Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
METODE PENCATATAN PERSEDIAAN
Oleh: Timothy Arsya Tifanny ( ) Dimas Ahmad P ( ) Pungky Kumalasari ( ) Nurul Fauzy ( ) Ayun Sekar W ( )
2
A. Definisi dan Klasifikasi Sediaan
Sediaan adalah asset yang dimiliki suatu entitas untuk dijual kembali atau dikonsumsi selama periode tertentu. PSAK No.11 mendefinisi sediaan sebagai asset yang: Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut, atau Dalam bentuk bahan baku atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa
3
B. Pencatatan Penilaian Persediaan Berbasis Biaya
Penilaian persediaan merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan, terutama untuk mengetahui laba perusahaan Setelah persediaan dinilai berapa besarnya, kemudian nilai-nilai tersebut dicatat ke dalam catatan perusahaan kemudian diproses untuk menghitung laba perusahaan. Namun, sebelum dapat mengetahui laba perusahaan akan dilakukan terlebih dahulu penentuan biaya/kos persediaan yang telah terjual.
4
Metode pencatatan persediaan
1. ILUSTRASI SISTEM PERPETUAL Diketahui harga jual barang dagangan pada tanggal 20 Januari 2013 adalah Rp10 per unit.Tentukan nilai sediaan 31 Januari 2013, jika hasil penghitungan fisik sediaan menunjukkan jumlah sebesar unit. PT.Abang menerapkan asumsi aliran kos : identifikasi khusus, rata-rata, LIFO, dan FIFO
5
Berikut ini adalah informasi kuantitas dan harga barang yang dibeli dan dijual oleh PT.Abang selama bulan Januari 2013 Tanggal Pembelian (unit) Kos Per Unit Penjualan (unit) 3/1 4.000 Rp4 - 10/1 12.000 Rp5 20/1 10.000 28/1 Rp6 Total 20.000
6
a. Metode Identifikasi Khusus
Diketahui hasil identifikasi menunjukkan unit barang yang terjual pada tanggal 20/1/213 semuanya berasal dari pembelian tanggal 10/1/2013. Kartu persediaan yang disusun menggunakan asumsi identifikasi adalah sebagai berikut
7
Lanjutan. . Beli Jual Saldo Tgl 3/1 4000u’ x Rp4 =Rp16.000 -
10/1 12.000u’ x Rp5 =Rp60.000 16000u’ =Rp76.000 20/1 10.000u’ x Rp5 =Rp50.000 4.000u’ x Rp4 =Rp16.000 2.000u’ x Rp5 =Rp10.000 6.000u’ =Rp26.000 28/1 4.000u’ x Rp6 =Rp24.000 10.000u’ =Rp50.000
8
b. Metode Rata-Rata Beli Jual Saldo Tgl 4000u’ x Rp4 =Rp16.000 -
3/1 4000u’ x Rp4 =Rp16.000 - 4000u’ x Rp4 =Rp 10/1 12.000u’ x Rp5 =Rp60.000 4000u’ x Rp =Rp16.000 12.000u’ x Rp5 =Rp60.000 16000u’ xRp4,75 =Rp76.000 20/ 10.000u’xRp4,75= Rp47.500 6.000u’xRp4,75=Rp28.500 28/1 4.000u’ x Rp6 =Rp24.000 6000u’xRp4,75 =Rp28.500 4.000u’xRp6,00 =Rp24.000 10.000u’xRp5,25=Rp52.500
9
c. Metode MPKP (FIFO) Beli Jual Saldo 4000u’ x Rp4 =Rp16.000 -
Tgl Beli Jual Saldo 3/1 4000u’ x Rp4 =Rp16.000 - 4000u’ x Rp4 =Rp 10/1 12.000u’ x Rp5 =Rp60.000 16000u’ =Rp76.000 20/1 4.000u’xRp4=Rp16.000 6.000u’xRp5=Rp30.000 10.000u’ =Rp46.000 6.000u’xRp5 =Rp30.000 28/1 4.000u’ x Rp6 =Rp24.000 10.000u’ =Rp54.000
10
Pencatatan Sediaan dengan Sistem Perpetual
3/ Sediaan barang dagangan Rp16.000 Kas Rp16.000 10/1 Sediaan barang dagangan Rp60.000 Kas Rp60.000 20/ Kas/Piutang dagang Rp Pendapatan penjualan Rp Biaya sediaan terjual (KBT) Rp46.000 Sediaan barang dagangan Rp46.000 28/1 Sediaan barang dagangan Rp24.000 Kas Rp24.000 31/ Tidak ada jurnal penyesuian yang dibuat
