Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

HASILPENELITIAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING SECARA BERKELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA KONSEP CAHAYA DI KELAS VIIIS MP NEGERI.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "HASILPENELITIAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING SECARA BERKELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA KONSEP CAHAYA DI KELAS VIIIS MP NEGERI."— Transcript presentasi:

1 HASILPENELITIAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING SECARA BERKELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA KONSEP CAHAYA DI KELAS VIIIS MP NEGERI 1 ATAP TAPINALU OLEH HAJIJA WALI NPM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS DARUSSALAM AMBON

2 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam proses belajar mengajar terdapat keterkaitan yang erat antara guru, siswa, sarana dan prasarana. Guru mempunyai tugas untuk memilih model yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan pendidikan. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan yang menyelenggarakan proses belajar mengajar dalam rangka mengembangkan potensi siswa semaksimal mungkin agar dapat bermanfaat dalam kehidupannya kegiatan sekolah adalah terencana dan terorganisir, dalam penyelenggarakan pendidikan hanya bisa terlaksana dengan baik apabila kurikukum yang direncanakan sesuai dengan kebutuhan.

3 Kurikulum sendiri adalah seperangkat rencana atau pengaturan mengenai isi dan bahan serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan belajar mengajar. dalam Dimyati dan mudjiono (2002 : 267 ) isi atau materi kurikulum merupakan semua pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dan sikap yamg terorganisir dalam mata pelajaran. Fisika adalah salah satu mata pelajaran yang merupakan ilmu dasar (basic secience) yang penting baik sebagai alat bantu, sebagai pembimbing pola pikir maupun sebagai pembentuk sikap, maka dari itu fisika diharapkan dapat dikuasai oleh siswa di sekolah.

4 Berdasarkan observasi awal penelitian pada SMP Negeri 1 Atap Tapinalu melalui wawancara dengan guru mata pelajaran fisika setempat bahwa penguasaan siswa terhadap materi pelajaran fisika masih tergolong rendah salah satunya pada materi cahaya kelas VIII SMP Negeri I Atap Tapinalu. Ini terlihat dengan nilai rata-rata ulangan harian siswa kelas VIII tahun ajaran pada materi tersebut adalah 3-5 guru tersebut mengungkapkan bahwa siswa masih sulit mengerjakan soal fisika dengan materi cahaya yang berkaitan sehingga siswa tidak dapat menentukan penyelesaian dengan tepat.

5 Untuk mengatasi masalah tersebut maka peneliti bersama dengan guru mempertimbangkan salah satu model pembelajaran yaitu model pembelajaran problem posing dimana dengan model pembelajaran ini siswa akan kreatif (Setiawan, 2004 : 16), karna melalui model pembelajaran ini siswa diharapkan akan lebih mendalami pengetahuan dan menyadari pengalaman belajar. Selain itu Rusefendi (Surtini, 2004 : 49), mengatakan bahwa upaya membantu siswa memahami soal dapat dilakukan dengan menulis kembali soal tersebut dengan kata-katanya sendiri, menuliskan soal dalam bentuk lain atau dalam bentuk operasional. Kegiatan inilah yang dikenal dengan istilah problem posing.

6 Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis akan mengadakan suatu penelitian dengan judul “Penerapan model problem posing untuk meningkatkan hasil belajar pada konsep cahaya di kelas VIII SMP Negeri I Atap Tapinalu” Rumusan Masalah Berdasarkan judul diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah dengan penerapan model pembelajaran problem posing untuk meningkatkan hasil belajar pada kosep cahaya di kelas VIII SMP Negeri I Atap Tapinalu”

7 1.3. Tujuan Penelitian. Berdasarkan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penilitian ini adalah untuk menerapan model pembelajaran problem posing utuk meningkatkan hasil belajar pada konsep cahaya di kelas VIII SMP Negeri I Atap Tapinalu” 1.4. Manfaat Penelitian. Setelah penelitian ini selesai diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : Bagi guru fisika, semoga penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam inovasi pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Bagi siswa, dengan mengetahui penerapan model pembelajaran problem posing maka di harapkan dapat di pakai sebagai bahan pertimbangan untuk menyesuaikan cara belajar sehingga dapat di peroleh hasil yang memuaskan .

