Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
Reliabilitas Sekor Responden
2
Reliabilitas Sekor Responden
Bab Bab 10 Reliabilitas Sekor Responden A. Dasar 1. Hakikat Reliabilitas adalah tingkat kepercayaan terhadap sekor atau tingkat kecocokan sekor dengan sekor sesungguhnya Reliabilitas dicapai melalui tingkat kecocokan di antara sekor pada lebih dari sekali pengukuran Reliabilitas dihitung pada hasil uji coba dan pada hasil uji sesungguhnya
3
Bab Misal pengukuran panjang 5,00 cm ,00 cm 7,04 cm ,99 cm 4,89 cm ,02 cm 6,01 cm ,01 cm 3,90 cm ,97 cm tidak reliabel reliabel
4
Bab Kecocokan dengan sekor sesungguhnya Makin cocok dengan sekor sesungguhnya makin tinggi reliabilitasnya Sumber ketidakcocokan adalah kekeliruan acak Kekeliruan dapat terjadi pada alat ukur dan pada pelaksanaan pengukuran
5
Bab 2. Fungsi Reliabilitas Pada konstruksi alat ukur Perhitungan reliabilitas berguna untuk, jika perlu, melakukan perbaikan pada alat ukur yang dikonstruksi Perbaikan alat ukur dilakukan melalui analisis butir untuk mengetahui butir mana yang perlu diperbaiki Pada pengukuran sesungguhnya Perhitungan reliabilitas untuk memberi informasi tentang kualitas sekor hasil ukur kepada mereka yang memerlukannya
6
Bab 3. Perbaikan Alat Ukur Alat Ukur Baru Responden Uji coba Uji coba Alat Ukur Perbaikan Responden Uji coba Uji coba ▪ ▪ Semua uji coba dilakukan pada responden setara Alat Ukur
7
Bab 4. Validasi Silang Validasi silang adalah uji coba kepada responden setara yang lain (bukan responden yang sudah dipakai untuk uji coba) Alat ukur baru Responden uji coba A Uji coba Responden uji coba A Alat ukur perbaikan Validasi tidak silang Uji coba Uji coba Responden uji coba B Validasi silang
8
Bab Validasi Tidak Silang dan Silang Reliabilitas cenderung sangat tinggi pada validasi tidak silang dibandingkan dengan reliabilitas pada validasi silang karena responden sudah pernah mengalami alat ukur itu Cara yang baik adalah menggunakan validasi silang Makin banyak kali perbaikan alat ukur makin banyak kali uji coba sehingga makin banyak responden setara lain yang diperlukan pada konstruksi alat ukur Konstruksi alat ukur yang betul baik adalah usaha yang cukup lama (dan memerlukan banyak biaya) apa lagi kalau responden terletak di wilayah yang berbeda-beda (untuk kerepresentatifan)
9
5. Indeks Reliabilitas dan Koefisien Reliabilitas
Bab 5. Indeks Reliabilitas dan Koefisien Reliabilitas Indeks reliabilitas A T K K A T Koefisien Reliabilitas T K A
10
Bab 6. Koefisien Reliabilitas Indeks reliabilitas menggunakan simpangan baku sekor tulen T dan sekor amatan A; sekor tulen tidak diketahui, sehingga cara ini tidak praktis Koefisien reliabilitas menggunakan variansi sekor tulen T dan sekor amatan A atau menggunakan variansi sekor keliru K dan sekor amatan A Namun koefisien reliabilitas juga menggunakan koefisien korelasi di antara dua sekor (berasal dari kesamaan atau kesetaraan pada alat ukur), sehingga cara ini praktis dan banyak digunakan Ada banyak macam koefisien reliabilitas bergantung kepada cara menggunakan kesamaan atau kesetaraan pada alat ukur Dapat dianggap bahwa koefisien reliabilitas adalah koefisien korelasi dengan dirinya sendiri
