Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehAri Hendra Tan Telah diubah "7 tahun yang lalu
1
BAHAN KULIAH : 3 METODOLOGI PENELITIAN PAI
PENCIPTAAN SUASANA RELIGIUS DI SEKOLAH Oleh: NUR ALI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG, 2015
2
Musthofa al-Gholayani mengatakan kehidupan di masy
* Musthofa al-Gholayani mengatakan kehidupan di masy. sebenarnya hanyalah sbgi potret yg dibesarkan dari kehidupan dlm rmh tangga dan sekolahnya. Ibarat foto, filmya sama, hanya saja sewaktu masih menjadi anak atau siswa, gambar dari film itu kecil, sedangkan setelah dewasa dan hidup dimasy. gambar film tsb. diperbesarkan. Jika di lingk. rumah tangga dan sekolah tercipta kehidupan yg penuh dg kejujuran, keadilan, dan sopan santun, maka di lingk. Masy. pun juga tercipta demikian dan atau sebaliknya
3
* Elizabeth Lukas, mencatat salah satu prestasi penting dan kegagalan proses modernisasi di dunia barat. 1. Tradisi orang tua untuk menjodohkan anaknya atas dasar pertimbangan sosial-ekonomi telah berhasil dihilangkan dan diganti dg kebebasan anak untuk menentukan pilihan atas dasar pertimbangan dan keinginan sendiri. Tetapi data statistik menunjukkan angka perceraian makin lama makin tinggi. 2. Kaum wanita berhasil mengembangkan kerir profesional di luar fungsi tradisional mereka sebagai istri dan ibu semata-mata. Keberhasilan meraih karir setara kaum pria ini tidak jarang diwarnai dg konflik-peran antara tuntutan profesional dg tanggung jawab kekeluargaan. 3. Kebebasan seks dan peluang luas untuk melakukannya ternyata menjadikan fungsi hub. seks bukan sbg ungkapan cinta kasih, melainkan sbg tuntutan dan keharusan untuk berhasil meraih puncak kenikmatan. Akibatnya justru makin sering terjadi gagasan fungsi seksual pada pria dan wanita dewasa.
4
4. Pola asuh yg menanamkan kemandirian dan kebebasan pada anak-anak seakan-akan membuka luas ambang keserba-bolehan. Akibatnya anak-anak menjadi terlalu bebas dan cenderung lepas kendali, sehingga tidak jelas lagi bagi mereka apa yang seharusnya mereka lakukan dan apa sebenarnya yang mereka inginkan. 5. Pembebasan diri dari aturan-2 estetika seni tradisional mengakibatkan seni modern makin sulit dipahami dan dihayati, karena ungkapan estetisnya makin “tidak berbentuk”. 6. Asas dan tuntunan keagamaan yang makin rasional sering berubah-ubah seiring dg mendangkal penghayatannya. Agama di Barat seakan-akan telah kehilangan fungsinya sebagai pedoman hidup dan sumber ketenangan batin.
5
FUNGSI PENDIDIKAN AGAMA DI SEKOLAH
1. Fungsi perbaikan yakni memperbaiki kesalahan, kekurangan dan kelemahan anak didik dlm hal keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran Islam dlm kehidupan sehari-hari. 2. Fungsi pencegahan yakni mencegah dan menangkal hal-hal negatif dari lingk.nya atau dari budaya asing yg dpt membhayakn anak didik dan mengganggu perkemb. dirinya menuju manusia Indonesia seutuhnya. 3. Fungsi penyesuaian yakni membimbing anak didik untuk menyesuaikn diri dg lingk.nya, baik lingk. fisik maupun sosialnya dan dpt mengarahkannya untuk dapat mengubah lingk.nya sesuai dengan ajaran Islam. Fungsi pengembangan yakni menumbuhkembangkan dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan anak didik kepada Allah swt. yang telah ditanamkan dalam keluarga. Fungsi penyaluran yakni menyalurkan anak didik yang memiliki bakat khusus yang ingin mendalami bidang agama, dan agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal serta dapat bermanfaat untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain. Fungsi sumber nilai yakni memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Fungsi pengajaran yakni menyampaikan pengetahuan keagamaan secara fungsional. Fungsi ini juga terlihat dari proses belajar mengajar pendidikan agama di kelas sebagai salah satu mata pelajaran yang harus dipelajari oleh semua siswa-siswi di sekolah.
