Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

NURSING MANAGEMENT OF CLIENT WITH CHRONIC RENAL FAILURE

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "NURSING MANAGEMENT OF CLIENT WITH CHRONIC RENAL FAILURE"— Transcript presentasi:

1 NURSING MANAGEMENT OF CLIENT WITH CHRONIC RENAL FAILURE
Genitouria team teaching

2 Kejadian failure ini bisa :
CRF adalah rusaknya fs ginjal secara gradual atau progresif dan irreversible (Alexander, et al, 1995 : 320 ; Lewis & Collier, 1992 : 1227). Kejadian failure ini bisa : Lebih dari seminggu, sebulan atau bahkan bertahun. Ginjal mempunyai fs cadangan yang luar biasa. Ginjal tetap beradaptasi sampai fungsi ginjal menurun sampai < 25 % dari normal. Saat ini gejala – gejala perubahan fs ginjal baru mulai tampak.

3 3 TAHAP PERKEMBANGAN CRF :
Cadangan ginjal berkurang. Tandanya : Level BUN dan creatinin serum normal. Tidak ada gejala – gejala. Renal Insufficiency : GFR  25 % normal Serum creatinin dan BUN sedikit meningkat. Sedikit letih dan lemah (gejala yang lazim terjadi(. Begitu renal failurenya berkembang maju timbul gejala sakit kepala. Nocturia dan polyuria terjadi akibat hilangnya kemampuan pemekatan urin. End – Stage renal failure atau uremia : Tahap akhir terjadi bila : GFR : < 5 % - 10 % dari normal. Creatinin clearance : < 5 – 10 ml/min Gejala – gejala mulai muncul.

4 SIGNIFICANS Di USA : > menderita End – Stage Renal Disease (ESRD). Tiap tahun : > 55 orang mati karena berbagai penyakit ginjal. Sejak 1973  kematian dicegah  Dialysis dan transplantasi. > (mayoritas) pas  didialysis  (-) donator ren.

5 Penyakit congenital dan Inherited
ETIOLOGI CRF (Edwards dan Bouchier, 1991 in Alexander et al, 1995 : 321) Penyakit congenital dan Inherited Polycystic kidney diseases (infantile or adult) Alport’s syndrome Fabry’s diseases Vascular Disease Arteriosclerosis Vasculitis (polyarteritis nodosa (dan, systemic lupus erythematosus SLE, scleroderma) Glomerular Disease Proliferative GN Mesangiocapillary GN Glomerulosclerosis Membranous GN Secondary GN (PAN, SLE, Amyloidosis , diabetic dan glomerulosclerosis).

6 Etiologi Interstitial Disease : Obstruktis Uropathy Calculus
Chronic infective interstitial nephritis (chronic pyelonephritis). Vesicoureteric reflux Nephrocalcinosis Tuberculosis Analgesic nephropathy Schitosomiasis Obstruktis Uropathy Calculus Retroperitoneal fibrosis Prostatic hyperthrophy Pelvic tumors

7 Obstruktive uropaty Kelainan kongenital Penyakit glomerular Penyakit keturunan Penyakit vaskular ginjal Tromobosis, hemolitik uremia syndrom GNA, GNC Nefritis,polikistik Calculus, BPH, Tumor Progressive and irreversibble destruksi nefron Kehilangan fungsi ginjal GFR menurun Intoleransi terhadap cairan, elektrolit Tidak Mampu memekatkan urine dan menyaring albumin Tidak mampu mengekskresikan ion H Retensi hasil metabolisme protein Ketidakseimbangan elektrolit Asam Bassa tidak seimbang, metabolik asidosis Hipernatrium, hipokalsium,hiperfosfat,hiperkalium Peningkatan BUN dan Kreatinin Retensi H2O dan Na edema Dialisis

8 Ketika fs ginjal memburuk  setiap system organ terlibat.
MANIFETASI KLINIK : Ketika fs ginjal memburuk  setiap system organ terlibat. Manifestasi : Retensi toxin uremic, creatinin, phenol, hormone, konsentrasi elektrolit abnormal, dan senyawa – senyawa lainnya.