8 Bagi sekolah, dengan pembelajaran model problem posing dapat digunakan sebagai alternatif dalam upaya mengaktifkan siswa dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Bagi peneliti : penelitian ini dapat memberikan gambaran dan pengetahuan dalam penerapan problem posing pada pelajaran fisika. 1.5. Penjelasan Istilah. Cahaya adalah gelombang elektromagnetik, maka cahaya merambat didalam ruang hampa udara. (Yudhistira : 2004) Model adalah cara atau teknik yang digunakan untuk mencapai tujuan (Sudjana N, 1989 : 22 ) Problem posing adalah pengajuan soal atau pengajuan masalah. (Echlos dan Sadily 439, 448 : 1995)

9 4.Model pembelajaran problem posing adalah pembelajaranyang menuntut siswa untuk pengajuan soal atau pengajuan masalah dengan menggolongkan mereka atas beberapa kelompok. 5.Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajar (Sudjana N, 1989 : 22 ) 6.Prestasi adalah tingkat keberhasilan dimana seluruh bahan pelajaran di ajarkan 60% telah dikuasai siswaa. (Djamarah, 1993 : 119)

10 BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif, untuk menjelaskan atau menggambarkan apa adanya dilapangan (SMP Negeri I Atap Tapinalu), (Arikunto 2002 : 9), hasil penelitian ini menggambarkan dengan jelas hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri I Atap Tapinalu materi cahaya Waktu dan Lokasi a. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada SMP Negeri I Atap Tapinalu Kecamatan Huamual Kabupaten Seram Bagian Barat. b. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksananakan pada tanggal 21 januari s/d 21 februari 2012

11 3.3. Populasi dan Sampel a. Populasi Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri I atap Tapinalu yang berjumlah 28 siswa. b. Sampel Sampel yang diambil adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri I Atap Tapinalu yang terdiri dari 28 siswa, sampelnya adalah sampel populasi (sampel total) Variabel Penelitian Dalam penelitian ini digunakan variabel tunggal, yaitu hasil belajar dengan menggunakan metode problem posing.

12 Tes formatif 3.5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1.Soal tes sebanyak 10 butir pilihan ganda yang digunakan untuk tes formatif (post tes). Lembaran kerja siswa (LKS) digunakan untuk menilai kemampuan siswa terhadap materi (kemampuan kognitif) selama proses pembelajaran berlangsung. Lembaran observasi dilakukan untuk menilai kemampuan afektif dan psikomotor. 3.6. Teknik Pengumpulan Data Tes formatif Tes formatif digunakan untuk memperoleh data akhir, dengan menggunakan lembaran soal tes setelah proses belajar mengajar (KBM) belangsung. Soal pada tes formatif bentuk pilihan ganda. Siswa mengerjakan soal tersebut, hasil tes dikumpulkan kemudian dikoreksi dan diberikan skor sesuai dengan analisis data.

13 2. LKS digunakan untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa selama proses pembelajaran berlangsug. 3. Lembaran observasi dilakukan selama KBM berlangsung untuk memperoleh data tentang aspek afektif dan psikomor Teknik Analisis Data a. Hasil tes dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Tingkat (Arikunto, 1997: 264)

14 Tingkat Penguasaan Kompetensi
Hasil analisis tingkat penguasaan ini, kemudian dikatagorikan pada tabel 3.1. Table 3.1 tingkat penguasaan siswa (Sumber : disesuaikan dengan KKM sekolah yang akan dilakukan penelitian) b. Hasil Observasi Penilaian selama proses belajar mengajar (PBM) dapat di hitung dengan cara : Tingkat (Arikunto, 1997:264) Tingkat Penguasaan Kompetensi Kualifikasi 86-100 < 60 Sangat baik Baik Cukup Gagal

