Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

MATA KULIAH EVALUASI OLAHRAGA KODE 409

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "MATA KULIAH EVALUASI OLAHRAGA KODE 409"— Transcript presentasi:

1 MATA KULIAH EVALUASI OLAHRAGA KODE 409
BEBAN MATAKULIAH 2 SKS DENGAN RINCIAN 2 SKS TEORI 1 SKS PRAKTEK PADA SEMSMTER IV DI PRODI PKO JURURSAN PENDIDIKAN KEPALTIHAN FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015

2 EVALUASI OLAHRAGA Dalam melakukan evaluasi ada tiga istilah yang digunakan yaitu: Pengukuran, Asesmen, dan Evaluasi Pengukuran adalah penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan keadaan individu ( Allen & Yen, 1979) Keadaan Indivudu dapat berupa kemampuan kognitif, Afektif, dan Psikomotor. Pengukuran membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria. Asesmen adalah semua cara yang digunakan untuk menilai unjuk kerja individu dan kelompok ( TGAT, 1987)

3 Proses asesmen meliputi pengumpulan data atau bukti tentang pencapaian belajar peserta didik.
Data atau bukti tidak hanya diperoleh melalui tes saja, tetapi dapat dikumpulkan melalui pengamatan atau laporan diri. Asesmen menjelaskan dan menafsirkan hasil pengukuran. Evaluasi suatu rangkaian kegiatan dalam meningkatkan kualitas, kinerja dan produktivitas suatu lembaga dalam melaksanakan program. Evaluasi adalah penetapan nilai atau implikasi suuatu perilaku. Pengukuran, asesmen dan evaluasi adalah hirarki

4 PENGUKURAN Pengukuran dapat untuk mengetahui keberhasilan suatu program. Pengukuran merupakan kegiatan penentuan angka bagi suat objek secara sistematik. Penentuan angka bertujuan untuk menggambarkan karakteristik suatu objek. Penentuan karakteristik individu harus sekecil mungkin mengandung kesalahan. Kesalahan ilmu alam sebagian besar disebabkan alat ukurnya, sedangkan kesalahan ilmu sosial disebabkan oleh alat ukur, cara mengukur, dan keadaan objek yang diukur.

5 Prinsip alat ukur yang digunakan harus memiliki bukti kesahihan dan kehandalan.
Kesahihan alat ukur dapat dilihat dari konstruk alat ukur, yaitu mengukur seperti yang direncanakan. Konstruk alat ukur dapat ditelaah pada aspek materi, teknik penulisan, dan bahasa yang digunakan. Kasahihan alat ukur dapat dilihat dari kisi-kisi alat ukur. Hasil pengukuran harus memiliki kesalahan sekecil mungkin. Tingkat kesalahan berkaitan dengan kehandalan alat ukur. Alat ukur yang handal memberikan hasil yang konstan bila digunakan berulang-ulang.

6 Kesalahan pengukuran ada yang bersifat acak dan ada yang bersifat sistematik.
Kesalahan acak disebabkan kondisi fisik dan mental (emosi,cemasdll) yang diukur dan yang mengukur bervariasi. Kesalahan yang sistematik disebabkan oleh alat ukurnya, yang diukur dan yang mengukur.

7 PENILAIAN Asesmen merupakan komponen penting dalam proses berlatih melatih atlet di klub Peningkatan prestasi dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas proses berlatih melatih dan kualitas sistem penilaian. Penilaian memerlukan data yang baik mutunya sehingga perlu didukung oleh proses pengukuran yang baik. Kegiatan penilaian dalam proses pembelajaran atau proses berlatih melatih perlu diarahkan pada empat hal, ( Chittenden, 1991)

8 4 (Empat) kegiatan penilaian
Penelusuran yaitu menelusuri apakah proses pembelajaran atau proses berlatih melatih yang telah dilakukan sesuai yang direncanakan atau tidak. Pelatih mengumpulkan berbagai informasi selama proses berlatih melatih dengan berbagai pengukuran untuk memperoleh gambaran tentang pencapaian prestasi atlet. Pengecekan yaitu mencari informasi apakah terdapat kekuranganpada atlet selama proses berlatih melatih. Pelatih melakukan berbagai pengukuran untuk memperoleh gambaran menyangkut kemampuan atlet, apa yang telah berhasil dikuasai dan apa yang belum dikuasai.

