Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehSri Sumadi Telah diubah "7 tahun yang lalu
1
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
2
Fisiologi Cairan Tubuh
Komposisi Cairan Tubuh Dewasa Muda - 60 % dari berat badan adalah air - Sisanya 40 % 18 % protein 15 % lemak 7 % mineral Cairan tubuh 60 % BB - Cairan intrasel 40 % BB - Ekstrasel 20 % Interstisial 15 % plasma darah 5 %
3
Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan tubuh
Tekanan hidrostatik kapiler Penyebab paling umum adalah gagal jantung kongestif dimana peningkatan tekanan vena sistemik dikombinasikann peningkatan volume darah. Tekanan osmotik koloid Bila protein plasma dalam darah menipis, kekuatan ke dalam menurun, yang memungkinkan gerakan ke dalam jaringan.
4
Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan tubuh
Permiabilitas kapiler Kerusakan langsung PD seperti trauma luka bakar, dapat menyebabkan peningkatan permeabilitas hubungan dengan endothelium. Kadar ion natrium Pada gagal jantung kongestif, curah jantung menurun pada saat kekuatan kontraksi menurun. Untuk kompensasi, peningkatan jumlah aldosteron menyebabkan retensi natrium dan air.
5
Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Dewasa : ml/kgBB/hr Anak : < 10 kg = 100ml/kgBB/hr 11-20 kg = 1000 ml + 50 ml (BB-10 kg) > 20 kg = ml + 20 ml ( BB-20 kg) Kebutuhan Elektrolit : Natrium 3 mEq/kg BB/hr Kalium 2 mEq/kg BB/hr
6
Gangguan Volume Cairan
Kekurangan cairan tubuh (Dehidrasi) Syok Hipovolemik
7
Penyebab Dehidrasi Kehilangan air ( water deplesion)
Kehilangan natrium ( sodium deplesion) Kombinasi keduannya ( water and sodium deplesion)
8
Dehidrasi Ringan Kehilangan cairan 2-5 % BB Tanda dan Gejala :
Membarn mukosa kering, meningkatnya rasa haus, turgor kulit menurun. Penanganan : Memberikan cairan 50 ml/kgBB peroral setiap interval 4 jam.
9
Dehidrasi Sedang Kehilangan cairan 5-8 % BB Tanda dan Gejala :
Pre syok/syok, turgor kulit buruk,TD menurun, takikardi, nadi lemah,nafas cepat, kulit lembab dan dingin. Penanganan : Memberikan cairan 100 ml/kgBB atau lebih setiap interval 4 jam oral bila masih memungkinkan dan dilakukan IV access.
10
Dehidrasi Berat Kehilangan cairan 8-10 % BB Tanda dan Gejala :
tanda dan gejala pada dehidrasi sedang dengan kesadaran menurun, sianosis, dan otot kaku. Penanganan : Dilakukan pemasangan IV acces, dan pemberian cairan pada dewasa diberikan bolus 20 cc/kgBB/jam, bila hemodinamik belum stabil kombinasikan pemberian cairan dengan koloid .
11
SYOK Syok adalah kegagalan sistem kardiovaskuler untuk memenuhi kebutuhan tubuh untuk perfusi organ dan oksigenisasi jaringan. Dimana kondisi ini dapat diketahui dari tanda dan gejala yang timbul akibat dari perfusi organ dan oksigenisasi jaringan yang tidak adekuat.
12
Deskripsi Syok Suplai aliran darah ke jaringan inadekuat
Kebutuhan nutrient tidak terpenuhi hasil metabolisme (‘toxic metabolites’) tidak dapat dikeluarkan Syok terjadi apabila respon fisiologis tubuh utk meningkatkan perfusi organ tdk adekuat utk memenuhi kebutuhan jaringan
13
Sistem Sirkulasi Arteri Pulmonalis Vena Pulmonalis Atrium Sin.
Ventrikel Sin. Atrium Dex. Ventrikel Dex. Vena Arteri Kapiler
14
Penyebab Syok dapat disebabkan oleh ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang cukup bagi organ, kehilangan darah yang banyak, sehingga jumlah darah yang dialirkan tidak mencukupi, atau bahkan dilatasi (pelebaran) pembuluh darah yang berlebihan.