11
Bab Penggunaan Koefisien Reliabilitas Ada dua penggunaan koefisien reliabilitas Pada uji coba alat ukur untuk perbaikan alat ukur Pada hasil ukur sesungguhnya untuk laporan
12
Bab B. Koefisien Reliabilias Stabilitas dan Ekivalensi 1. Ukur – Ukur ulang (Koefisien Reliabilitas Stabilitas) Dikenal juga sebagai uji – uji ulang (test-retest) untuk melihat kestabilan jawaban responden Pelaksanaan Responden menempuh dua kali pengukuran pada alat ukur yang sama diselingi suatu selang waktu Ukur Selang waktu Ukur ulang X X Selang waktu tidak terlalu singkat karena responden masih mengingatnya dan tidak terlalu lama sehingga responden sempat berubah sekitar selang 3 minggu
13
Bab Koefisien Reliabilitas Stabilitas Koefisien reliabilitas adalah koefisien korelasi linier di antara sekor ukur dengan sekor ukur ulang AA = ukur – ukur ulang Contoh 1 Resp uji uji ulang AA = 0,67
14
Bab Contoh 2 (a) (b) (c) Resp uji uji ulang Resp uji uji ulang Resp uji uji ulang , ,1 , ,0 , ,7 , ,8 , ,7 , ,5 , ,3 , ,5 , ,3 , ,0 , ,8 AA = , ,4 , ,6 , ,1 , ,8 AA = AA =
15
Bab Pembahasan Pada reliabilitas ini, dilihat apakah hasil ukur ulang masih mirip dengan hasil ukur, apakah jawaban responden stabil sehingga dinamakan reliabilitas stabilitas Korelasi dilakukan pada sekor responden saja tanpa memperhatikan komposisi butir Komposisi butir boleh apa saja dengan sasaran yang tidak perlu sama Misal Butir 1 tentang matematika Butir 2 tentang biologi Butir 3 tentang bahasa . . .
16
Bab 2. Ukur – Ukur Setara (Koefisien Reliabilitas Ekivalensi) Dikenal juga sebagai uji – uji setara atau uji paralel untuk melihat ekivalensi dari kedua pengukuran itu Pelaksanaan Responden menempuh dua pengukuran setara tanpa atau dengan selang waktu tanpa atau Ukur dengan ukur setara selang waktu X X Masalahnya adalah bagaimana menentukan kesetaraan pengukuran atau ujian
17
Bab Koefisien reliabilitas Ekivalensi Koefisien reliabilitas adalah koefisien korelasi linier di antara sekor ukur dengan sekor ukur setara AA = ukur-ukur setara Contoh 3. Resp uji uji setara AA = 0,81
18
Bab Contoh 4 (a) (b) (c) Resp uji uji setara Resp uji uji setara Resp uji uji setara AA = AA = AA =
19
Bab Pembahasan Pada reliabilitas ini, dilihat apakah hasil ukur setara masih mirip dengan hasil ukur, apakah jawaban responden ekivalen sehingga dinamakan reliabilitas ekivalen Korelasi dilakukan pada sekor responden saja tanpa memperhatikan komposisi butir Komposisi butir boleh apa saja dengan sasaran yang tidak perlu sama Misal Butir 1 tentang matematika Butir 2 tentang biologi Butir 3 tentang bahasa . . .
