracunan Cdkelainan paru/ginjal; maka cacat yang terjadi mungkin cacat paru/cacat ginjal Contoh 3 : Dermatosis akibat kerja dapat mengakibatkan cacat kulit, sedangkan asbestosis dapat mengakibatkan cacat paru

Penilaian Kecacatan karena PAK Didasarkan kepada ketentuan sebagai-mana diatur dalam Tabel, Lampiran II PP No. 14 Tahun 1993 Dalam pelaksanaannya, hilang/berkurangnya kemampuan kerja fisik yang disebabkan oleh hilang/berkurangnya fungsi organ/bagian tubuh demikian dinilai dari kemampuan kerja fisik yang bersangkutan

Persentase hilangnya kemampuan kerja fisik dibagi menjadi 3 (tiga) golongan yaitu 10% - 25%; 25 - 50%; dan 50 - 70%. Persentase santunan tunjangan untuk masing-masing golongan adalah 5, 20 dan 40% x upah

Nilai cacat tetap sebagian yang dapat berupa cacat anatomis atau cacat fungsi yang dimuat dalam Tabel, Lampiran II PP. No. 14 Tahun 1993 adalah: Macam cacat tetap sebagianNilai dalam % x upah 1. Lengan kanan dari sendi bahu ke bawah40 2. Lengan kiri dari sendi bahu ke bawah35 3. Lengan kanan dari atau dari atas siku ke bawah35