Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
2
Sastra Korea dapat dibagi menjadi :
Sastra Lisan : Lagu daerah, dongeng, mitologi, dan lagu shaman Sastra Tulis : Sastra Hyangchal dan Sastra Hangeul Secara kronologis sastra Korea dibagi menjadi dua periode : Sastra Klasik : berkembang sejak Kerajaan Silla (6 M) – Kerajaan Joseon Sastra Modern: berkembang pada akhir Kerajaan Joseon berlanjut hingga sekarang
3
SASTRA KLASIK KOREA Sastra klasik Korea berkembang sejak zaman Tiga Kerajaan (5 SM-668 M). Dikembangkan berdasarkan kepercayaan tradisional rakyat Korea, yaitu pengaruh ajaran Taoisme, Konfusianisme, dan Buddhisme (pengaruh terbesar). Ajaran Konghuchu juga memberikan pengaruh yang cukup signifikan pada masa Dinasti Joseon. Ditulis dengan huruf Cina. Penggunaan huruf Korea dimulai pada masa Dinasti Joseon dengan ditemukannya Hunmingjeong-eum (abad 15).
4
Karya sastra yang ditulis dengan karakter Cina diminati oleh kalangan atas.
Karya sastra yang ditulis menggunakan huruf Hangeul dinikmati oleh wanita dan rakyat biasa. Jenis-jenis sastra klasik beserta contoh menurut gaya penulisannya adalah sebagai berikut : Sastra klasik berupa lirik yang terdiri dari hyangga, goryeo gayo, dan sijo. Sastra klasik berupa narasi yang terdiri dari novel. Sastra klasik yang dramatis terdiri dari drama boneka, drama saman, dan drama tari topeng. Sastra klasik berupa deskripsi yang terdiri dari buku harian, gasa, dan surat-surat.
5
SASTRA MODERN KOREA Sastra modern Korea muncul dengan latar belakang runtuhnya Dinasti Joseon pada permulaan abad ke-20 dan dilatarbelakangi oleh perkembangan realitas politik saat kekuasaan Jepang di Asia Timur. Dikembangkan berdasarkan pengaruh Barat yang tersebar melalui Jepang dan Cina. Selain pemikiran Kristiani, terdapat kecenderungan aspek artistik dan estetik yang terpengaruh Budaya Barat.
6
Perbedaan antara sastra klasik dan modern adalah penggunaan bahasanya
Perbedaan antara sastra klasik dan modern adalah penggunaan bahasanya. Bahasa yang digunakan dalam sastra klasik adalah Bahasa Cina, sedangkan sastra modern menggunakan Bahasa Korea yang menjadi fondasi sastra nasional. Untuk mengembangkan karya sastra nasional yang diciptakan menggunakan Bahasa Korea dan huruf Hangeul, terbentuklah gerakan bahasa dan sastra nasional. Periode sastra modern dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu: 1) Periode Sastra Pencerahan; 2) Periode Sastra pada Zaman Penjajahan Jepang; 3) Periode Sastra Divisi Nasional.
7
Periode Sastra Pencerahan
Perubahan klasik-modern pada periode ini lebih disebabkan karena adanya sistem pendidikan baru dan Gerakan Bahasa dan Sastra Nasional. Reformasi KABO (1894) membuat sistem pendidikan baru diberlakukan dan munculnya sekolah-sekolah baru dengan pengaruh gaya barat. Muncul surat kabar untuk mengapresiasikan karya sastra yang memuat sijo dan gasa. Muncul pula semacam organisasi atau perkumpulan pengarang-pengarang profesional dan penerbitan yang banyak mencetak karya-karya sastra.
8
Terdapat banyak ch’angga, shinceshi, dan chayushi
Terdapat banyak ch’angga, shinceshi, dan chayushi. Ch’angga dan shinceshi dianggap sebagai bentuk puisi baru yang memberikan kontribusi yang besar terhadap pembentukan chayushi modern. Chayushi adalah puisi yang sifatnya bebas. Muncul karya-karya biografis dan fabel yang bertujuan untuk membangkitkan semangat nasionalisme dan patriotisme pada saat penjajahan Jepang. Biografi bercerita tentang gambaran-gambaran kepahlawanan seseorang dan realita sosial sedangkan fabel banyak berisi kritik sosial. Muncul pula drama tari topeng Korea yang berisi tentang kritik sosial yang dilakukan melalui humor. Pada masa itu sastra dan politik saling berhubungan.