20
Bab C. Koefisien Reliabilitas Pilahan 1. Pilah Paruh (Koefisien Reliabilitas Spearman-Brown) Pelaksanaan Butir dibuat setara secara pasangan yakni sepasang demi sepasang Biasanya, nomor urut ganjil berpasangan dengan nomor urut genap (nomor urut 1 dengan nomor 2, nomor 3 dengan nomor 4, dan seterusnya) Terdapat dua subsekor responden yakni Subsekor nomor urut ganjil Subsekor nomor urut genap
21
Bab Persyaratan Pasangan butir harus betul-betul setara Untuk menyederhanakan rumus koefisien reliabilitas (Spearman-Brown), variansi subsekor harus homogen (variansi sama) Perhitungan Pertama (paruh-paruh) Koefisien korelasi subsekor (nomor urut ganjil dan nomor urut genap) menghasilkan Koefisien korelasi paruh-paruh pp dengan Subsekor nomor urut ganjil A(gj) Subsekor nomor urut genap A(gn)
22
Bab Karena paruh-paruh adalah setara maka Sedangkan koefisien reliabilitas adalah
23
Bab Perhitungan kedua (Keseluruhan) Sekor responden Pada sekor responden Subsekor nomor urut ganjil A(gj) Subsekor nomor urut genap A(gn) Koefisien korelasi linier paruh-paruh pp = A(gj)A(gn) Digunakan pada koefisien reliabilitas untuk menghitung 2T(gj+gn) dan 2A(gj+gn)
24
Bab Perhitungan untuk sekor tulen 2T(gj+gn) Untuk M responden Pada saat variansi subsekor ganjil dan genap sama maka 2T(gj) = 2T(gn) dan T(gj)T(gn) = 1 sehingga 2T(gj+gn) = 2 2T(gj) + 2 2T(gj) = 4 2T(gj)
25
Bab Pada separuh Dari padanya sehingga
26
Bab Perhitungan untuk sekor amatan 2A(gj+gn) Untuk M responden Pada saat variansi subsekor ganjil dan genap sama maka 2A(gj) = 2A(gn) sehingga 2A(gj+gn) = 2 2A(gj) + 2 pp 2A(gj) = 2 (1+ pp) 2A(gj)
27
Bab Perhitungan untuk seluruh sekor atau
28
Bab Koefisien Reliabilitas Sprearman-Brown Dengan syarat, paruh-paruh • adalah setara secara berpasangan • memiliki variansi yang sama (homogen), maka koefisien reliabilitas pilah paruh atau koefisien reliabilitas Spearman- Brown, SB adalah
29
Bab Contoh Sekor pilah paruh nomor urut ganjil dan genap Respon Butir Agj Butir Agn den pp = 0,66
30
Bab Nomor urut ganjil dan nomor urut genap secara sepasang-sepasang adalah setara Variansi subsekor nomor urut ganjil dianggap sama dengan variansi subsekor nomor urut genap Koefisien korelasi linier subsekor adalah pp = 0,66 sehingga koefisien reliabilitas pilah paruh atau koefisien reliabilitas Spearman-Brown adalah
31
Bab Contoh 6 Hasil pengukuran pilah paruh menghasilkan subsekor ganjil Agj dan genap Agn Resp Agj Agn Resp Agj Agn pp = SB =
32
Bab Contoh 7 Res Butir ponden pp = SB =
33
Bab Contoh 8 Anggap Contoh 1 sampai 8 di Bab 5 memenuhi syarat untuk reliabilitas pilah paruh. Hitunglah koefisien reliabilitas Spearman-Brown mereka (a) Contoh pp = (b) Contoh pp = SB = SB = (c) Contoh pp = (d) Contoh pp =
34
Bab (e) Contoh pp = (f) Contoh pp = SB = SB = (g) Contoh pp = (h) Contoh pp =
35
Bab Pembahasan Pada reliabilitas ini, ukur dan ukur setara disatukan di dalam satu alat ukur sehingga separuh alat ukur adalah ukur dan separuh lagi adalah ukur satara Karena itu diperlukan syarat kedua pilahan itu harus setara sepasang demi sepasang serta variansi mereka harus sama Karena korelasi di antara pilahan baru mencakup separuh sekor, maka koefisien reliabilitas perlu mencakup korelasi seluruh sekor Komposisi butir sudah mulai diperhatikan, boleh apa saja dengan sasaran yang tidak perlu sama, asal terjadi berpasangan Misal: Butir 1 dan 2 tentang matematika Butir 3 dan 4 tentang biologi Butir 5 dan 6 tentang bahasa . . .
