Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Belajar dari Filosofi Bambu Suci di Bali

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Belajar dari Filosofi Bambu Suci di Bali"— Transcript presentasi:

1 Belajar dari Filosofi Bambu Suci di Bali
Masyarakat Bali, umumnya pemeluk Hindu tidak bisa lepas dari tanam-tanaman, bunga-bungaan, dan kayu sebagai sarana dan prasarana sesaji saat ritual keagamaan. Bambu merupakan salah satu jenis tanaman yang paling banyak digunakan masyarakat Bali dalam kehidupan sehari-hari. Hampir di setiap upacara keagamaan, bambu pasti digunakan, baik daun maupun batangnya. Bambu juga menjadi salah satu bagian bangunan adat di Bali. Bagi masyarakat Bali, bambu memang memiliki filosofi yang sangat mendalam. Sifat-sifat baik dan keunggulan bambu dibandingkan tanaman lainnya menjadi spirit dan semboyan hidup bagi masyarakat Bali, terutama penganut agama Hindu. “Bambu adalah tanaman yang memang serba guna. Semasa kecilnya, saat masih mudah tegak. Tapi, saat tua akan menunduk. Ini lambang sebuah filosofi Hindu yang selalu menjaga sopan santun,” kata Ida Bagus Ketut Arinasa, ahli etnobotani dari Kebun Raya Bogor di sela-sela Association for Tropical Biology and Conservation 2010 di Bali, Selasa (20/7/2010). Ia menambahkan, filosofi lain dari bambu adalah sifatnya yang semakin lama semakin kuat, baik batang maupun akarnya, yang membentuk kesatuan rumpun. Bambu juga tidak membutuhkan pemeliharaan yang sangat intensif sehingga bisa tumbuh di mana saja. Bahkan dari segi kegunaan, hampir setiap bagian bambu berguna. Ketut Arinasa mengatakan, saat ini ada lima jenis bambu endemik yang masih digunakan umat Hindu Bali, baik dalam upacara keagamaan maupun kebutuhan sehari-hari dan keberadaannya mulai menipis. Agar tidak langka dan bahkan punah, para peneliti Kebun Raya Bali mulai membudidayakan bambu di lahan kebun raya seluas 154,5 hektare tersebut. “Secara keseluruhan, Kebun Raya Bali telah mengoleksi 69 suku atau famili yang terdiri atas 250 jenis atau spesies dan spesimen tanam-tanaman adat Bali. Itu yang berhasil kami koleksi di Kebun Raya Bali,” ujar Ida Bagus. Dia menyebut, khusus budi daya tanaman khas Bali, dialokasikan lahan Taman Panti Yatna, yang digagas sekitar tahun Lahan itu untuk melestarikan tanaman yang digunakan umat Hindu sebagai sarana dalam upacara ritualnya. Beberapa tanaman endemik Bali yang dianggap suci, contohnya bambu. Ada lima jenis bambu yang digunakan untuk ritual sehari-hari: Pertama, jenis bambu yang disebut jajang aya (gigantochloa aya), jenis bambu ukuran besar yang bisa setinggi 15 meter dan diameter 12 sentimeter. Bambu jenis ini dianggap suci sehingga sering digunakan untuk atap bangunan suci. Kedua, jenis bambu yang disebut jajang taluh (gigantochloa taluh) yang khas dengan batang berwarna hijau keputih-putihan. Bambu jenis ini biasa dipakai untuk gedek atau dinding dalam upacara kematian dengan kualitas paling bagus. Ketiga, bambu yang disebut tiying ooh (bambuca ooh) yang unik dengan morfologi ruas agak panjang, warna batang hijau, dan tebal buluhnya tidak mencapai setengah sentimeter. Bambu jenis ini dipakai untuk tempat sesajen atau sanggar pucuk saat upacara agama. Keempat, bambu buluh kedampal (Ssahizostachyum cestaneum) yang memiliki batang lebih pendek dan buluh tipis, tapi panjang. Buluh kedampal dipakai untuk tempat air suci dan alat musik khas Bali, gerantang atau rindik. Bambu ini banyak tumbuh di kabupaten Tabanan. Kelima, bambu tiying alas (dinochroa sepang). Di antara bambu endemik itu, hanya jenis ini satu-satunya jenis bambu yang masih tumbuh di tempat aslinya, yakni hutan alam Sepang Buleleng dan Jembrana. Diyakini sebagai tanaman suci dan obat-obatan. Menurut Ketut Arinasa, kebutuhan yang banyak terhadap bambu dalam berbagai keperluan di Bali bukannya membuat tanaman ini punah. Justru, karena sadar terhadap kebutuhan tersebut, masyarakat bahu-membahu untuk menjaga kelestariannya.


Download ppt "Belajar dari Filosofi Bambu Suci di Bali"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google