Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

PENDEKATAN BEHAVIORISTIK

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "PENDEKATAN BEHAVIORISTIK"— Transcript presentasi:

1 PENDEKATAN BEHAVIORISTIK
Arif Setyanto Dinar Wahyu F Ornela Izzawati

2 PENDAHULUAN Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu. Teori Behavioristik: Mementingkan faktor lingkungan Menekankan pada faktor bagian Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif. Sifatnya mekanis Mementingkan masa lalu Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu. Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perbahan perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan. Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap pancaindra dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara Stimulus dan Respon (S-R). Oleh karena itu,teori ini juga dinamakan teori Stimulus-Respon. Belajar adalah upaya untuk membentuk hubungan stimulus dan respon sebanyak-banyaknya. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil belajar.

3 Tokoh Teori Belajar Behavioristik
1. Koneksionisme, dengan tokohnya Thorndike. 2. Classical Conditioning, dengan tokohnya Pavlov. 3. Operant Conditioning, yang dikembangkan oleh Skinner. 4. Systemic Behavior, yang dikembangkan Hull. 5. Contiguous Conditioning, yang dikembangkan oleh Guthrie. a. Thorndike ( ) Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Thorndike menggambarkan proses belajar sebagai proses pemecahan masalah. Dalam penyelidikannya tentang proses belajar, pelajar harus diberi persoalan, dalam hal ini Thorndike melakukan eksperimen dengan sebuah puzzlebox. Eksperimen yang dilakukan adalah dengan kucing yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila knop di dalam sangkar disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori Trial dan Error. Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error Yaitu : adanya aktivitas, ada berbagai respon terhadap berbagai situasi, ada eliminasai terhadap berbagai respon yang salah, ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan. b. Ivan Petrovich Pavlov ( ) Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan Rusia. Ia mengemukakan bahwa dengan menerapkan strategi ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya. Pavlov mengadakan percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam percobaan ini anjing di beri stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi bersarat pada anjing. Contoh situasi percobaan tersebut pada manusia adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu tanpa disadari menyebabkan proses penandaan sesuatu terhadap bunyi-bunyian yang berbeda dari pedagang makan, bel masuk, dan antri di bank. Dari contoh tersebut diterapkan strategi Pavlo ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan. Sementara individu tidak sadar dikendalikan oleh stimulus dari luar. Belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan. c. Skinner ( ) Skinner menganggap reward dan reinforcement merupakan faktor penting dalam belajar. Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal, mengontrol tingkah laku. Pada teori ini guru memberi penghargaan hadiah atau nilai tinggi sehingga anak akan lebih rajin. Teori ini juga disebut dengan operant conditioning. Operant conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku operant yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kembali atau menghilang sesuai keinginan. Operant conditing menjamin respon terhadap stimuli. Bila tidak menunjukkan stimuli maka guru tidak dapat membimbing siswa untuk mengarahkan tingkah lakunya. Guru memiliki peran dalam mengontrol dan mengarahkan siswa dalam proses belajar sehingga tercapai tujuan yang diinginkan. d. Clark Hull (1943) Clark Hull mengemukakan konsep pokok teorinya yang sangat dipengaruhi oleh teori evolusinya Charles Darwin. Bagi Hull, tingkah laku seseorang berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup. Oleh karena itu, dalam teori Hull, kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis menempati posisi sentral. Menurut Hull (1943,1952) kebutuhan dikonsepkan sebagai dorongan, seperti lapar, haus, tidur, hilangnya rasa nyeri, dan sebagainya. Stimulus hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis ini, meskipun respons mungkin bermacam-macam bentuknya. Teori ini, terutama setelah Skinner memperkenalkan teorinya, ternyata tidak banyak dipakai dalam dunia praktis, meskipun sering digunakan dalam berbagai eksperimen dalam laboratorium. e. Edwin Guthrie Edwin Guthrie mengemukakan teori contiguiti yang memandang bahwa belajar merupakan kaitan asosiatif antara stimulus tertentu dan respon tertentu. Selanjutnya, Edwin Guthrie berpendirian bahwa hubungan antara stimulus dengan respon merupakan faktor kritis dalam belajar. Oleh karena itu, diperlukan pemberian stimulus yang sering agar hubungan menjadi lebih langgeng. Selain itu, suatu respons akan lebih kuat (dan bahkan menjadi kebiasaan) apabia respons tersebut berhubungan dengan berbagai macam stimulus, sebagai contoh seseorang yang emiliki kebiasaan merokok sulit ditinggalkan. Hal ini terjadi karena perbuatan merokok tidak hanya berhubungan dengan satu macam stimulus (misalnya kenikmatan merokok) tetapi juga dengan stimulus lain seperti minum kopi, berkumpul dengan teman-teman, ingin tampak gagah, dll.

