Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehDoddy Susman Telah diubah "7 tahun yang lalu
1
Prinsip-prinsip Ekonomi dalam Usahatani (lanjutan)
4. Intensifikasi Pertanian dan Hukum Kenaikan Hasil yang semakin berkurang (law of Diminishing Return) UNIVERSITAS SILIWANGI Jl. Siliwangi no 14 TASIKMALAYA 46115 TEL (0265) , FAX (0265)
2
Hubungan antara faktor produksi dan produksi
Fisik (Y) Y= f (tanah/modal, tenaga kerja,dll) Faktor produksi Hubungan fungsional ini berlaku untuk semua faktor produksi
3
Hubungan antara input dan output
Output (HPT) x y 75 150 225 300 375 450 525 600 675 750 10 40 107 120 126 130 132 125
5
Produk total, Produk rata-rata dan Produk Marginal
Produk Total = Hasil Total = out put = y Input = x Produk rata-rata/PR (Average Product/AP) = Produk Total Input PR = y x Produk Marginal = Perubahan output Perubahan Input MP = Λ y Λ x
6
Hubungan antara PT, PR dan PM
input Output (PT) PR PM x Λx y Λy (y/x) (Λy/Λx) 75 150 225 300 375 450 525 600 675 750 - 10 40 107 120 126 130 132 125 30 35 32 13 6 4 2 -2 -5 0,13 0,27 0,33 0,36 0,32 0,28 0,25 0,22 0,19 0,17 0,40 0,47 0,43 0,08 0,05 0,03 -0,03 -0,06
8
C B A x y z A B C hasil produksi Faktor produksi 1> Ep> 0
PT Ep=1 A X = kenaikan Hasil Bertambah y = kenaikan hasil Berkurang z = kenaikan Hasil negatif Ep > 1 1> Ep> 0 Ep < 0 x y z A B Hasil produksi PR PM C Faktor produksi
9
Hubungan PT, PR, dan PM PM naik pada keadaan PT juga naik (Tahap 1), kurva PT berubah arah pada titik A (inflection point) maka kurva PM mencapai titik maksimum. PM yang terus menurun pada keadaan PT sedang naik (Tahap II). Titik B menunjukkan PR mencapai max dan kurva PM memotong kurva PR. PM terus menurun sampai angka negatif bersamaan dengan PT yang juga menurun (Tahap III), Titik C merupakan titik di mana PT mencapai max bersamaan dengan kurva PM memotong kurva x (HPM) bernilai negatif.
10
Hubungan PT, PR, dan PM C B A III 1 II A B C
PM naik pada keadaan PT juga naik (Tahap 1), kurva PT berubah arah pada titik A (inflection point) maka kurva PM mencapai titik maksimum. PM yang terus menurun pada keadaan PT sedang naik (Tahap II). Titik B menunjukkan PR mencapai max dan kurva PM memotong kurva PR. PM terus menurun sampai angka negatif bersamaan dengan PT yang juga menurun (Tahap III), Titik C merupakan titik di mana PT mencapai max bersamaan dengan kurva PM memotong kurva x (PM) bernilai negatif. B PT Hasil produksi A III 1 II A B Hasil produksi PR PM C Faktor produksi
11
Adanya pembagian menjadi tahap I, II, dan III masing-masing mewakili daerah I, II, dan III yaitu daerah yang menunjukkan Elastisitas Produksi, yang besarnya berbeda-beda. Elastisitas produksi (Ep) adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari persentase perubahan input. Ep = Λy/y Ep = Λy. x Λx/x Λx y Keterangan : Y = hasil produksi (out put) X = faktor produksi (input) PR = Y PM = Λy x Λx Ep = PM PR Ep = PM = PR (pada titik B) Di sebelah kiri titik B : PM >HPR Ep > 1 Di sebelah kanan titik B : PM < PR Ep < 1
12
Hubungan PT, PR, dan PM C B A III 1 II A B C 1> Ep> 0 Ep < 0