9 Muscular irritability
Uremic syndrome  menyebabkan berbagai gangguan pada system organ yang meliputi : Neurological : Fatique Headach Sleep disturbance Lethargy Muscular irritability Seizure Coma Psychological Denial Anxiety Depression Psychosis

10 Ocular : Pulmonary : Cardiovascular Hypertensive Retinopaty.
Uremic lung Pulmonary odem Uremic pleuritis Dyspnea Pneumonia Depressed cough reflex Cardiovascular Hypertension CHF Arterio sclerotic HD Pericarditis Myocardiopathy Pericardiac Effusion

11 Gastrointestinal Integumen Anorexia Nausea Vomiting Uremic fetor
Gibleeding Peptic ulcer Stomatitis Integumen Pallor Pigmentasi changes Pruritus Ecchymosis Excoriation Ca2+ deposition Uremic frost Dry, scaly skin

12 Metabolik : Endocrine Hematological Carbohyrate intolerance
Hyperlipidemia Nutritional deficiency Gout Endocrine Hyperparatyroidism Thyroid abnormalities Amenorrhea Sexual disfunction Azoosperma Peripheral Neuropathy Paresthesias Motor weakness Hematological Anemia Bleeding In fection

13 Diagnostic & Therapetic Manajemen : Chronic Renal Failure
Identifikasi penyakit ginjal yang reversible Biopsi renal Radiographic Level Ht dan Hb Level BUN, serum creatinin, dan creatinin clearance Serum electrolytes Urinalysis & urine culture

14 Therapeutic Koreksi kelebihan / kekurangan CES Pembatasan Diit
Multivitamin Mempertahankan level hematinic dan androgen Beri phosphate – binding antacid Therapy antihypertensi Tindakan – tindakan menurunkan potassium Penyesuaian dosis obat dengan derajat fs. Renal.

15 CONSERVATIVE MANAGEMENT
Conservative management merupakan usaha sebelum mulai dialysa. Usaha ini dibuat untuk mendeteksi dan mengobati kasus yang kemungkinan besar reversible (E.G. cardiac failure, dehidrasi, pyelonephritis, lower urinary tract obstruction). Conservatif manajemen ditujukan untuk : Mempertahankan fs. Ginjal yang ada. Mengobati gejala Mencegah komplikasi Memberikan kenyamanan bagi pasien. Konservatif manajement terdiri dari : Intervensi pharmacology Intervensi diit

16 PHARMAKOLOGY MANAGEMENT
Hyperkalemia Akut hyperkalemia : Infus glucose dan insulin atau IV 10% calcium gluconate. Batasi diit protein dan makanan-makanan K+ Kayexalate, lation – tukar resin  untuk level K+. Peroral atau rectal. Ditukar 1 mEq sodium untuk 1 mEq Potassium. Potassium diikat pada resin, yang dikeluarkan dalam faeeces. Bila kayexalate konstipasi  beri sorbitol.

17 Hypetensi Batasi sodium dan cairan Beri furosemid (lasix)
Obat antihyepertensi : Methydopa (Aldomet), hydralazine (Apresoline), capoten, propanolol (Inderal), Minoxidil, dan Catapres. Ukur T  3 posisi untuk memonitor efektifnya obat-obat, T harus dipertahankan dibawah 150/100 mmHg.

18 Renal Osteodystrophy Batasi diit protein, kurangi intake phosphate.
Aluminum hydroxide gel dan antacid  ikat phosphate  dikeluarkan dalam faeces. Mg berisi antacid  tidak boleh  Mg  dikeluarkan oleh ginjal yang malfungsi dan ginjal tidak mengikat fosfat seperti aluminum. Beri laxantia  aluminum efek  konstipasi. Kelebihan aluminum absorbsi  osteomalacia. Jika hypocalcemia terjadi  beri tambahan calcium. Bentuk aktif vitamin D peroral (Rocaltrol) dan calderol ; injeksi calcitriol.

19 Anemia Human Erytropoetin  IV selama dialysis dan subcutaneous.
Folic – acid suplemen (I mg or > / hari) peroral tidak boleh diberikan sama dengan aluminum hydroxide karena aluminum mengikat besi. Transfusi darah dihindari kecuali pasien mengalami acute blood loss atau gejala anemia (e.g. dyspnea, exceed fatique, tachycardia.

20 NUTRITIONAL CONSIDERATION
Batasan protein Pasien tanpa dialysa : 0,5 gr/kg BB ideal.  creatinin clearance < 20 ml/min. Pasien dialysis : 1.0 – 1.5 gr/kg BB ideal. Pasien peritoneal dialysa : tidak dibatasi karena jumlah prot yang >> pada PD hilang dalam dyalisate selama proses PD.  protein intake harus cukup tinggi untuk mengimbangi kehilangan. Yang direkomendasi : 1.5 – 2,0 gr/kg BB ideal.

21 Sumber Protein : harus dari :
Telur, susu, unggas dan daging. Protein ini dipertimbangkan karena nilai biological tinggi  berisi asam amino esensiil. Pembatasan air Tergantung urine output Umumnya, minum : 500 cc (dari insensible loss) + jumlah dan urine output.  pada pasien CRF tanpa dialisa. Jumlah ini sudah termasuk cairan dalam makanan (e.g. ice cream, dll).  PD pasien yang dialysa, selama HD/PD  intake cairan disesuaikan  tidak boleh lebih dari 1.0 – 1.5 kg antara dyalysa.