4 Hukum Belajar dari Pendekatan Behavioristik
1. Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike. a. Law of Effect b. Law of Readiness c. Law of Exercise 1.     Connectionism ( S-R Bond)  menurut Thorndike. Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum  belajar, diantaranya: a.     Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons  menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus - Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula  hubungan  yang terjadi antara Stimulus- Respons. b.      Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. c.      Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan  semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.

5 Hukum Belajar dari Pendekatan Behavioristik
2. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov a. Law of Respondent Conditioning b. Law of Respondent Extinction 2.     Classical Conditioning  menurut Ivan Pavlov Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum  belajar, diantaranya : a.     Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat. b.      Law of Respondent Extinction  yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.

6 Hukum Belajar dari Pendekatan Behavioristik
3. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner a. Law of operant conditining b. Law of operant extinction 3.     Operant  Conditioning  menurut B.F. Skinner Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum  belajar, diantaranya : a.     Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat. b.      Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning  itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah. Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons  dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah  stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons  tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.

7 Teorema Pembelajaran Skinner
Peran pendidikan Stimulus yang bersifat deskriptif Membuat catatan kemajuan Membuat rekomendasi tugas -Prinsip belajar Skinner Peran pendidikan hakikatnya adalah menciptakan kondisi agar hanya tingkah laKU yang diinginkan saja yang diberi penguatan Stimulus yang bersifat deskriptif hendaknya diberikan sebagai penunjang aktivitas belajar. Mempreskripsikan agar para pembelajar membuat catatan kemajuan anak didiknya sehingga melakukan penyesuaian-penyesuaian program yang mereka perlukan dikemudian hari. Mempreskripsikan agar pembelajar membuat rekomendasi tugas-tugas belajar mana yang harusnya dicoba dulu, bagaimana cara belajrnya, serta hasil apa saja yang diharapkan Prinsip belajar Skinners adalah : - Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah dibetulkan jika benar diberi penguat. - Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakan sebagai sistem modul. - Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri, tidak digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk menghindari hukuman. - Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable ratio reinforcer. dalam pembelajaran digunakan shapping

8 Teori-Teori Pokok Belajar
Koneksionisme (Edward L. Thorndike) Pembiasaan Klasik (Ivan Pavlov) Pembiasaan Perilaku Respons (Frederick Skinner) Hasil penelitian dan tulisan dari E.L. Thorndike mengenai proses belajar dengan hadiah yang mengahsilkan hukum efek [law of effect] [1898,1911,1913] dan yang sekarang dikenal dengan kondisioningaktif [operant] dan perilaku instrumental. Hasil penelitian dan tulisan dari I.P. Pavlov [1927,1928] mengenai percobaan- percobaan dan hasilnya yang telah dilakukan dengan mempergunakan hewan, yang sekarang dikenal dengan kondisioning-klasik Hasil penelitian dan tulisan dari Skinner,dimana perubahan-perubahan di lingkungan yang terjadi akibat sesuatu perilaku, bisa berfungsi sebagai penguat-ulang [reinforcer] agar sesuatu perilaku bisa terus diperlihatkan, sehingga kemungkinan perilaku tersebut akan diperlihatkan terus dan semakin diperkuat.

9 KONEKSIONISME Eksperimen ini menggunakan kucing untuk mengetahui fenomena belajar Kesimpulan: Belajar adalah hubungan antara stimulus dan respons Koneksionisme, Teori koneksionisme adalah teori yang ditemukan dan dikembangkan oleh Edward L. Thorndhike ( ) berdasarkan eksperimen yang dilakukan pada tahun 1890-an. Eksperimen ini mengggunakan hewan kucing untuk mengetahui fenomena belajar. Seekor kucing yang lapar ditempatkan dalam sangkar berbentuk kotak berjeruji yang diengkapi dengan peralatan seperti, pengungkit, gerendel pintu dan tali yang menghubungkan pengungkit dengan gerendel tersebut. Peralatan ini ditata sedemikian rupa sehingga memungkinkan kucing tersebut memperoleh makanan yang tersedia di depan sangkar tadi. Keadaan dalam sangkar tersebut merupakan situasi stimulus yang merangsang kucing untuk bereaksi melepaskan diri dan memperoleh makanan yang ada di depan pintu. Mula-mula kucing tersebut mengeong dan mencakar, namun gagal memperoleh makanan yang ada di depan pintu. Secara kebetulan kucing itu berhasil menekan pengungkit dan terbukalah pintu sangkar tersebut. Disini terdapat 2 hal pokok yag mendorong timbulnya fenomena belajar. Pertama, keadaan kucing yang lapar. Kedua, makanan di depan pintu sangkar. Makanan ini merupakan efeks positif atau memuaskan yang dicapi oleh respons. Jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, hubungan antara stimulus dan respons akan semakin kuat serta sebaliknya. Berdasarkan eksperimen ini, thorndike berkesipulan bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respons. Itulah sebabnya, teori koneksionisme disebut juga “S-R Bond Theory” dan “S-R Psychology of Learning”.