15
Tanda dan Gejala Syok Rasa haus Lemah Pusing berputar
Gelisah, ketakutan Pernafasan yang cepat dan dangkal Nadi cepat dan lemah Kulit yang pucat, dingin dan lembab Muka tampak pucat dan kebiruan pada bibir, lidah dan serta telinga Pupil dilatasi/ melebar Mual muntah
16
Jenis-jenis Syok Syok Anafilaktik/ septic
Syok karena infeksi yang timbul segera setelah trauma jarang terjadi. Syok septik dapat terjadi pada penderita dengan cedera perut yang tembus serta kontaminasi rongga peritoneal dengan isi usus. Penderita dengan syok septik yang dini mungkin mempunyai peredaran volume yang normal, takikardia yang sedang, kulit berwarna merah jambu yang hangat, tekanan sistolik mendekati normal dan tekanan urat nadi yang lebar.
17
2. Syok Cardiogenik Disfungsi miokardiac dapat terjadi dari trauma tumpul jantung, tamponade jantung,emboli udara atau yang agak jarang infark miocard yang berhubungan dengan cedera penderita. Semua penderita dengan trauma thorak harus dilakukan pemeriksaan EKG untuk mengetahiu pola cedera dan disritmia. Cedera tumpul jantung mungkin merupakan suatu indikasi pemasangan tekanan vena sentral (CVP) secara dini agar dapat memandu resusitasi cairan dalam situasi ini.
18
3. Syok Hemoragic/ hipovolemia
Perdarahan adalah penyebab syok yang paling umum dan sering terjadi, dan hampir semua penderita dengan trauma multiple ada kemungkinan hipovolemia. Syok selain hipovolemia memberikan respon sedikit atau singkat, maka dari itu bila terdapat tanda-tanda syok maka syok dianggap disebabkan karena hipovolemia.
20
4. Syok Neurogenik Cedera intrakranial yang berdiri sendiri tidak menyebabkan syok. Adanya syok pada penderita dengan cedera kepala harus dicari kemungkinan penyebab syok lain. Cedera syaraf tulang belakang mungkin mengakibatkan hipotensi karena hilangnya tonus simpatis kapiler. Ingat, kehilangan tonus simpatis pada kapiler memperberat efek fisiologis dari hipovolemia, dan hipovolemia memperberat efek-efek fisiologis denervasi sympatis.
21
Respon dini terhadap kehilangan darah adalah kompensasi tubuh sebagai contoh adalah vasokonstriksi progresif dari kulit, otot dan sirkulasi viseral ( dalam rongga perut) untuk menjamin arus darah ke ginjal, jantung dan otak. Karena ada cedera, respon terhadap berkurangnya volume darah yang akut adalah peningkatan detak jantung sebagai usaha untuk menjaga output jantung. Hal ini akan meningkatkan tekanan darah diastolik dan mengurangi tekanan nadi (pulse pressure), tetapi hanya sedikit membantu peningkatan perfusi organ.
22
Pemberian larutan elektrolit isotonis dalam jumlah yang cukup akan membantu melawan proses tersebut.
Pengelolaan diarahkan kepada cara mengembalikan fenomana ini yaitu dengan memberikan oksigenasi yang cukup, ventilasi dan resusitasi cairan yang tepat. penatalaksanaan awal dari syok diarahkan kepada pemulihan perfusi seluler dan organ dengan darah yang dioksigenasi dengan adekuat.
23
Tingkat syok Perdarahan Kelas I- Kehilangan volume darah sampai 15%
Penemuan Klinis: Hanya takikardia minimal (<100 x/menit) Pengelolaan: Hentikan perdarahan Tidak perlu penggantian volume Posisi kaki ditinggikan
24
2. Perdarahan kelas II- kehilangan volume darah 15%-30%
Penemuan Klinis: Takikardia ( x/menit) Takipneu (20-30x/menit) Penurunan tekanan nadi Penurunan produksi urine (20-30cc/jam) Pengelolaan: Hentikan perdarahan Penggantian volume dengan cairan kristaloid Posisi kaki ditinggikan Observasi TTV Observasi output urine
25
3. Perdarahan kelas III- kehilangan volume darah 30%-40%
Penemuan Klinis: Takikardia (>120 x/menit) Takipneu (30-40 x/menit) Bingung penurunan produksi urine (5-15 cc/jam) Pengelolaan: Seperti syok kelas II Penggantian volume dengan cairan kristaloid dan darah Jika terpasang CPV ukur secara berkala
26
4. Perdarahan kelas IV- kehilangan volume darah >40% Penemuan Klinis: Takikardia (>140 x/menit) Takipneu (>35 x/menit) Pucat, dingin, perubahan mental bingung & lemah, bila kehilangan volume 50 %, pasien tidak sadar, tekanan sistolik=diastolik Produksi urine minimal atau tidak keluar Pengelolaan: Sama dengan syok kelas III
27
“Prinsip pengelolaan dasar yang harus dipegang ialah menghentikan perdarahan dan mengganti kehilangan volume”
28
Perabandingan pemberian intervensi penggantian cairan yang hilang adalah hukum 3:1 atau (three for one rule). Karena jumlah cairan dan darah yang diperlukan untuk resusitasi sukar diramalkan pada evaluasi awal penderita. Evaluasi cairan yang masuk dengan menghitung jumlah urin yang keluar. Normalnya produksi urin 0,5 ml/kg/jam(Dewasa), 1 ml/kg/jam (anak-anak), 2 ml/kg/jam (bayi)
29
Cara pemberian cairan untuk terapi cairan awal diberikan dalam kondisi hanyat dengan suhu berkisar 39 C (102,2 F) sebelum digunakan. Dalam penanganan masalah syok, harus tetap berpegang pada prinsip penanganan Airway, breathing, circulation.