36
Bab 2. Pilah Paruh (Koefisien Reliabilitas Rulon) Rulon menggunakan selisih di antara subsekor ganjil dan subsekor genap sebagai sumber kekeliruan Variansi dari selisih subsekor merupakan bagian keliru dari variansi seluruh sekor Jika selisih setiap subsekor adalah D (yang menyebabkan reliabilitas berkurang), maka koefisien reliabilitas Rulon adalah Koefisien reliabilitas ini lebih mudah digunakan jika dibandingkan dengan koefisien reliabilitas Spearman-Brown
37
Bab Contoh 8 Kita gunakan data berikut Responden Agj Agn A D – 2D = 0, 2A = 4,36 – 1 – 1 – Bandingkan dengan SB pp = 0,72 – 1
38
Bab Contoh 9 Dengan data pada contoh 6 dan contoh 7, koefisien reliabilitas Rulon rulon = rulon = Contoh 10 Dengan data dari contoh 8, koefisien reliabilitas Rulon (a) Rulon = (e) Rulon = (b) Rulon = (f) Rulon = (c) Rulon = (g) Rulon = (d) Rulon = (h) Rulon =
39
Bab Pembahasan Rulon menganggap bahwa variansi keliru terjadi pada selisih subsekor pilahan Ini berarti seharusnya (jika tanpa keliru) tidak ada selisih pada subsekor pilahan yakni butir di dalam pilahan itu setara sepasang demi sepasang Namun pasangan butir yang berbeda boleh saja memiliki sasaran yang berbeda Misal Butir 1 dan 2 tentang matematika Butir 3 dan 4 tentang biologi Butir 5 dan 6 tentang bahasa . . .
40
Bab 3. Pilah L Paruh Setara (Rumus ramalan Spearman-Brown) Alat ukur diperpanjang dengan pilah paruh yang setara sehingga menjadi pilah L Untuk responden ke-g, sekor responden pada alat ukur pilah L ini adalah Ag1 = Tg1 + Kg1 Ag2 = Tg2 + Kg2 . AgL = TgL + KgL 1 2 3 L
41
Bab Korelasi di antara dua pilahan berurutan terjadi di antara pilahan A dan A2 A dan A3 . AL dan AL atau pada umumnya, di antara pilahan Ar dan As dengan r = 1, 2, L s = 2, 3, L
42
Bab Karena semua pilahan adalah setara dan memiliki variansi sama, maka 2T1 = 2T2 = = 2TL = 2Tr 2A1 = 2A2 = = 2AL = 2Ar TrTs = 1 dan dari diperoleh sehingga 2Tr = ArAs 2Ar
43
Bab Koefisien reliabilitas Spearman-Brown Dari kita perhatikan 2T
44
Bab Selanjutnya kita perhatikan 2A sehingga koefisien reliabilitas (rumus ramalan Spearman-Brown) menjadi
45
Koefisien Reliabilitas Ramalan Spearman-Brown
Bab Koefisien Reliabilitas Ramalan Spearman-Brown pilah paruh diperpanjang sampai L paruh setara dengan sebagai koefisien korelasi linier paruh-paruh Melalui perpanjangan demikian, koefisien reliabilitas meningkat
46
Bab Contoh 11 Suatu hasil ukur model pilah paruh menghasilkan pp = 0,68 Sebelum diperpanjang Alat ukur ini diperpanjang dengan paruhan setara sampai pilah L = 5. Koefisien reliabilitas Spearman-Brown berubah menjadi Terjadi kenaikan koefisien reliabilias dari 0,81 ke 0,91
47
Bab Contoh 12 Koef korelasi paruh-paruh = pp Perpanjangan alat ukur sampai = L pilah Koefisien reliabilitas SB = SB (a) pp = 0, Sebelum diperpanjang SB = Diperpanjang sampai L = SB = (b) pp = 0, Sebelum diperpanjang SB = Diperpanjang sampai L = SB = (c) pp = 0, Sebelum diperpanjang SB = Diperpanjang sampai L = SB = (d) pp = 0, Sebelum diperpanjang SB = Diperpanjang sampai L = SB =
48
