Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

KAJIAN KESASTRAAN KESUSASTRAAN = KE - SUSASTRA - AN

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "KAJIAN KESASTRAAN KESUSASTRAAN = KE - SUSASTRA - AN"— Transcript presentasi:

1 KAJIAN KESASTRAAN KESUSASTRAAN = KE - SUSASTRA - AN
SUSASTRA = SU – SASTRA SASTRA= tulisan/karya tulis Su = indah/bagus/baik = berisi imajinasi/fantasi Ke-an = kumpulan Kesusastraan = kumpulan tulisan yang indah (karangan yang melibatkan imajinasi/fantasi). Contoh: sastra prosa, puisi, dan drama prosa: roman, novel, cerpen Puisi: pantun, syair, gurindam, puisi baru, dan puisi kontemporer Drama: drama panggung,sinetron, dll.

2 Level pemahaman: literal, interpretif, dan applied (?)
Sastra lama: Karya sastra yang dihasilkan pada zaman sebelum Balai Pustaka atau sebelum tahun 1920-an. Karya-karyanya mencakup puisi, prosa, dan drama. Puisi lama: pantun, syair, gurindam Prosa : cerita rakyat/dongeng Drama : drama yang ditulis dalam bentuk puisi Isilah sampirannya! ……………………… ……ar Dengan bapa jangan durhaka ………………………… ang Supaya Allah tidak murka Barang siapa rajin belajar Hidupnya pasti akan senang Dengan ibu hendaklah hormat Supaya badan dapat selamat Wahai pemuda kenali dirimu Ialah perahu tamsil dirimu Tiadalah berapa lama hidupmu Ke akhirat jua kekal diammu

3 Kapan sastra Indonesia lahir?
Penggunaan istilah Indonesia tentu dilatari oleh kesadaran berbangsa/bernegara atau kesadaran nasionalitas. Kesadaran itu mendorong kelompok untuk berjuang. Perjuangan dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya berjuang dengan alat sastra. Sastra yang digunanak sebagai alat perjuangan itu dapat disebut Sastra Indonesia, yaitu sastra yang lahir setelah Kebangkitan Nasional (1908). Hal itu dapat dilihat pada karya-karya sastrawan Balai Pustaka (Siti Nurbaya oleh Marah Rusli dan Suropati oleh Abdul Muis). Zaman Kesastraan Balai Pustaka (1920-an) Balai Pustaka merupakan penjilmaan dari Taman Bacaan Rakyat yang didirikan oleh Kolonial Belanda. Pemasukan ide perjuangan ke-Indonesiaa-an ke dalam karya sastra yang diterbitkannnya merupakan keahlian para sastrawan (?) Sastrawan zaman ini banyak menghasilkan prosa Novel/Roman. Zaman Pujangga Baru (1933) Nama Pujangga Baru diangkat dari sebuah majalah yang terbit saat itu (Pujangga Baru). Ada 4 tokoh pilar (S. Takdir Alisyahbana, Armyn Pane, Sanusi Pane, dan Amir Hamzah). Mereka tidak bersedia menerbitkan karya-karyanya melalui Balai Pustaka(?). Karya-karya prosa a.l. Layar Terkembang dan Belenggu. Karya puisi didominasi oleh bentuk syair. Ada pula pengaruh asing, yakni Soneta (Itali, Belanda). Zaman Pendudukan Jepang dan ’45 Lahirnya ngkatan ini tercermin dalam Surat Pernyataan Gelangagang yang berisikan pandangan tentang kebudayaan dan pengembanannya. Kelompok ini tidak lagi meniru kelompok sasatrawan sebelumnya.

4 Mimesis dan Diegesis dalam Penciptaan Puisi
Mimesisi: Penciptaan karya sastra yang terinspirasi oleh alam. Sastra merupakan cermin realita alam, potret realita yang terkombinasi dengan kesadaran batin sastrawannya. Realita dalam karya sastra ciptaannya merupakan hasil imajinasi terhadap apa yang telah diamati dalam kehidupan. Impresionisme: Karya sastra yang merupakan hasil kesan mendalam penulis terhadap realita kehidupan. Diegesis: Penciptaan yang semata-mata bertumpu pada kesadaran batin personal penulis. Ekspresionisme: Karya cipta yang bertolak sepenuhnya dari kesadaran batin personal penulis. Pertanyaan: Adakah karya sastra yang mimesis murni atau diegesis murni? Mengapa?