9
Bentuk karya sastra yang paling populer adalah novel bertemakan cita-cita pencerahan dengan latar belakang realitas kehidupan (horizontal). Pada saat penjajahan Jepang, karya novel lebih menonjolkan nasib tokoh secara individual dan cerita percintaan. Teknik bercerita dalam struktur novel pada waktu itu adalah teknik flashback.
10
Periode Sastra Pada Zaman Penjajahan Jepang
Diawali pada Maret 1919. Perasaan kebangkitan nasional pada masa itu sangat kuat yang berpengaruh pada karya sastranya. Karya-karya sastra pada saat itu umumnya bertema tentang ekspresi individu yang ingin bangkit dan realitas sosial. Salah satu karya sastra yang muncul adalah novel. Sebagian besar mengemukakan penderitaan-penderitaan terutama yang menimpa kaum buruh dan petani. Jenis karya sastra yang lain adalah cerpen. Bertemakan tentang pergeseran nasib manusia, bagaimana cara seseorang mengatasi masalah dalam realitas kehidupan, dan ekspresi penderitaan Korea di bawah kolonial Jepang.
11
Kebebasan bentuk dan ekspresi dalam sastra modern Korea pada masa itu mendapat pengaruh dari Prancis. Pada pertengahan 1920an sastra Korea dibagi menjadi dua yaitu : Sastra nasional Sastra kelas yang mulai menguat pada tahun 1925 dengan berdirinya organisasi KAPF (Korean Artist Proletarian Federation). Gerakan ini memperluas organisasi dan kesadaran kelas melalui sastra. Mereka berusaha memperkuat ideologi kelas dalam masyarakat -> muncul Sastra Buruh dan Sastra Petani.
12
Muncul novel-novel yang sebagian besar berlandaskan kesadaran kelas dan menekankan perjuangan memerangi kolonialisme. Pada tahun 1930an sastra Korea mengalami perubahan yang cukup berarti karena militerisme Jepang semakin kuat dan pemaksaan ideologi mulai diterapkan dalam karya sastra. Orientasi karya sastra pada masa itu lebih menekankan pada gaya dan teknik penulisan.
13
Periode Sastra Divisi Nasional
Setelah terlepas dari penjajahan Jepang, Korea mulai merintis politik di kancah dunia.. Karya sastra Korea juga menunjukkan perkembangan yang pesat. Pada saat Perang Korea, muncul sastra zaman perang yang memicu terbentuknya sastra politik. Setelah penjajahan Jepang dan selepas perang berakhir, terbitlah novel-novel pasca perang dengan tema-tema menuju masyarakat yang bebas dari penderitaan. Tema utama lain yang diambil yaitu runtuhnya sistem-sistem nilai tradisional dan krisis moral. Sejak saat itu terbentuklah pengertian bahwa sastra merefleksikan zamannya dan merupakan cerminan sosial, budaya, dan politik.
14
Bentuk puisi sesudah Perang Korea yaitu:
1) Mempunyai semangat baru 2) Teknik kepuitisan mengalami pembaharuan 3) Tren puisi pasca perang masih mempertahankan gaya yang berakar pada drama tradisional. Puisi pada masa pasca perang digunakan sebagai ekspresi politik. Puisi pada masa ini cenderung singkat, efektif, dan persuasif. Pada tahun 1970an karakteristik yang paling penting dalam novel Korea adalah permasalahan sosial yang baru muncul saat proses industrialisasi.
15
Muncul novel-novel yang bergaya satir karena aman dan lebih mengena.
Muncul novel divisi yang diterbitkan setelah melampaui pemeriksaan secara kritis oleh divisi nasional. Terdapat karya lain yang berbentuk Roman (cinta). Temanya tidak selalu tentang percintaan antara perempuan dan laki-laki, bisa juga tentang cinta terhadap yang lain.
16
Terjemahan Sastra Korea dalam Bahasa Asing
Terjemahan sastra Korea makin banyak dilakukan hingga sekitar tahun 1980an karena masyarakat tidak mengerti Bahasa Korea. Proses penerjemahan sastra Korea dipelopori oleh orang Korea yang bermukim di Amerika. Karya sastra yang banyak diterjemahkan adalah puisi, prosa, dan novel. Drama sangat jarang diterjemahkan. Karya-karya sastra terjemahan sebagian besar diterbitkan oleh penerbit luar negeri sehingga membuat cakupan pembaca terhadap sastra Korea menjadi semakin luas.
17
TERIMA KASIH
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.