11
d. Metode MTKP (LIFO) Beli Jual Saldo 4000u’ x Rp4 =Rp16.000 -
Tgl Beli Jual Saldo 3/1 4000u’ x Rp4 =Rp16.000 - 4000u’ x Rp4 =Rp 10/1 12.000u’ x Rp5 =Rp60.000 16000u’ =Rp76.000 20/1 10.000u’ x Rp5 =Rp50.000 4.000u’ x Rp4 =Rp16.000 2.000u’ x Rp5 =Rp10.000 6.000u’ =Rp26.000 28/1 4.000u’ x Rp6 =Rp24.000 10.000u’ =Rp50.000
12
2. ILUSTRASI SISTEM FISIK
Berdasar sistem fisik, nilai sediaan ditentukan melalui tahapan berikut ini : menghitung kos barang yang tersedia dijual, menerapkan asumsi aliran kos tertentu, menentukan kos atau nilai sediaan akhir, dan menentukan kos atau biaya barang terjual (HPP).
13
a. Metode Identifikasi Khusus
Kos sediaan akhir 31/1/2013 3/ Rp4 Rp16.000 10/ Rp5 Rp60.000 28/ Rp6 Rp24.000 Total tersedia Rp Hasil perhitungan fisik menunjukkan jumlah sediaan sebanyak unit, hasil identifikasi menunjukkan sediaan terdiri atas 4000 unit dari oembelian 3/1 ; unit dari pembelian 10/1 ; dan unit dari pembelian 28/1 Nilai sediaan 31/1/2013 adalah Rp = [(4000u’xRp4) + (2000u’xRp5) + (4000u’xRp6)] Kos barang terjual = Kos/Biaya barang tersedia dijual – kos/biaya sediaan akhir =Rp Rp50.000 =Rp50.000
14
b. Metode Rata-Rata Kos sediaan akhir 31/1/2013 3/ Rp4 Rp / Rp5 Rp / Rp6 Rp Total tersedia Rp Kos rata-rata bulan Januari =Rp /20.000ui = Rp5/u’ Hasil penghitungan fisik sediaan barang 31/1/2014 adalah unit Nilai sediaan 31/1/2013 adalah Rp5 x =Rp Kos barang terjual =Kos/biaya barang tersedia dijual – kos/biaya sediaan akhir = Rp Rp =Rp50.000
15
c. Metode MTKP (LIFO) Kos Sediaan barang 31/1/2013 3/ Rp4 Rp / Rp5 Rp Total Rp Kos sediaan tanggal 31/1 adalah Rp Kos barang terjual =Rp – Rp =Rp54.000
16
d. Metode MPKP (FIFO) Kos Sediaan barang 31/1/ / Rp6 Rp / Rp5 Rp Total tersedia Rp Kos sediaan 31/1 adalah Kos barang terjual =Rp – Rp =Rp46.000
17
Pencatatan Sediaan dengan Sistem Fisik
3/ Pembelian Rp16.000 Kas Rp16.000 10/1 Pembelian Rp60.000 Kas Rp60.000 20/1 Kas/Piutang dagang Rp Pendapatan penjualan Rp 28/1 Pembelian Rp24.000 Kas Rp24.000 31/1 Sediaan barang dagangan Rp54.000 Biaya Sediaan Terjual (KBT) Rp46.000 Pembelian Rp
18
C. Pencatatan Penilaian Persediaan Berdasarkan Taksiran
1. Pencatatan Sediaan Berdasar Metode LCNRV Berikut contoh transaksi yang dilaksanakan oleh PT. Arasy berkaitan dengan nilai sediaan barang dagangan pada 31 Desember 2013: Sediaan 31 Desember 2013 Biaya barang terjual (kos barang terjual) Rp Sediaan 31/12/2013 (kos/biaya/cost) Rp Sediaan 31/12/2013 (NRV) Rp Jika perusahaan menerapkan metoda LCNRV, nilai sediaan pada 31 Desember 2013 harus dilaporkan sebesar (nilai pasar, sebab lebih rendah dari kos). Padahal diketahui PT.Arasy mencatat sediaan sebesar kos/biaya.Kondisi ini membutuhkan jurnal penyesuaian pada akhir tahun 2013.Ada dua metode untuk mencatat kondisi ini pada 31 Desember 2013, yaitu metode langsung atau metode biaya/kos barang terjual (direct metodh) dan metode tidak langsung atau metode kerugian (indirect method).