15 Tingkat Penguasaan Kompetensi
Tabel Kualifikasi Tingkat Penguasaan Psikomotor siswa (Sumber : disesuaikan dengan KKM sekolah yang akan dilakukan penelitian) Tingkat (Arikunto, 1997: 264). Tingkat Penguasaan Kompetensi Kualifikasi 86-100 < 60 Sangat baik Baik Cukup Gagal

16 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pelaksanaan Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi ke sekolah yang merupakan tempat penelitian. Peneliti melakukan konsultasi dengan pihak sekolah sebagai pimpinan lembaga, wakil kepala sekolah urusan kurikulum dan guru bidang studi fisika. Hal ini dilakukan untuk mengetahui jadwal pelajaran dan program sekolah yang berkaitan dengan kegiatan pelitian serta informasi tentang kemampuan hasil belajar siswa. Setelah proses observasi dilakukan peneliti melakukan penentuan kelas sebagai sampel yang diambil, dimana kelas VIII dengan model pembelajaran problem posing, serta penentuan jadwal pelaksanaan proses belajar mengajar

17 4.1.1.Hasil Analisis Deskriptif
1. Deskripsi hasil Afektif siswa pada materi cahaya Berikut ini dikemukakan hasil deskriptif siswa kelas VIII SMP Negeri I Atap Tapinalu yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran problem posing terhadap peningkatan hasil belajar siswa sebagai berikut : Tabel 4.1. Distribusi dan Prsentasi Penilaian Rata -rata Tingkat Penguasaan Afektif Siswa Pada Materi Cahaya. (Sumber : Data hasil penelitian) Tingkat Penguasaan Frekuensi (F) Persentase (%) Kualifikasi 86 – 100 10 35,7 Sangat Baik 71 – 85 16 57,1 Baik 60 – 70 2 7,1 Cukup < 60 - Gagal Jumlah 28 100

18 Dari Tabel dan grafik 4.1 di atas dapat dilihat hasil pencapaian pada rata-rata aspek afektif, terdapat 10 siswa dengan persentase (35,7%) dengan kualifikasi sangat baik, 16 siswa dengan persentase (57,1%) dengan kualifikasi baik dan 2 siswa dengan persentase (7,1%) dengan kualifikasi cukup. 2.Deskripsi Nilai Rata-Rata Tingkat Penguasaan Psikomotor Siswa Pada Materi Cahaya. Tabel 4.2. Rata-rata Tingkat Penguasaan Psikomotor Siswa Pada Materi Cahaya. Tingkat Penguasaan Frekuensi (F) Persentase (%) Kualifikasi 86 – 100 11 39,3 Sangat Baik 71 – 85 17 60,7 Baik 60 – 70 - Cukup < 60 Gagal Jumlah 28 100

19 Dari Tabel dan grafik 4.2. di atas dapat dilihat hasil pencapaian pada rata-rata aspek psikomotor, terdapat 11 siswa dengan persentase (39,3%) dengan kualifikasi sangat baik, 17 siswa dengan persentase (60,7%) dengan kualifikasi baik Data yang ditunjukan pada Tabel 4.1. dan 4.2. dapat menghasilkan grafik sebagai berikut:

20 3. Deskripsi Hasil Kerja Individu Pada Lembar Kerja Siswa (LKS) Tabel 4.3. Rata-rata Tingkat Penguasaan Siswa pada Lembar Kerja Siswa (LKS). Tingkat Penguasaan Frekuensi (F) Persentase (%) Kualifikasi 86 – 100 4 14,3 Sangat Baik 71 – 85 19 67,9 Baik 60 – 70 5 17,9 Cukup < 60 - Gagal Jumlah 28 100 (Sumber : Data hasil penelitian)