9 Pencarian yaitu mencari dan menemukan penyebab kekurangan yang muncul selama proses berlatih melatih berlangsung. Dengan cara ini pelatih dapat secepatnya mencari solusi untuk mengatasi kendala2 yang timbul selama proses berlatih melatih. Penyimpulan yaitu menyimpulkan tentang tingkat pencapaian berlatih melatih yang telah diikuti atlet. Hal ini sangat penting bagi atlet untuk mengetahui tingkat pencapaian yang diperoleh atlet selama berlatih melatih. Hasil penyimpulan dapat digunakan sebagai laporan hasil tentang kemajuan berlatih atlet untuk atlet sendiri, orang tua dll

10 EVALUASI Evaluasi suatu rangkaian kegiatan dalam meningkatkan kualitas, kinerja dan produktivitas suatu lembaga dalam melaksanakan program. Evaluasi adalah penetapan nilai atau implikasi suuatu perilaku. Fokus evaluasi pada individu yaitu prestasi berlatih melatih yang dicapai kelompok atau regu. Evaluasi akan diperoleh informasi apa yang telah dicapai dan mana yang belum, sehingga informasi ini dapat digunakan untuk perbaikan suatu program latihan. Evaluasi adalah judgment terhadap nilai atau implikasi dari hasil pengukuran ( Griffin & Nox, (1991) Kegiatan evaluasi selalu didahului dengan kegiatan pengukuran dan penilaian

11 Evaluasi secara singkat dapat didefinisikan sebagai proses mengumpulkan informasi untuk mengethui pencapaian belajar atau berlatih melatih di regu atau kelompok. Hasil evaluasi diharapkan dapat mendorong pelatih untuk melatih/mengajar lebih baik dan mendorong atlet/anak latih untuk berlatih lebih baik Evaluasi adalah melakukan judgment terhadap hasil penilaian, maka kesalahan pada penilaian dan pengukuran harus sekecil mungkin Tiga hal yang harus dievaluasi agar dapat meningkatkan kualitas berlatih yaitu masukan, lingkungan berlatih, hasil prestasinya.

12 ACUAN NORMA DAN KRETERIA
Dua acuan yang digunakan dalam menyiapkan tes dan menafsirkan hasil tes yaitu acuan norma dan acuan kreteria Kedua acuan menggunakan asumsi yang berbeda tentang kemampuan atlet Acuan norma berasumsi bahwa kemampuan orang itu berbeda dan dapat digambarkan menurut distribusi normal. Acuan kreteria berasumsi bahwa hampir semua orang bisa berlatih apa saja namun waktunya yang berbeda Penafsiran skor hasil selalu dibandingkan dengan kreteria yang telah ditetapkan lebih dahulu

13 SYARAT-SYARAT INSTRUMEN TES
Suatu instrumen tes maupun non tes harus memiliki bukti kesahihan (validitas), dan keandalan (reabilitas). Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana akurasi suatu tes atau skala dalam menjalankan pengukurannya. Reabilitas berasal dari kata reliability yang mempunyai arti dimana suatu pengukuran yang menghasilkan data dan memiliki tingkat reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel.

14 VALIDITAS Pengukuran dikatakan mempunyai validitas yang tinggi, bila menghasilkan data yang secara akurat memberikan gambaran mengenai variabel yang diukur. Akurat yang artinya tepat, cermat, dan mudah digunakan sehingga apabila tes menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran maka dikatakan sebagai pengukuran yang memiliki validitas rendah

15 BUKTI VALIDITAS Validitas (keandalan) merupakan indeks yang menunjukkan tingkat keajekan atau konsistensi suatu tes. Validitas dapat dibuktikan dengan tiga cara. Validitas isi a. Validitas Tampang b. Validitas Logis Validitas Konstrak Validitas berdasar Kriteria a. Validitas Prediktif b. Validitas Konkuren

16 1. VALIDITAS ISI Validitas berdasarkan isi dapat diperoleh dari suatu analisis hubungan antara isi tes dan konstrak yang ingin diukur. Validitas berdasarkan isi tes dilakukan oleh panel pakar pada bidang yang diukur dan pakar bidang pengukuran. Validitas isi dapat dijelaskan melalui validitas tampang ( face validity) dan validitas logis ( logical validity).