19
Lanjutan . . . a. Metode Langsung (Metode KBT) Kos/Biaya barang terjual Rp Sediaan Barang Rp b. Metode Tak Langsung (Metode Kerugian) Rugi penurunan nilai sediaan Rp Cadangan Penurunan Nilai sediaaan Rp12.000
20
2. Pemulihan Nilai Sediaan
pada tahun 2014, NRV sediaan adalah Rp (nilai ini lebih rendah dari biaya sediaan/kos Rp , dan NRV naik Rp5.000 (dari tahun 2014). Dengan demikian, Cadangan Penurunan Nilai Sediaan yang dibutuhkan hanya sebesar Rp7.000. Jika metode tak langsung digunakan, ayat jurnal penyesuaian yang dibutuhkan adalah : Cadangan Penurunan Nilai Sediaan Rp5.000 Pemulihan Nilai Sediaan Rp5.000
21
3. Penilaian Menggunakan Nilai Penjualan Relatif
Ikhtisar L/R Xxx Persediaan Xxx Persediaan Xxx Ikhtisar L/R Xxx
22
4. Komitmen Pembelian Komitmen pembelian terjadi ketika perusahaan memiliki komitmen menjual secara periodic, mingguan, bulanan, atau tahunan. Komitmen pembelian selalu dibuat dimuka. Umumnya jarang sekali pembeli melakukan pencatatan atas pesanan barang yang belum dikirim oleh penjual. Akan tetapi, ketika komitmen pembeli dilakukan secara formal, pembeli wajib mengungkapkan komitmen pembelian dalam laporan keuangan
23
5. Metode Laba Kotor (Gross Profit/Margin Method)
Metode laba kotor biasanya digunakan pada perusahaan yang mengalami musibah sehingga menyebabkan data perusahaan Oleh karena itu perusahaan menaksir berapa jumlah persediaan yang ada di perusahaan berdasarkan prosentasse laba kotor tertentu yang ditentukan oleh perusahaan. Pencatatan yang dibuat akan sama dengan metode fisik karena pencatatan hanya dilakukan di akhir periode (catatan sebelumnya hilang Ikhtisar L/R Xxx Persediaan
24
6. Metode Harga Jual Eceran dan Eceran LIFO
Sama seperti beberapa metode sebelumnya, pencatatan persediaan pada metode ini dilakukan hanya saat akhir periode saja setelah dilakukan penilaian persediaan. Catatan yang dibuat adalah: Ikhtisar L/R Xxx Persediaan Xxx Ikhtisar L/R Xxx
25
7. Situasi Penilaian Khusus
Penilaian khusus terjadi karena adanya saat-saat tertentu ketika nilai persediaan sulit ditentukan dan sulit dipertukarkan. Sebagai contoh adalah pada aset pertanian dan peternakan.Aset pada komoditas ini sangat sulit untuk dinilai dan bahkan dapat berubah setiap hari.