21 Dari Tabel 4.3 di atas dapat dilihat hasil pencapaian pada rata-rata LKS siswa, terdapat 4 siswa dengan persentase (14,3%) dengan kualifikasi Sangat baik, dan 19 siswa dengan persentase (67,9%) dengan kualifikasi baik. Serta 5 siswa dengan persentase (17,9%) dengan kualifikasi cukup. Dari tabel 4.3. data hasil penguasaan siswa pada LKS maka didapatkan: Grafik 4.2. Rata-rata hasil Lembar Kerja Siswa

22 4.1.2. Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa Hasil Tes Akhir (Post tes).
Hasil penilaian tes akhir pada materi cahaya, yang menggambarkan penguasaan atau kemampuan siswa setelah diberikan model pembelajaran problem posing dengan materi yang diajarkan. Suryabrata (2002 : 162) menyatakan bahwa tes akhir adalah tes yang di berikan kepada siswa setelah proses belajar mengajar selesai.

23 Tingkat Penguasaan Frekuensi (F) Persentase (%) Kualifikasi 86 – 100 9 32,15 Sangat Baik 71 – 85 19 67,85 Baik 60 – 70 - Cukup < 60 Gagal Jumlah 28 100 (Sumber : Data hasil penelitian) Tabel 4.3. memperlihatkan kemampuan akhir siswa untuk materi cahaya, terdapat 9 siswa dengan persentase (32,15%) dalam kualifikasi sangat baik dan 19 siswa dengan persentase (67,85%) dalam kualifikasi baik.

24 Dari Tabel 4.3. data hasil rata-rata tingkat penguasaan tes akhir siswa maka di dapatkan Grafik 4.3.
Grafik 4.3. Hasil rata -rata tingkat penguasaan siswa pada tes akhir.

25 4.1. Pembahasan Hasil Penilaian Proses Belajar Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Posing.
Hasil Belajar Siswa Pada Aspek Afektif Sesuai hasil penelitian yang diperoleh, maka penilaian proses belajar menggunakan model pembelajaran problem posing adalah dengan menggunakan lembar pengamatan afektif, dimana untuk hasil pengamatan afektif siswa, menunjukan bahwa model ini sangat berhasil dalam proses pembelajaran karena siswa dapat memberikan respon positif yakni mampu memberi respons secara aktif terhadap fenomena yang terjadi, misalnya pada saat poses belajar mengajar berlansung siswa SMP Neg.1 Atap Tapinalu kelas VIII

26 dapat menemukan sendiri masalah yang terjadi di lingkungan sekitarnya dan berusaha mencari solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut dan hal ini sangat berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, minat siswa dan penyesuaian perasaan sosial. Tak hanya itu, adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhi kemampuan afektif siswa diantaranya, kempuan daya serap siswa yang berbeda-beda, (berkaitan dengan kesadaran siswa akan adanya perbedaan individual dalam kelas dan mampu menerima akan adanya perbedaan tersebut). Selain itu kemampuan memberi penilaian atau pertimbangan kepada suatu objek atau kejadian tertentu juga mempengaruhi kemampuan afektif dalam proses belajar mengajar, begitu juga dengan karakteristik setiap siswa, kemampuan yang mengacuh pada karakter dan gaya hidup seseorang. Hal ini terlihat jelas dari hasil pencapaian presentase penilaian rata-rata siswa pada tingkat penguasaan materi cahaya.

27 b. Hasil Belajar Siswa Pada Aspek Psikomotor Dengan menggunakan model pembelajaran problem posing, menunjukkan bahwa pada ranah psikomotor ini dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar, sehingga tingkat hasil penguasaan materi cahaya yang disampaikan, dapat memberikan ketrampilan tambahan yang merangsang kemampuan psikomotor siswa karena hal ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak dari setiap siswa. Selain itu aspek pisikomator juga dapat dipengaruhi oleh kemampuan perseptual siswa, termasuk didalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain, sehingga nilai rata-rata yang dihasilkan mencapai kualifikasi yang memuaskan.