17 a. VALIDITAS TAMPANG ( FACE VALIDITY )
Validitas tampang adalah bukti validitas yang memiliki signifikansi yang rendah, dikarenakan hanya berdasarkan pada penilaian terhadap format penampilan tes dan kesesuaian konteks iatem dengan tujuan ukur tes. Validitas tampang yang tinggi (tampak menyakinkan) akan memancing motivasi individu yang dites untuk menghadapi tes tersebut dengan bersungguh-sungguh.

18 b. VALIDITAS LOGIS (LOGICAL VALIDITY)
Validitas logis kadang-kadang disebut sebagai validitas sampling (sampling validity). Validitas logis menuntut batasan yang seksama terhadap perilaku yang diukur dan suatu desain logis yang dapat mencakup bagian perilaku yang diukur Validitas logis akan memperoleh nilai tinggi, harus dirancang sedemikian rupa sehingga benar-benar berisi hanya aitem yang relevan sebagai bagian dari keseluruhan tes.

19 2. VALIDITAS KONSTRAK Validitas konstrak adalah validitas yang menunjukkan sejauhmana hasil tes mampu mengungkap suatu trait atau konstrak teoritik yang hendak diukurnya. Pengujian validitas konstrak merupakan proses yang terus berlanjut sejalan dengan perkembangan konsep mengenai trait yang diukur. Konsep validitas konstrak sangat berguna pada tes yang mengukur trait yang tidak memiliki kriteria eksternal

20 Validitas konstrak dapat dicapai melalui beberapa cara
Studi mengenai perbedaan di antara kelompok –kelompok yang menurut teori harus berbeda. Studi mengenai pengaruh perubahan dalam diri individu dan lingkungannya terhadap hasil tes. Studi mengenai korelasi diantara berbagai variabel yang menurut teori mengukur aspek yang sama. Studi korelasi antar – aitem atau antar – belahan tes.

21 3. VALIDITAS BERDASAR KRITERIA
Validitas tes berdasar kriteria menghendaki tersedianya kriteria eksternal yang dapat dijadikan dasar pengujian skor tes. Kriteria adalah variabel perilaku yang akan diprediksikan oleh skor tes atau berupa suatu ukuran lain yang relevan. Estimasi tingginya validitas berdasarkan kriteria, dilakukan komputasi/perhitungan kofisien korelasi antara skor tes dengan skor kriteria.

22 a. Validitas Prediktif Validitas prediktif sangat penting, bila tes dimaksudkan untuk berfungsi sebagai prediktor bagi performan/prestasi di waktu yang akan datang. Validitas prediktif diperoleh apabila pengambilan skor kreteria tidak bersamaan dengan pengambilan skor tes. Prosedur validitas prediktif memerlukan waktu yang lama dan biaya yang besar karena prosedurnya bukan berdasar pada pekerjaan yang telah dianalisis.

23 Validitas prediktif, dimana skor performan/prestasi yang diprediksi dijadikan sebagai kriteria validasi. Contohnya tes seleksi masuk PT yg bertujuan untuk menjaring para calon mhs yg diprediksi akan memiliki prestasi belajar yang bagus bila diterima sebagai mahasiswa.( yg diprediksi dari skor tes masuk PTN adalah prestasi belajar dalam bentuk IPK).

24 b. Validitas Konkuren Bila suatu tes tdk difungsikan sebagai prediktor prestasi, kreteria validitasnya pada ukuran lain yg relevan dengan tujuan tes yg bersangkutan. Validitas konkuren merupakan koefisien korelasi antara skor tes yang divalidasi dengan ukuran kreteria lain. Contohnya, bila kita menyusun skala tes dan dikorelasikan dengan tes yang ada yang mempunyai fungsi yang sama, misal tes intelegensi yang anda buat dengan tes intelegensi yang sudah ada.