26
Ilustrasi Peternakan Padat Karya memulai usaha pada 1 Januari 2015 dengan membeli ayam petelur senilai Rp Selama bulan Januari 2015 diperkirakan indukan tersebut mengalami pertumbuhan alami sehingga dapat dinilai turun Rp , penurunan nilai wajar saat panen senilai Rp Telur yang dihasilkan selama bulan Januari adalah senilai Rp
27
Pencatatan saat pembelian indukan:
Pencatatan penurunan nilai aset indukan Aset Peternakan Ayam Petelur Rp Kas/Utang Dagang Aset Peternakan Ayam Petelur Rp Laba/Rugi Belum Direalisasi
28
Pencatatan hasil produksi telur
Persediaan Telur Ayam Rp Laba/Rugi Belum Direalisasi Pencatatan penjualan telur ayam jika dijual secara tunai Rp Kas Rp Biaya Telur Ayam Terjual/HPP Rp Persediaan Telur Ayam Penjualan
29
Pencatatan Metode Harga Pokok atau Nilai Realisasi Bersih yang Lebih Rendah
Ada 3 prosedur yang dapat digunakan untuk mencatat aturan harga pokok atau nilai realisasi bersih yang lebih rendah: Metode pengurangan persediaan langsung, dimana kerugian penurunan harga persediaan tidak dilaporkan tersendiri Metode pengurangan persediaan langsung, dimana hanya kerugian penurunan harga persediaan akhir yang dilaporkan tersendiri Metode cadangan persediaan, dimana kerugian penurunan harga persediaan awal dan akhir dilaporkan tersendiri
30
Harga pokok atau Nilai realisasi bersih yang lebih rendah
contoh persediaan barang sebagai berikut : Tgl Harga pokok Harga pokok atau Nilai realisasi bersih yang lebih rendah Selisih/Rugi 1 Januari 2005 Rp - 31 Desember 2005 Rp Rp Rp40.000 31 Desember 2006 Rp Rp Rp16.000
31
Metode Pengurangan Persediaan Langsung-Kerugian tidak disendirikan
Metode Fisik Tahun 2005 : Harga pokok penjualan Rp Persediaan barang Rp (Menutup persediaan awal) Persediaan barang Rp Harga pokok penjualan Rp (Mencatat persediaan akhir dengan jumlah harga pokok atau nilai realisasi bersih yang lebih rendah) Tahun 2006 : Harga pokok penjualan Rp Persediaan barang Rp Persediaan barang Rp Harga pokok penjualan Rp
32
Metode Pengurangan Persediaan Langsung-Kerugian Penurunan Harga Persediaan Akhir Disendirikan
Metode Fisik Tahun 2005 : Harga pokok penjualan Rp Persediaan barang Rp (Menutup persediaan awal) Persediaan barang Rp Rugi penurunan harga persediaan Rp40.000 Harga pokok penjualan Rp (Mencatat persediaan akhir dan mengakui kerugian) Tahun 2006 : Harga pokok penjualan Rp Persediaan barang Rp Persediaan barang Rp Rugi penurunan harga persediaan Rp16.000 Harga pokok penjualan Rp
33
Metode Cadangan Persediaan-Kerugian Penurunan Harga Persediaan Awal dan Akhir Disendirikan
Metode Fisik Tahun 2005 : Harga pokok penjualan Rp Persediaan barang Rp (Menutup persediaan awal) Persediaan barang Rp Rugi penurunan harga persediaan Rp40.000 Harga pokok penjualan Rp Cadangan penurunan harga persediaan Rp40.000 (Mencatat persediaan akhir dan mengakui kerugian) Tahun 2006: Harga pokok penjualan Rp Persediaan barang Rp Persediaan barang Rp Cadangan penurunan harga persediaan Rp24.000 Harga pokok penjualan Rp Laba dari pengurangan cadangan penurunan harga persediaan Rp24.000
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.