30
Penatalaksanaan Terapi Cairan
Pengertian : Terapi cairan adalah pemberian cairan intravena untuk mengembalikan volume cairan/darah yang merupakan salah satu bentuk terapi medis yang efekutif dan baik. Tujuan : Untuk mengembalikan perfusi jaringan dan pengiriman oksigen ke sel, sehingga dengan demikian mengurangi iskemia jaringan dan kemungkinan kegagalan organ.
31
Jenis Cairan Kristaloid Kristaloid adalah suatu kelompok cairan tanpa penambahan solut ionik atau non ionik. Penyebarannya ditentukan oleh kadar Na yang hampir isotonik, cairan tersebut didistribusikan ruang interstisial ¾, dan hanya ¼ yang tinggal di intravaskuler selama menit. Contoh cairan kristaloid,NaCl 0,9 %, NaCl hipertonik, Riner Laktat (RL), Ringer Asetat (RA).
32
Jenis Cairan Koloid Koloid adalah cairan yang mengandung partikel onkotik, sehingga menghasilkan tekanan onkotik, seperti darah, produk darah seperti albumin karena mengandung molekul protein besar. Semua larutan koloid akan mengekspansikan ruang intravaskuler. Koloid dengan tekanan onkotik yang lebih besar dari pada plasma (hiperonkotik) akan menarik cairan ke dalam ruang intravaskuler, seperti ; albumin, HES
33
Gangguan Keseimbangan Elektrolit
HIPONATREMIA ( < 135 meq/L) Penyebab : muntah, diare, berkeringat, diuretik, defisiensi aldosteron. Tanda dan Gejala : mual, kram perut, anoreksia, kram otot, perasaan lelah Penanganan: Penggantian Natrium dengan NaCl 3 % atau NaCl 5 %
34
Gangguan Keseimbangan Elektrolit
HIPERNATREMIA ( > 145 meq/L) Penyebab : Kehilangan air, diare, tenggelam dilaut, makanan /cairan hipertonis, dialisa, diabetes insipidus. Tanda dan Gejala : Gg suhu tubuh, gelisah, lemah, dilusi, halusinasi, haus, lidah kering. Penanganan: Larutan hipotonik seperti NaCl 0,3 % atau larutan isotonik seperti D5W, diuretik, desmopresin jika diabetes insipidus
35
Gangguan Keseimbangan Elektrolit
HIPOKALEMIA ( < 3,5 mEq/L) Penyebab : Muntah, diare, gangguan asam basa, hiperaldosteron, diuretik, pemberian insulin. Tanda dan Gejala : Keletihan, mual, muntah, kelemahan otot, kram, penurunan motilitas usus, parastesia, disritmia, gangguan fungsi ginjal. Penanganan: Kalium oral atau drip
36
Gangguan Keseimbangan Elektrolit
HIPERKALEMIA ( >5,5 mEq/L) Penyebab : Gagal ginjal, hipoaldosteron,obat-obatan. Tanda dan Gejala : Disritmia, henti jantung kelemahan otot skeletal, mual, diare. Penanganan: Periksa EKG, pembatasan kalium, pemberian Ca glukonas, dialisa.
37
Monitoring selama koreksi
Memantau TTV Memantau Intake output Catat manifestasi gastro intestinal : mual, muntah, anoreksia. Observasi perubahan SSP: konfuse,kejang Pantau kadar elektrolit serum Monitor EKG ( disritmia kr hipokalemia dan hiperkalemia)
38
TERIMA KASIH
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.