5 Di Meja Makan Ia makan nasi dan isi hati Pada mulut terkunyah duka Tatapan matanya pada lain isi meja Lelaki muda yang dirasa Tidak lagi dimilikinya Ruang diributi jerit dada Sambal tomat pada mata Meleleh air racun dosa …………………………. Gradasi Pengaruh Subyktifitas dalam Pengungkapan 1. Pengungkapan secara langsung: Makna yang disampaikan tidak konotatif/apa adanya sebagai mana yang terucap atau yang tertulis. Pengngkapan ini nampak dalam karya ilmiah dan pidato resmi. 2. Pengungkapan secara tak langsung: terjadi penyesuaian dengan tanggapan, sikap, dan kesadaran subjektif pengarang. “Nenekku mati dengan sikap pasrah, karena sewaktu meninggal, senyuman tersungging dibibirnya” 3. Ujaran yang diceritakan: Paparan semata-mata berisi tindakan yang terdapat dalam batin pengarang.”Siang akan jadi dinganin, Tuhan dan angin telah tersedia. Biarkan aku sibuk dan cinta berangkat dalam rahasia” (Gunawan Muhammad)

6 Perlambagan/Semiotika
Puisi konvensional maupun kontemporer menggunakan perlambangan dalam menyampaikan maksud. 1. Iconic: lambang menyerupai apa yang dilambangkan, misalnya foto dan ilustrasi 2. Indexial: lambang mengasosiasikan adanya hubungan dengan lambang lain. Misal: rokok – api, kumis – lelaki, tongkat – kekuasaan, wanita – kelembutan(?) 3. Simbolik: lambang yang menunjukkan acuan tertentu dengan makna yang berlainan, makna tersebut bisa bersifat arbitrer maupun konvensional. Misal: Pada zaman pendudukan Jepang rumput – rakyat, akar rumput – semangat, terbakar – tertindas/sengsara Ada 4 pendekatan dalam memahami lambang 1. Pendkt Ekspresif: penyair sebagai subjek ekspresi (puisi merupakan kedalaman emosi dan suasana batin penulis. 2. Pendekt Mimesis: dunia cipta dianggap sebagai cermin dunia luar sastra 3. Pendekt Objektif: melihat karya sastra dengan tanpa mempertimbangkan faktor pengarang, dunia nyata, dan pembaca 4. Pendekatan Pragmatis: Pemaknaan yang sekedar untuk memperoleh keindahan dan nilai-nilai kehidupan. Horace dalam Wellek, “ Poetry is sweet and useful”

7 Kwatrin tentan Sebuah Poci Karangan Bunga
Pada keramik tanpa nama itu Tiga anak kecil Kulihat kembali wajahmu Dalam langkah malu-malu Mataku belum tolol ternyata Datang ke Salemba Untuk sesuatu yang tak ada Sore itu Apa yang berharga pada tanah liat ini Ini dari kami bertiga Selain separoh ilusi Pita hitam pada karangan bunga Sesuatu yang kelak retak Sebab kami ikut berduka dan kita membikinnya abadi Bagi kakak yang ditembak mati (Gunawan Muhammad, 1973) siang tadi Bangun Sruktur Puisi 1. Unsur yang dapat ditangkap indera (a) bunyi, (b) kata, (c) larik, (d) bait, dan (e) tipografi 2. Unsur yang tak tertangkap indera adalah makna Makna dalam puisi sangan dipengaruhi oleh bunyi yang terpilih, di antaranya: eofoni (merdu,riang, vitalistis), kakofoni (keras, mencekam), dan onomatope

8 EXPATRIAT KAMELIA Akulah adam dengan mulut yang sepi/ Gugusan hari-hari Putra surgawi = Indah bersamamu Yang damai, terlalu damai/ Kamelia Ketika bumi padaku melambai// Bangkitkan kembali Detik-detik bening= Rinduku mengajakku ke sana Memutih tengah malam/ Ingin ku berlari Ketika lembar-lembar asing= Mengejar sribu bayangmu Terlepas dari buku harian// Kamelia Dan/ esoknya terbukalah gapura/ Tak perduli kan kuterjang Pagi tumbuh dalam kabut itu juga/ Biarpun harus kutembus padang ilalang Ketika engkau pergi= Bersenyum usia yang sunyi// Tiba-tiba langkahku terhenti Langkah akan bergegas antara pohonan lengang/ Sejuta tangan tlah menahanku Bersama bayang-bayang unggas, bersama awan/ Ingin kumaki, mereka berkata Sementara arus hari= Tak perlu kau berlari Menyusup-nyusup indera ini// Mengejar mimpi yang tak pasti {Adakah yang lebih tak pasti/ Hari ini juga mimpi, maka biarkan Selain tanah kelahiran= Dia datang di hatimu Yang ditinggalkan pergi= Di hatimu Anak tersayang//} (Ebid G.A.D) (Gunawan Muhammad)

9 MATERI KAJIAN KESASTRAAN
Tujuan perkuliahan: memberikan bekal kepada siswa tentang teori dan pemahaman karya sastra (dewasa dan anak). 1. Hakekat kesusastraan. 2. Sejarah sastra Indonesia. 3. Teori pemahaman karya sastra. 5. Genre sastra 6. Sastra anak (puisi, prosa, dan drama).


Download ppt "KAJIAN KESASTRAAN KESUSASTRAAN = KE - SUSASTRA - AN"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google