25 Validitas konkuren apabila skor tes dan skor kreteria diperoleh dalam waktu yang relatif sama.
Validitas konkuren merupakan indikasi validitas yang layak digunakan, bila tesnya tidak dirancang sebagai prediktor dan ia merupakan validitas yg sangat penting dalam situasi diagnostik. Validitas konkuren bila dirncang sebagai prediktor bagi prestasi di masa datang, maka estimasi validitas konkuren tidak akan memuaskan dan presedur viliditas prediktif merupakan keharusan digunakan.

26 RELIABILITAS Reliabilitas atau keandalan merupakan koefisien yang menunjukkan tingkat keajegan atau konsistensi hasil pengukuran suatu tes. Konsisten hasil pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang sama untuk orang yang berbeda atau pada waktu yang berbeda, tetapi kondisi yang sama. Konsistensi berkaitan dengan tingkat kesalahan hasil suatu tes yang berupa skor.

27 Contoh. Kalau kita mengukur panjang suatu meja kayu dengan menggunakan meteran berulang-ulang, baik dalam tenggang waktu yang lama, bila hasil pengukurannya sama, maka dapat dikatakan bahwa meteran tersebut andal atau reliable untuk mengukur panjang meja. Pengukuran pada bidang pendidikan dan psikologi tidak mudah untuk memperoleh data yang andal, karena ada beberapa sumber kesalahan yang berasal dari alat ukur, yang diukur, dan yang mengukur.

28 INDEK RELIABILITAS Indek Reliabilitas didasarkan pada teori tes klasik. Teori tes klasik menyatakan bahwa besarnya skor yang tampak merupakan penjumlahan dari skor murni dan kesalahan pengukuran Teori tes klasik dapat ditulis sebagai berikut: X = T + E X = sebagai skor yang tampak T = sebagai skor murni E = sebagai kesalahan pengukuran

29 INTERPRESTASI RELIABILTAS
1. Bila Pxx = 1 , maka a. Pengukuran tanpa kesalahan b. Semua varians skor tampak merefleksikan varians skor murni c. Perbedaan diantara skor tampak merupakan perbedaan skor murni d. Korelasi antara skor tampak dan skor murni sama dengan 1 ( Pxt=1 ) e. Korelasi antara skor tampak dengan kesalahan sama dengan 0 ( Pxe=0 )

30 2. Bila Pxx = 0 , maka a. Pengukuran berisi kesalahan random semata – mata b. Semua subjek, X = E c. Semua varians skor tampak merupakan varians keslahan d. Semua perbedaan diantara skor tampak mencerminkan kesalahan pengukuran e. Korelasi antara skor tampak dan skor murni adalah 0 , ( Pxt = 0 ) f. Korelasi antara skor tampak dan kesalahan adalah 1 , ( Pxe = 1 )

31 3. Bila 0 < Pxx < 1 , Maka a. Sebagian pengukuran mengandung kesalahan b. X = T + E c. Varians skor tampak terdiri atas varians skor murni dan varians kesalahan d. Perbedaan diantara skor tampak mungkin mencerminkan perbedaan skor murni maupun kesalahan pengukuran e. Korelasi antara skor tampak dan skor murni sama dengan akar kuadrat koefisien reliabilitas yaitu : Pxt = V Pxx’ f. Korelasi antara skor tampak dengan kesalahan sama dengan akar kuadrat dari 1 dikurangi koefisien reliabilitas yaitu Pxe = V ( 1 – Pxx’ ) g. Semakin tinggi koefisien reliabilitas skor berarti estimasi skor tampak X terhadap skor murni T semakin dapat dipercaya dikarenakan varians kesalahan kecil

32 METODE ESTIMASI RELIABILITAS
Estimasi reliabilitas dikategorikan menjadi tiga yaitu metode Konsistensi internal, Stabilitas, dan Antar penilai (inter-rater) I. Konsistensi Internal Metode Konsistensi Internal yaitu metode yang hanya memerlukan satu kali penyajian tes saja yang dikenal dengan nama single-trial administration. Metode ini untuk menghindari masalah yang timbul akibat penyajian tes yang ber ulang. Metode ini terdiri dari tiga yaitu: Pararel Klasik, Tauekivalen, dan Konginerik.