22 Pembatasan sodium dan potassium
Tergantung kemampuan ginjal mengeluarkan elektrolit ini. Pembatasan Na+ bervariasi dari 500 – 2300 mg (1 mEq = 23 mg sodium). Tergantung derajat odem dan hypertensi. Sodium dan salt tidak boleh disamakan karena isi sodium 1 gr sodium chloride = 400 mg sodium. Hindari makanan – makanan yang sah diketahui tinggi sodium seperti soy sauce, makanan kaleng, ikan kering, dll. Potassium : 1500 – 2500 mg (1 mEq = 39 mg potassium). Sumber potassium : sayur-sayuran kering, jeruk, pisang, melon, sayur – sayuran berwarna hijau tua dan kuning tua, kacang dan tumbuh – tumbuhan polong.

23 PRINSIP UMUM RENCANA DIIT UNTUK PASIEN CRF
Kontrol protein, sodium, potassium, phosphorus dan cairan untuk memenuhi kebutuhan setiap pasien. Sumber – sumber protein harus tinggi nilai biological. Makanan – makanan yang tinggi sodium dan potassium harus dihindari. Berikan cukup kalori dan nutrient untuk memenuhi kebutuhan harian. Setiap rencana diit terdiri dari 40 gr protein, 40 mEq potas, 2 gr sodium dan 1500 cc air.

24 NURSING MANAGEMENT Nursing Intervention
Akut intervensi Beri Penkes because :  Bertanggung jawab terhadap diit, obat – obatan dan follow up. Isi Penkes : Timbang BB / hair Belajar ukur T / hari Kenali tanda odem, hyperkalemia dan imbalans elektrolit lainnya. Mereka perlu tahu pentingnya manfaat dan mengatur batasan diit yang ketat. Mengerti sepenuhnya tentang obat – obatnya, dosis, side efek. Ajarkan untuk hindari minum obat-obat seperti aspirin, laxstives dan antacid yang mengandung mg berlebihan.

25 Nursing management Kronik Management
Beri Penjelasan yang jelas tentang dialysa dan transplantasi karena : Jika conservative tidak lagi efektif maka keputusan tentang pengobatan selanjutnya harus segera dilakukan. Keputusan harus diambil sebelum komplikasi seperti : perdarahan, progressive neuropathy, dan efektif dalam mencegah komplikasi daripada mengobatinya.

26 Diagnosa : Kelebihan cairan b.d. ketidakmampuan ginjal mengekskresi air, dialysis inadekuat, minum air >>>, dan level sodium plasma meningkat. Potensial komplikasi : hypertensi b.d. retensi H2O dan Na+ dan gangguan system rennin – angiotensin. Potensial komplikasi : hyperkalemia b.d. menurunnya ekskresi renal, peningkatan katabolisme jaringan, dan perpindahan potassium kedalam CES b.d. asidosis metabolic. Resiko tinggi injury : fraktur b.d. gangguan penyerapan Ca dan fosfat, metabolisme, dan ekskresi ; penurunan metabolisme vitamin D dan metastatic calcification. Gangguan integritas kulit b.d menurunnya aktifitas kelenjar minyak dan keringat. Deposition presipitan Ca. fosfat, kekakuan kapilary dan neuropathy. Potensial komplikasi : neurophaty peripheral b.d. efek uremia pada saraf perifer. Tidak toleransi terhadap aktifitas b.d. anemia sekunder karena uremia, bleeding dan hilangnya darah selama dialysis.

27 Diagnosa Resiko tinggi b.d. penekanan sistim immune, malnutrisi, dan kulit luka sekunder karena dialysis, tempat acces, dan uremic merubah kulit. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d. pembatasan intake nutrient, mual dan muntah, anorexia, stomatitis, dan gangguan metabolisme nutrient. Konstipasi b.d. kurang bergerak, intake antacid, pembatasan cairan, modifikasi diit, atau imbalans elektrolit. Diarhea b.d. peradangan GI sekunder akibat urea atau hyperkalemia atau side efek pengobatan sorbital – kayexalate. Perubahan sensory perceptual b.d. Perubahan – perubahan CNS disebabkan oleh toxin uremic. Resiko tinggi disfungsi sexual b.d. efek uremia pada system endokrin dan dampak psikososial karena renal failure dan pengobatannya. Anticipatory grieving b.d. hilangnya fs. Ginjal. Gangguan self – esteem b.d. perubahan – perubahan dalam menjalani gaya hidup, tergantung pada dialysis, letih kronik, biaya pengobatan, masalah pekerjaan dan mempertahankan peran.


Download ppt "NURSING MANAGEMENT OF CLIENT WITH CHRONIC RENAL FAILURE"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google