Bab Pembahasan Alat ukur terdiri atas L pilahan dan semua pilahan adalah setara serta memiliki variansi yang sama Kesetaraan dapat dicapai dengan membuat nomor urut butir yang sama pada semua pilahan adalah setara. Semua butir nomor 1 pada semua pilahan adalah setara. Demikian pula dengan butir nomor 2, 3, dan seterusnya. Selain kesetaraan butir ini, komposisi butir boleh apa saja Misal: Semua butir nomor 1 tentang matematika Semua butir nomor 2 tentang biologi Semua butir nomor 3 tentang bahasa . . . Perpanjangan alat ukur seperti ini meningkatkan koefisien reliabilitas (diramalkan melalui rumus)
49
Bab D. Koefisien Reliabilitas Konsistensi Internal 1. Pilah paruh Kombinasi Butir Pada koefisien reliabilitas Spearman-Brown, pilah paruh hanya pada nomor urut ganjil dan genap Kita dapat menyusun berbagai macam pilah paruh melalui kombinasi nomor urut butir. Misalnya untuk 6 butir, pilah paruh adalah Paruh pertama paruh kedua Ganjil-genap hanyalah salah satu kasus Untuk semua pilah paruh, semua butir harus setara Ganjil genap
50
Bab Berbagai pilah paruh dapat digambarkan sebagai berikut Banyak kemungkinan pilah paruh untuk koefisien reliabilitas Rulon Untuk semua pilah paruh, semua butir menjadi setara Rulon Rulon Rulon Rulon
51
Bab Pasangan pada setiap pilah paruh adalah setara serta variansi kedua paruhan adalah sama Karena semua kombinasi pilah paruh digunakan, maka semua butir harus setara. Semua butir setara sehingga dikenal sebagai konsistensi internal Koefisien reliabilitas dari semua pilah paruhan direratakan menghasilkan koefisien reliabilitas konsistensi internal Di sini dibicarakan dua macam koefisien reliabilitas konsistensi internal yakni Koefisien reliabilitas alpha Cronbach Koefisien reliabilitas Kuder-Richardson
52
Bab 2. Koefisien Reliabilitas Konsistensi Internal (Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach) Dengan mensubstitusikan L 2Ar = Σ 2Ar ke rumus 2A pada proses perhitungan koefisien reliabilitas Ramalan Spearman-Brown, kita peroleh 2A = L 2Ar + L(L–1)ArAs 2Ar = Σ 2Ar + (L–1)ArAs Σ 2Ar 2A – Σ 2Ar = (L–1)ArAs Σ 2Ar sehingga koefisien korelasi setiap pasang pilahan menjadi
53
Bab Karena ada, katakan saja, L pilahan setara dengan variansi sama, maka melalui koefisien reliabilitas Spearman-Brown, koefisien reliabilitas seluruh sekor adalah
54
Bab Kini setiap pilahan dibuat berisikan satu butir saja yakni butir ke-i, sehingga variansi 2Ar = 2i Dan selanjutnya alat ukur mengandung N butir, sehingga jumlah pilahan sama dengan jumlah butir L = N Dengan demikian, semua butir adalah setara, dan koefisien reliabilitas (dikenal sebagai alpha Cronbach) menjadi
55
Bab Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach Persyaratan adalah semua butir setara (konsistensi internal) dengan N = banyaknya butir (bukan banyaknya responden) 2A = variansi kelompok sekor responden 2i = variansi sekor setiap butir Dikenal juga sebagai koefisien reliabilitas Guttman-Cronbach G-C
56
Bab Contoh 13 Dari suatu matriks sekor diperoleh Respon Butir Ag Variansi butir den g Butir Variansi ,76 Variansi ,44 sekor ,61 responden ,85 ,64 2A = 52, Σ2i = 20,30 Koefisien reliabilitas
57
Bab Contoh 14 Dari suatu matriks sekor diperoleh Respon Butir Ag Variansi butir den g Butir Variansi Variansi sekor responden 2A = Σ2i = Koefisien reliabilitas
58