10 PEMBIASAAN KLASIK Merupakan prosedur penciptaan refleks baru dengan mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut Menggunakan anjing untuk mengetahui hubungan antara : - conditioned stimulus (CS) - unconditioned stimulu (UCS) - conditioned respons (CR) - unconditioned respons (UCR) 2. Pembiasaan Klasik, Teori ini berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov ( ), seorang ilmuwan besar Rusia yang berhasil meraih nobel pada tahun Pada dasarnya pembiasaan klasik adalh sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut. Dalam eksperimennya, Pavlov menggunakan anjing untuk mengetahui hubungan antara conditioned stimulus (CS), unconditioned stimulus (UCS), conditioned response (CR), unconditioned responses (UCR). Conditioned stimulus (CS) adalah rangsangan yang mampu mendatangkan respons yang dipelajari Unconditioned stimulus (UCS) adalah rangsangan yang menimbulkan respons yang tidak dipelajari Conditioned response (CR) adalah respons yang dipelajari itu sendiri Unconditioned response (UCR) adalah respons yang tidak dipelajari itu Anjing tersebut mula-mula diikat dan pada salah satu kelenjar air liurnya diberi alat penampung cairan yang dihubungkan dengan pipa kecil. Sebelum dilakukan eksperimen secara alami anjing itu selalu mengeluarkan air liur setiap kali mulutnya berisi makanan. Ketika bel dibunyikan secara alami juga anjing tidak akan mengeluarkan air liur. Kemudian, dilakukan eksperimen berupa latihan pembiasaan mendengarkan bel (CS) bersama-sama dengan pemberian makanan berupa serbuk daging (UCS). Setelah latihan berulang-ulang ini selesai, suara bel tadi (CS) didengarkan lagi tanpa adanya makanan UCS). Apakah yang terjadi? Ternyata si anjing mengeluarkan air liur juga (CR). Jadi, CS akan menghasilkan CR apabila CS dan UCS berkali-kali dilakukan.

11 Eksperimen Pembiasaan Klasik
Sebelum Eksperimen Pemberian Makanan (UCS) Air Liur Keluar (UCR) Bunyi Bel (CS) Tidak Ada Respons Eksperimen/Latihan Bunyi Bel (CS) + Pemberian Makanan (UCS) Mula-mula oleh Pavlov anjing percobaan itu diikat dan dipasang alat pengukur sehingga air liur yang keluar dpat diukur banyaknya. Selanjutnya, anjing diletakkan pada tempat yang nantinya akan mengeluarkan makanan. Makanan ini akan keluar ke hadapan anjing setiap pavlov menekan tombol, kemudian, setiap melihat makanan, anjing akan mengeluarkan air liurnya. Keluarnya air liur anjing setelah melihat makanan disebut unconditioned respons (UCR) sedangkan makanannya disebut unconditioned stimulus (UCS). Pada tahap percobaan berikutnya, pavlov mengeluarkna makanan dengan terlebih dahulu membunyikan bel. Jadi, setiap bel dibunyikan anjign akan menerima makanan dan dari mulutnya akan keluar air liur. Setelah percobaan ini dilakukan berkali-kali, Pavlov menemukan bahwa anjing percobaannya telah mengeluarkan ai liur begitu mendengar bunyi bel. Kemudian, pada tahap terakhir, pavlov mengehntikan pemberian makanan dan hanya membunyikan bel. Ternyata, meski hanya terdengar bunyi bel tanpa makanan, anjing tetap mengeluarkan air liurnya. Oleh pavlov, air liur yang keluar dari mulut anjing karena mendengar bunyi bel disebut conditioned response ( CR) sedangkan bunyi belnya disebut conditioned stimulus (CS). Dari percobaan ini, pavlov menyimpulkan bahwa respons atau tingkah laku organisme bisa dikondisikan dan organisme bisa memiliki respons tertentu melalui belajar atau latihan. Setelah Eksperimen Bunyi Bel (CS) Air Liur Keluar (UCR)