33 a. PARAREL KLASIK Metode pararel klasik dimana suatu tes di bagi dua dengan cara gasal dan genap atau bagian awal dan bagian akhir ( split-half atau belah dua). Persyaratan metode ini yang harus dipenuhi yaitu rerata bagian pertama dan kedua sama, varians kedua belahan sama, serta materi yang diukur juga sama. Formula untuk menghitung besarnya indek reliabilitas pararel klasik dengan Spearman-Brown kp Pxx = 1 + ( k – 1 ) p K adalah jumlah item setelah ada perubahan dibagi dengan jumlah atem awal P adalah korelasi antara skor pada item gasal dan skor pada item genap atau reliabilitas sebelum ada perubahan

34 Bila suatu tes atau item tes dibagi dua dengan nomor gasal dan genap, maka rumus Spearmen-Brown sebagai berikut: 2ry1y2 rxx = 1 + ry1y2 ry1y2 = koefisien korelasi antara kedua belahan rxx = estimasi koefisien reliabilitas keseluruhan test X jadi bila diperoleh ry1y2=0.676 dari kedua belahan, maka koefisien reliabilitas tast X : 2 (0.0676) rxx = rxx =

35 b. TAU - EKIVALEN Pendekatan Tau-ekivalen dapat menggunakan formula Rulon dimana estimasi belah dua tanpa berasumsi kedua belahan mempunyai varians yang sama. Formula rulon dimana varians yang perlu diperhitungkan adalah varians kesalahan. Rulon menyatakan bahwa varians distribusi perbedaan skor pada belahan-belahan tes seluruhnya ditentukan oleh varians kesalahan masing-masing belahan bersama-sama membentuk varians kesalahan tes keseluruhan. Varians distribusi perbedaan dapat dipakai untuk mengestimasi reliabilitas tes.

36 Formula atau rumus reliabilitas Rulon sebagai berikut:
rxx = 1 – s2d / s2x Dimana S2d = Varians distribusi perbedaan skor kedua belahan S2x = Varians distribusi skor total Bila varians X, telah diketahui S2X = 8.249, sedangkan varians d telah diketahui S2d = 1.61 rXX = 1 – 1.61/8.249 = 1 – =

37 Formula atau rumus Alpha Cronbach: 2 ( S2X – (S2Y1 + S2Y2)) S2X
Eatimasi Koefisien Alpha (Alpha Cronbach) digunakan bila distribusi skor belahan Y1 dan Y2 tidak memiliki varians yang sama atau tidak cukup alasan bahwa kedua belahan adalah pararel. Formula atau rumus Alpha Cronbach: 2 ( S2X – (S2Y1 + S2Y2)) Alpha = S2X Dimana : S2Y1 = varians skor subjek pada belahan Yj S2X1 = varians skor pada keseluruhan test X a = Koefisien reliabilitas alpha

38 Diketahui S2Y1 = 2.239, S2Y2 = 2.689 S2X = 8.249 2(8.249-( )) Koefisien Alpha = 8.249 = 0.805

39 c. KONGINERIK Metode ini digunakan bila varians kedua belahan tidak sama da rerata dua belahan juga tidak sama. Model pengukuran dapat ditulis sebagai berikut: PT1T2 = 1.0 Ti2 = b12 Ti1 + C12 Formula yang termasuk metode ini adalah Kristoff untuk tes belahan-tiga. Setiap belahan tidak perlu panjang tetapi harus diasumsikan sebagai memiliki isi yang homogen(Congeneric).

40 Sik = Kovarians belahan Yi dan belahan Yk Maka rumusan reliabilitas
Formula Kristoff untuk melakukan estimasi terhadapvarians skor murni sebagai berikut: S12S S13S S13S23 S2T= (S12+S13+S23) S S S12 Dimana : S2T = Varians skor murni Sik = Kovarians belahan Yi dan belahan Yk Maka rumusan reliabilitas rXX = Sik /S2X S = kovarians belahan Y1 dan belahan Y2

41 Bila diketahui jumlah belahan Y1 = 10 Y2 = 11, dan Y3 = 12
Penghitungan kovarians antar ketiga belahan S12 = 0.63, S13 = 0.13, S23 = 0.61 (.63)(.13) (.63)(.61) (.13)(.61) S2T = + 2 ( ) S2T = (125)2 Varians X, S2X = = 8.25 10