6
Fungsi pengembangan yakni menumbuhkembangkan dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan anak didik kepada Allah swt. yg telah ditanamkan dlm keluarga. Fungsi penyaluran yakni menyalurkan anak didik yg memiliki bakat khusus yg ingin mendlmi bid. agama, dan agar bakat tsb. dapat berkembang scr optimal serta dpt bermanfaat tuk dirinya sendiri dan bagi orang lain. Fungsi sumber nilai yakni memberikan pedoman hidup tuk capai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Fungsi pengajaran yakni menyampaikan penget. keagamaan scr fungsional. Fungsi ini juga terlihat dari PBM PAI di kelas sbgai salah satu mata pelajaran yang harus dipelajari oleh semua siswa-siswi di sekolah.
7
HASIL PENEL. PENCIPTAAN SUASANA RELIGIUS
*Temauan Penelitian Nur Ali, dkk. (1998) diantaranya; 1. Pelaks. Keg. keagamaan di SMU Tugu Malang bersifat “Top-dawn”, kemudian pada masa kepemimpinan selanjutnya bersifat “Bottom up”. 2. Para pimpinan dan guru agama menciptakan keg. keagamaan di SMU Tugu Malang berawal dari suatu peristiwa dan cerita yang unik dan adanya kebutuhan ketenangan batin, persaudaraan, persatuan serta silaturrahmi di antara mereka. 3. Keterlibatan civitas akademika SMU Tugu Malang scr langsung dan aktif dlm setiap keg. keagamaan mampu mengkontrol secara moral terhdp diri mereka masing-masing serta berusaha menjadikan diri mereka untuk menjadi contoh yang baik. 4. Keg. dan praktek keagamaan yg dilaks. scr terprogram dan rutin di sekolah dpt ciptakan pembiasaan berbuat baik dan benar menurut ajaran agama yang diyakininya dikalangan mereka.
8
5. kajian keagamaan dilaks
5. kajian keagamaan dilaks. scara baik melalui kerjasama dan keterlibatan scr langsung antara guru agama dg guru bid. studi umum melalui menjadi tutor dan pembina pada keg.2 keagamaan. Kajian keagamaan yang dilaks. pada jam di luar jam pelajaran sekolah. 6. Penciptaan suasana religius di SMU Tugu Malang dilakukan melalui berbagai jenis keg. keagamaan yang dilaks. scr terprogram baik yg bernafaskan Islam maupun non-Islam. 7. Pimpinan sekolah menciptakan suasana religius di sekolah dan di luar sekolah dg menggunakan pendekatan personal baik kpd siswa maupun kpd keluarga siswa. “Media dan Metode” yg digunakan antara lain melalui mengirimkan kartu ulang tahun kpd siswa-siswi yg di dalamnya diberi tulisan nasehat dan do’a-do’a dan observasi ke lapangan.
9
MODEL PENCIPTAAN SUASANA RELIGIUS
Temuan penelitian Nur Ali (1996), Model penciptataan suasana religius di kalangan pest. adalah dg cara memulai dan mengakhiri suatu keg. Pembel. serta pertemuan lainnya senantiasa dimulai dengan menciptakan suasan akral melalui membaca do’a-do’a. Mastuhu (1987), dlm pandangan pest. sikap dasar terhdp ilmu di antaranya adalah bahwa diperoleh tidaknya ilmu tidak hanya semata-mata ketajaman akal, ketepatan metodologi mencarinya dan kesungguhan hati untuk berusaha tetapi juga sangat tergantung pada kesucian hati, do’a restu kyai-ustadz dan upaya ritual lainnya, seperti puasa sunat, shalat malam, do’a-do’a dan ritual lainnya. M.V. Bruinessen (1994), sistem nilai yang berlaku di pest. adalah sikap hormat, takdim dan kepatuhan kpd para Kyai, para ustadz, ulama’ pengarang kitab dan kitab yang dipelajarinya dan sistem tsb. merupakan bagian integral dari ilmu yg akan dikuasainya.
10
DAMPAK SUASANA RELIGIUS.
Model “peran” dan “mondok di pesantren” dapat menciptakan para siswa-siswi senantiasa mengindahkan tata tertib sekolah, shalat tepat pada waktu, sopan santun sesama teman, kpd pimpinan, para guru, karyawan dan kpd para tamu, serta membiasakan berdo’a menjelang pelajaran di mulai, ujian cawu, UMPT, dan kegiatan lainnya serta menghormati teman yg berbeda agama serta berprilaku sopan santun ketika mereka berada di luar sekolah dan di rumah. 2. Suasana religius di sekolah dapat menciptakan para civitas akademika sekolah termasuk para siswa menjadi terbiasa beribadah, baca al-qur’an dan shalat malam, berpakain bagus-sopan .
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.