28 c. Hasil Kerja Siswa Pada LKS Sesuai hasil Lembar Kerja Siswa (LKS) pada proses belajar mengajar berlansung menunjukan bahwa lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa itu digunakan untuk menilai kemampuan siswa kelas VIII SMP Neg. 1 Atap Tapinalu terhadap materi cahaya yang diberikan dan sangat berkaitan erat dengan kemapuan pada ranah kognitif siswa. Dapat dilihat dengan pencapaian rata-rata dari hasil kerja individu pada LKS, karena siswa ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar sehingga siswa benar-benar dapat memahami materi cahaya (siswa mengalami sendiri proses untuk mendapatkan konsep dasar tentang cahaya). Dengan demikian hal ini dapat menunjang tercapainya kompetensi dasar dalam proses belajar mengajar.

29 d. Hasil Belajar Siswa Pada Tes Formatif (Pos Tes) Setelah proses belajar mengajar (PBM) berlangsung selanjutnya dapat dilakukan tes akhir (pos tes). Hasil tes akhir didapatkan dengan menggunakan analisis data post tes. Hal ini dilakukan untuk melihat peningkatan kemampuan siswa setelah proses belajar mengajar dengan model pembelajaran problem posing. Dilihat dari analisis data post tes dapat disimpulkan bahwa perolehan data setelah diterapkan model pembelajaran problem posing dapat dikatakan baik. Dengan demikian dapat diketahui bahawa tujuan mengajar tercapai atau tidak, di katakan berhasil apabila nilai tes akhir secara keseluruhan lebih tinggi dari nilai tes awal.

30 Hal ini memberikan indikasi bahwa dengan model pembelajaran problem posing mempunyai peningkatan hasil belajar yang cenderung baik, dimana siswa dihadapkan pada suatu permasalahan yang dituntut untuk menemukan jawaban dari permasalahan itu sendiri dengan bimbingan dari guru, namun disini guru tidak berperan aktif tetapi siswalah yang aktif mencari jawabannya. Karena dengan model pembelajaran ini dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu serta dapat membuat siswa lebih motivasi dalam belajar. (Majid, A.2008).

31 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka penulis dapat di menyempulkan bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri I Tapinalu pada konsep cahaya dengan menggunakan model pembelajaran problem posing. Hal ini di dukung oleh : 1. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri I Tapinalu hal ini dapat dibuktikan pada (lampiran 12) dikuasainya materi cahaya. 2. Terjadi perubahan tingka laku siswa kelas VIII SMP Negeri I Tapinalu ke arah positif pada saat kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung dapat dibuktikan dengan menigkatnya keaktifan siswa pada (lampiran)

32 5.2. Saran Hasil penelitian ini di harapkan mampu memberikan yang baik bagi perkembangan dunia pendidikan terutama di bidang fisika.seiring dengan itu perlu di ajukan pada semua insane akademik,sebagai berikut: Pentingnya model pembelajaran problem posing karena dapat membantu siswa untuk meningkatkan, mengembangkan pengetahuan,dan ketrampilan dengan proses keterlibatan secara langsung pada siswa dan guru berpartisipasi secara aktif untuk bersama-sama memecahkan masalah dengan tuntas.

33 Banyak siswa yang terlanjur mencitrakan mata pelajaran fisika sebagai mata pelajaran yang sulit.disinilah tugas guru untuk menghilangkan citra negative itu. caranya dengan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan yakni dengan menerapkan model pembelajaran probem posing. Kirahnya penulisan ini dapat bemanfaat dan dapat dilanjutkan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi di masa yang akang datang.

34 SEKIAN & TERIMA KASIH


Download ppt "HASILPENELITIAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING SECARA BERKELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA KONSEP CAHAYA DI KELAS VIIIS MP NEGERI."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google