Bab Contoh 15 Dari suatu matriks sekor diperoleh Respon Butir Ag Variansi butir den g Butir Variansi Variansi sekor responden 2A = Σ2i = Koefisien reliabilitas
59
Bab Pembahasan Pada koefisien reliabilitas alpha Cronbach semua butir di dalam alat ukur supaya setara Dari Bab 9, diketahui bahwa sehingga jika interkorelasi di antara butir adalah rendah karena butir kurang setara maka koefisien reliabilitas alpha Cronbach juga rendah Karena itu, koefisien reliabilitas alpha Cronbach dikenal juga sebagai koefisien reliabilitas batas bawah (lower bound)
60
Bab Kalau besaran ini dimasukkan ke dalam rumus koefisien reliabilitas alpha Cronbach, maka Ada banyak kovariansi ij sehingga peranannya besar di dalam koefisien reliabilitas. Butir makin konsisten, kovariansi makin besar, koefisien reliabilitas makin tinggi
61
Bab 3. Koefisien Reliabilitas Konsistensi Internal (Kuder-Richardson 20) Dalam hal sekor adalah dikotomi, maka variansi butir dapat disederhanakan menjadi 2i = piqi sehingga Σ2i = Σpiqi Dengan ketentuan bahwa semua butir adalah setara, koefisien reliabilitas (Kuder-Richardson 20) menjadi Notasi 20 pada KR-20 adalah rumus ke-20 di dalam artikel mereka Pada dasarnya, koefisien reliabilitas KR-20 sama dengan koefisien reliabilitas alpha Cronbach Koefisien reliabilitas KR-20 lebih dahulu ditemukan daripada koefisien reliabilitas alpha Cronbach
62
Bab Contoh Suatu matriks sekor menunjukkan data Respon Butir Ag Butir Variansi den ,24 ,21 ,21 ,21 ,24 ,21 ,21 ,25 ,24 ,16 Σpiqi = 2,18 Variansi responden 2A = 6,56
63
Bab Contoh Suatu matriks sekor menunjukkan data Respon Butir Ag Butir Variansi den Σpiqi = Variansi responden 2A =
64
Bab Contoh Suatu matriks sekor menunjukkan data Respon Butir Ag Butir Variansi den Σpiqi = Variansi responden 2A =
65
Bab Pembahasan a. Ciri Koefisien Reliabilitas KR-20 Pada koefisien reliabilitas Kuder-Richardson 20, seperti halnya pada koefisien reliabilitas alpha Cronbach, semua butir di dalam alat ukur supaya setara Dari Bab 10, diketahui bahwa sehingga jika interkorelasi di antara butir adalah rendah karena butir kurang setara maka koefisien reliabilitas Kuder-Richardson 20 juga rendah Karena itu, koefisien reliabilitas Kuder-Richardson 20 dikenal juga sebagai koefisien reliabilitas batas bawah (lower bound)
66
Bab Kalau besaran ini dimasukkan ke dalam rumus koefisien reliabilitas alpha Cronbach, maka Ada banyak Kkvariansi ij sehingga peranannya besar di dalam koefisien reliabilitas. Butir makin konsisten, kovariansi makin besar, koefisien reliabilitas makin tinggi
67
Bab b. Penyederhanaan pada koefisien reliabilitas Kuder-Richardson-21 Pada zaman dahulu ketika belum kalkulator , perhitungan Σpq pada rumus KR-20 dapat disederhanakan melalui perhitungan rerata mereka (kurang akurat) Σ piqi = N p q dan dikenal sebagai rumus Kuder-Richardson 21 (rumus nomor 21 di dalam artikel mereka) Karena q = 1 – p, maka rumus itu dapat ditulis menjadi
68
Bab Contoh 19 Contoh 16 menggunakan koefisien reliabilitas KR-20 menghasilkan KR-20 = 0,74 Kita hitung kembali contoh 16 dengan menggunakan koefisien reliabilitas KR-21 N = A = 6, 2A = 6,56 sehingga (KR-20 = 0, KR-21 = 0,71)
69