12 Pembiasaan Perilaku Respons
Tingkah laku terbentuk oleh konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu sendiri. Dalam eksperimennya, menggunakan seekor tikus yang ditempatkan dalam sebuah peti bernama Skinner Box Teori ini diekmbangkan oleh Frederick Skinner. Tema pokok yang mewarnai karya-karyanya adalah bahwa tingkh laku terbentuk oleh konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu sendiri. Tidak seperti dalam respondent conditioning (yang responnya didatangkan oleh stimulus tertentu), respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam clasical respondent conditioning. Mula-mula tikus di dalam peti berlarian kesana-kemari, mencium benda-benda yang ada sekitarnya, mencakar dinding dan sebagainya. Aksi –aksi seperti ini disebut emitted behaviour yaitu tingkah laku yang terpancar dari organisme tanpa memperdulikan stimulus tertentu. Kemudian secara kebetulan emitted behaviour tersebut dapat menekan pengungkit sehingga butir-butir makanan keluar dalam wadahnya. Butir-butir makanan tersebut merupakan reinforcer bagi penekanan pengungkit. Penenkanan pengungkit inilah yang disebut dengan tingkah laku operant. Operant ini akan terus meningkat bila diiringi dangan reinforcement yaitu penguatan berupa butir-butir makanan yang muncul pada wadah makanan. Eksperimen Skinner mirip seklai dengan eksperimen Thorndike. Bedanya, Thorndike melibatkan kepuasan, sedangkan Skinner melibatkan penguatan.

13 Kelemahan Teori Behavioristik
Proses belajar dapat diamati secara langsung Proses belajar bersifat otomatis-mekanis Proses belajar sulit diterima Proses belajar itu dapat diamati secara langsung, padahal belajar adalah proses kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dari luar kecuali sebagian gejalanya. Proses belajar bersifat otomati s-mekanis, sehingga terkesan seperti gerakan mesin dan robot, padahal setiap siswa memiliki self-direction ( kemampuan mengarahkan diri) dan self-control (pengendalian diri) yang bersifat kognitif, dan karenanya ia bisa menolak merespons jika ia tidka menghendaki, misalnya karena lelahatau berlawanan dengan kata hati Proses belajar manusia yang dinalogikan dengan perilaku hewan itu sangat sulit diterima, mengngat mencoloknya perbedaan karakter fisik dan psikis antara manusia dan hewan

14 APLIKASI TEORI BEHAVIORISTIK
1. Aplikasi teori Pavlov 2. Aplikasi Teori Thorndike 3. Aplikasi Teori Skinner Aplikasi teori belajar behaviorisme menurut tokoh-tokoh antara lain : a. Aplikasi Teori Pavlov Contohnya yaitu pada awal tatap muka antara guru dan murid dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru menunjukkan sikap yang ramah dan memberi pujian terhadap murid-muridnya, sehingga para murid merasa terkesan dengan sikap yang ditunjukkan gurunya. b. Aplikasi Teori Thorndike Sebelum guru dalam kelas mulai mengajar, maka anak-anak disiapkan mentalnya terlebih dahulu. Misalnya anak disuruh duduk yang rapi, tenang dan sebagainya. Guru mengadakan ulangan yang teratur, bahkan dengan ulangan yang ketat atau sistem drill. Guru memberikan bimbingan, pemberian hadiah, pujian, bahkan bila perlu hukuman sehingga memberikan motivasi proses belajar mengajar. c. Aplikasi Teori Skinner Guru mengembalikan dan mendiskusikan pekerjaan siswa yang telah diperiksa dan dinilai sesegera mungkin.

15 KESIMPULAN Tujuan Metode Kekurangan Penerapan
Teori :proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara stimulis dan respon. Tujuan :adanya perubahan tingkah laku pada peserta didik. Metode :dibagi dalam bagian-bagian kecil sampai kompleks. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan.berorientasi pada hasil yang dicapai, tidak menggunakan hukuman. Kekurangan : sentral,bersikap otoriter,komunikadi satu arah. Guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari siswa. Pasif, perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengarihi oleh penguatan yang diberikan oleh guru,mendengarkan dan menghafal. Penerapan :pada mata pelajaran yang membutuhkan praktek dan pembicaraan yang mengandung unsur-unsur kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, daya tahan, dan sebagainya. Misal dalam: percakapan bahasa asing, mengetik, menari, olagraga,dll. Guru :guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi Murid :melakukan sendiri apa yang menjadi instruksi dan melakukannya berulang-ulang sampai hasilnya baik. Evaluasi :didasarkan pada perilaku yang dicapai sebagai hasil dari latihan yang dilakukan.

16


Download ppt "PENDEKATAN BEHAVIORISTIK"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google