42 Reliabilitas Test dihitung sebagai berikut:
rXX = S2T / S2X = /8.25 = 0.722

43 II. Stabilitas 1. Stabilitas hasil pengukuran dapat dilihat dari besarnya korelasi skor hasil pengukuran pertama dan hasil pengukuran kedua. Dua distribusi skor dikorelasikan dan besarnya korelasi sebagai indek reliabilitas yang diartikan sebagai stabilitas pengukuran 2. Metode tes retes dilakukan dengan menggunakan tes yang sama pada kelompok subjek yg sama dengan memberikan waktu yg cukup diantara dua kali tes tersebut. 3. Menghitung korelasi antara distribusi skor tampak kedua hasil tes akan diperoleh koefisien reliabilitas tes yang bersangkutan.

44 Koefisien korelasi sempurna diperoleh bila setiap subjek mendapatkan skor yang sama pada kedua tes dan bila distribusi skor kelompok tersebut variansnya tidak sama dengan nol. Misalnya: Subjek Skor X1 Skor X2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 40 43 39 52 50 44 51 48 47 42 38 45 49 46 Jmlh X1 = 458 Jmlh X12 = 21160 Jmlh X1 X2 = 21090 Jmlh X2 = 457 Jmlh X22 = 21037

45 Kofesien reliabilitas test X dihitung dengan formulan Product Moment dari Pearson.
(Jmh X1) ( Jmh X2) Jmh X1X N rX1X2 = (Jmh X1) (Jmh X2)2 JmhX Jmh X N N

46 (458) ( 457) 10 rX1X2 = (458) (457)2 rX1x2 = rX1X2 = 0.954

47 Metode tes-retes sangat peka terhadap masalah efek bawaan (carry over effect) diantara kedua penyajian skor subjek. Carry over effect yaitu penyajian (tes) kedua sangat mungkin dipengaruhi oleh penyajian (tes) yang pertama atau sebaliknya. Carry over effect disebabkan oleh subyek ada waktu latihan, karena belajar, waktu pendek, sikap subjek ( bersikap negatif, tidak sungguh-sungguh, atau memberikan jawaban seadanya/sekenanya) Tes-retes lebih cocok untuk mengestimasi reliabilitas test yang mengukur percobaan yang stabil selama tenggang waktu penyajian tes dan tak mudah dipengaruhi carry over effect.

48 III. Reliabiltas Antar penilai (Inter Rater )
Pengumpulan data dilapangan bisa pengamatan, observasi terhadap perilaku seseorang atau karya tertulis seseorang. Pengamatan dapat berupa karya tulis, karya seni, atau tes kinerja (test performans) Koefisien reliabilitas data pengamatan menggunakan inter rater atau konsistensi antar penilai, dan teknik analisis menggunakan analisis varians.

49 Pendekatan inter rater dapat menggunakan pendekatan hoyt, korelasi intraklas, teori generaliabilitas ( G theory dan D theory), skor komposit. Pendekatan hoyt, dimana skor item dalam hal ini dianggap sebagai desain faktorial dua jalan yang dikenal dengan sebutan treatment x subjek design Pendekatan hoyt dalam perhitungan hasilnya sama dengan perhitungan dengan formula KR 20 karena untuk item dikotomi. Item dikotomi adalah jawaban ya tidak, benar salah, dan item politomi adalah jawaban skor angka 1, 2, 3, 4, 5, dst.

50 Pendekatan reliabilitas pengukuran observasi merupakan koefisien kesepakatan antar penilai atau korelasi intrakelas (fernandes). Formula koefisien korelasi intrakelas yaitu rasio varians skor murni dan varians skor tampak. Pendekatan teori generalibilitas terdiri atas G theory dan D theory. G theory digunakan untuk mengestimasi besarnya koefisien reliabilitas antar penilai pada keadaan tertentu.

51 Pendekatan reliabilitas skor komposit merupakan suatu tes yang terdiri atas beberapa subtes, bukan bentuk paralel, tetapi mengukur hal yang berbeda. Skor komposit bisa tediri dari subtes verbal, kuantitatif, dan penalaran, sehingga skor akhir merupakan skor dari tiga subtes tersebut.

52 Selamat Belajar Selamat Bekerja Terima Kasih


Download ppt "MATA KULIAH EVALUASI OLAHRAGA KODE 409"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google