Bab Tampak pada contoh 19 bahwa koefisien reliabilitas KR-21 lebih rendah daripada koefisien reliabilitas KR-20 Karena melalui rerata maka rumus koefisien reliabilitas KR-21 kurang teliti jika dibandingkan dengan rumus koefisien reliabilitas KR-20 Dengan adanya kalkulator elektronik, maka sebaiknya kita menggunakan rumus koefisien reliabilitas KR-20 Sekalipun demikian, untuk meningkatkan ketelitian pada rumus koefisien reliabilitas KR-21, Pamela Wilson, Steven M. Downing, dan Robert Ebel memperbaiki rumus koefisien reliabilitas KR-21 Di dalam tulisan mereka berjudul “An Empirical Adjustment of the Kuder-Richardson 21 Reliability Coefficient to Better Estimate the Kuder-Richardson 20 Coefficient” unpublished manuscript, 1977
70
Bab c. Perbaikan pada Koefisien Reliabilitas KR-21 Karena KR-21 < KR-20 maka diadakan koreksi dengan memperkecil rerata variansi butir Contoh 20 Kita hitung kembali contoh 16 dan contoh 19 dengan rumus perbaikan ini (KR-20 = 0,74 KR-21 = 0,71 KR-21k = 0,79)
71
Bab d. Modifikasi Horst Jika distribusi probabilitas data sangat miring (skew) maka koefisien reliabilitas Cronbach perlu dikoreksi Modifikasi Horst terhadap koefisien reliabilitas alpha Cronbach adalah sebagai berikut dengan Rj = peringkat sekor butir
72
Bab Contoh 21 Dari matriks sekor Resp Butir Ag B Peringkat p ,8 0, , , , , , ,2
73
Bab Butir p q pq Rj pj Rjpj ,8 0,2 0, , ,8 ,7 0,3 0, , , A = 40/10 = 2A = 6 ,6 0,4 0, , ,8 ,5 0,5 0, , , 2m = 2Σ Rjpj – A(1+A) = (2)(14,6) – (4)(5) = 9,2 ,5 0,5 0, , ,5 ,4 0,6 0, , ,4 ,3 0,7 0, , ,1 ,2 0,8 0, , ,6 1, ,6 Tanpa modifikasi
74
Bab E. Koefisien Reliabilitas Melalui Analisis Variansi 1. Dasar reliabilitas Pada dasarnya, cara ini menemukan sekor keliru melalui analisis variansi Variansi total terdiri atas variansi responden, variansi butir, dan variansi keliru Jika variansi responden adalah 2res dan variansi keliru adalah 2kel, maka koefisien reliabilitas Selanjutnya perhitungannya dilakukan melalui jumlah kuadrat dan derajat kebebasan di dalam analisis variansi
75
Bab 2. Variansi Variansi adalah hasil bagi dari jumlah kuadrat (JK) terhadap derajat kebebasan (DK) JKkeliru = JKtotal – JKresponden – JKbutir DKkeliru = DKtotal – DKresponden – DKbutir JKtot DKtot JKres JKbut JKkel DKres DKbut DKkel
76
Bab 3. Rumus Perhitungan M = banyaknya responden N = banyaknya butir A = sekor responden B = sekor butir X = sekor satuan
77
Bab Contoh 22 Suatu matriks sekor adalah sebagai berikut Resp Butir A B Res M = But N = Sekor MN = 20 ΣA = (ΣA)2 = ΣX2 = 288
78
Bab DKtotal = MN – 1 = 20 – 1 = 19 DKresesponden = M – 1 = 5 – 1 = 4 Dkbuirt = N – 1 = 4 – 1 = 3 DKkeirul = 19 – 4 – 3 = Koefisien reliabilitas Sumber JK DK Var total , ,99 responden , ,08 butir , ,27 keliru , ,81
79
Bab Contoh Matriks sekor Resp Butir A Responden M = Butir N = Sekor MN = ΣA = (ΣA)2 = ΣX2 = DKtot = DKres = DKbut = DKkel = B
80
Bab Sumber JK DK Var total resp butir keliru Koefisien reliabilitas
81
Bab Contoh Matriks sekor Resp Butir A Responden M = Butir N = Sekor MN = ΣA = (ΣA)2 = ΣX2 = DKtot = DKres = DKbut = DKkel = B
82
Bab Sumber JK DK Var total resp butir keliru Koefisien reliabilitas
83
Bab F. Reliabilitas pada Acuan Kriteria 1. Dasar Reliabilitas pada Acuan Kritera Acuan kriteria menetapkan apakah responden belum atau sudah menguasai wilayah kriteria Reliabilitas berkenaan dengan ketepercayaan keputusan tentang belum atau sudah menguasai Guna menetapkan tingkat reliabilitas, dilakukan dua kali ujian untuk keputusan sehingga kecocokan di antara kedua keputusan itu menentukan reliabilitas Ada dua macam reliabilitas berupa Indeks reliabilitas Koefisien reliabilitas
84
Bab 2. Indeks Reliabilitas pada Acuan Kriteria Melalui ujian ulang atau ujian setara, indeks reliabilitas merupakan bagian yang konsisten di antara kedua ujian itu ujian 1 Menguasai Tidak Menguasai Indeks reliabilitas p0 Menguasai Ujian 2 Tidak a dan d konsisten; b dan c tidak konsisten a b c d
85
Bab Contoh 25 Resp Ujian1 Ujian2 Batas menguasai X 10 M = meguasai TM = tidak menguasai Ujian 1 M TM M Ujian 2 TM Indeks reliabilitas p0 = = 0,80 3 1 17 4
86
Bab 3. Koefisien Reliabilitas pada Acuan Kriteria Ujian dilakukan dua kali (ulang atau setara) dengan ujian pertama (f) dan ujian kedua (s) Menguasai + dan tidak menguasai – Ujian 1 – + Ujian 2 – n = frekuensi – pada ujian 1 dan 2 b = frekuensi + pada ujian 1 dan 2 f = frekuensi + pada ujian 1 tetapi – pada ujian 2 s = frekuensi – pada ujian 1 tetapi + pada ujian 2 v = terkecil di antara f dan s N = n + b + f + s rel = koefisien reliabilitas b s f n
87
Bab Contoh 26 Hasil ujian pertama dan kedua ujian pertama – Koefisien reliabilitas ujian kedua – n = 10 b = 15 f = 3 s = 2 v = 2 N = 30
88
G. Pemakaian Koefisien Reliabilitas
Bab G. Pemakaian Koefisien Reliabilitas Jenis koefisien dan sasaran Koefisien reliabilitas stabilitas dan ekivalensi cocok untuk sasaran campuran. Tetapi karena dua kali uji maka terasa tidak praktis Koefisien reliabilitas pilah paruh juga cocok untuk sasaran campuran, asalkan dibuat butir pasangan yang setara Koefisien reliabilitas konsistensi internal cocok untuk sasaran seragam atau homogen karena semua butir perlu setara
89
Bab 2. Koefisien Reliabilitas dengan Penyebaran Sasaran Ukur Penyebaran Sasaran Koefisien Reliabilitas Uji Uji-ulang Dapat Dapat Dapat tinggi tinggi tinggi Uji Uji-setara Dapat Dapat Dapat tinggi tinggi tinggi Spearman Cenderung Dapat Dapat Brown/Rulon rendah tinggi tinggi Alpha Cronbach Cenderung Cenderung Dapat KR rendah rendah tinggi
90
F. Kriteria Koefisien Reliabilitas 1. Koefisien Determinasi
Bab F. Kriteria Koefisien Reliabilitas 1. Koefisien Determinasi D = koefisien determinasi (irisan dua variansi) D = 2XY = 2reliabilitas D Variansi X Variansi Y
91
Bab 2. Kriteria Umum Koefisien reliabilitas reliabilitas = D Sebagai kriteria umum digunakan D 0,5 Untuk D = 0,5 reliabilitas 0,5 0,707
92
Bab 3. Kriteria Khusus Bergantung kepada bidang ilmu (lihat di jurnal) Bidang ilmu dengan alat ukur sudah maju memerlukan koefisien reliabilitas tinggi (matematika, misalnya, perlu 0,9) Bidang ilmu dengan alat ukur belum maju sudah cukup dengan koefisien reliabilitas seadanya
93
Bab H. Koefisien Reliabilitas Lainnya 1. Koefisien reliabilitas Flanagan 2. Koefisien reliabilitas Guttman 3. Koefisien reliabilitas Mossier
94
Bab 4. Koefisien reliabilitas Cronbach 5. Koefisien reliabilitas Feldt
95
Bab 6. Koefisien reliabilitas Kristof 7. Koefisien reliabilitas Guttman 8. Koefisien reliabilitas Cronbach
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.