Adanya pembagian menjadi tahap I, II, dan III masing-masing mewakili daerah I, II, dan III yaitu daerah yang menunjukkan Elastisitas Produksi, yang besarnya berbeda-beda. Elastisitas produksi (Ep) adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari persentase perubahan input. Ep = Λy/y Ep = Λy. x Λx/x Λx y Keterangan : Y = hasil produksi (out put) X = faktor produksi (input) PR = Y PM = Λy x Λx Ep = PM PR Ep = PM = PR (pada titik B) Di sebelah kiri titik B : PM >HPR Ep > 1 Di sebelah kanan titik B : PM < PR Ep < 1 Ep=0 B PT Ep=1 Hasil produksi A Ep > 1 1> Ep> 0 Ep < 0 III 1 II A B Hasil produksi PR PM C Faktor produksi
13
Hubungan PT, PR, dan PM C B A III 1 II A B C 1> Ep> 0 Ep < 0
Ep = 1, bila PR mencapai maksimum atau bila PR = PM Ep = 0, bila PM = 0 dalam keadaan PR sedang menurun Ep > 1, bila HPT menaik pada tahapan Increasing Rate dan PR juga menaik di daerah 1 (disini petani masih mampu memperoleh sejumlah produksi yang cukup menguntungkan manakala sejumlah input masih ditambahkan. Ep > 0 tetapi Ep< 1 atau 1 < Ep < 0 daerah II pada tahapan Decreasing Rate (tambahan sejumlah input tidak diimbangi secara proporsional oleh tambahan out put yang diperoleh). Ep < 0 daerah III, PT dalam keadaan menurun nilai PM negatif dan PR dalam keadaan menurun (setiap upaya untuk menambah sejumlah input tetap akan merugikan bagi petani yang bersangkutan). Ep=0 B PT Ep=1 Hasil produksi A Ep > 1 1> Ep> 0 Ep < 0 III 1 II A B Hasil produksi PR PM C Faktor produksi
14
Hubungan antara PT, PR dan PM
input Output (HPT) HPR HPM x Λx y Λy (y/x) (Λy/Λx) 75 150 225 300 375 450 525 600 675 750 - 10 40 107 120 126 130 132 125 30 35 32 13 6 4 2 -2 -5 0,13 0,27 0,33 0,36 0,32 0,28 0,25 0,22 0,19 0,17 0,40 0,47 0,43 0,08 0,05 0,03 -0,03 -0,06 Tahap 1 (Increasing rate) Ep>1 Tahap II (Decreasing rate) Ep<1 Tahap III (negatif)
15
Hubungan PM dan PT serta PM dan PR dengan besarnya Ep
Ep = 1, bila PR mencapai maksimum atau bila PR = PM Ep = 0, bila PM = 0 dalam keadaan PR sedang menurun Ep > 1, bila HPT menaik pada tahapan Increasing Rate dan PR juga menaik di daerah 1 (disini petani masih mampu memperoleh sejumlah produksi yang cukup menguntungkan manakala sejumlah input masih ditambahkan. Ep > 0 tetapi Ep< 1 atau 1 < Ep < 0 daerah II pada tahapan Decreasing Rate (tambahan sejumlah input tidak diimbangi secara proporsional oleh tambahan out put yang diperoleh). Ep < 0 daerah III, PT dalam keadaan menurun nilai PM negatif dan PR dalam keadaan menurun (setiap upaya untuk menambah sejumlah input tetap akan merugikan bagi petani yang bersangkutan). Menggambarkan efisiensi fisik Hasil produksi Perlu dketahui harga Utk efisiensi ekonomi Faktor produksi
16
Efisiensi produksi berarti maksimisasi perbandingan output dan input.
Efisiensi teknis : output dan input diukur dengan unit fisik. Ini terjadi pada Average Product (AP/PR) maksimum. Pada saat itu AP=MP (Marginal Product/PM). Efisiensi harga/ alokatif berarti dicapai pada keuntungan maksimum. Ini dicapai pada saat nilai produksi marginal (NPM) = harga input (Px). NPMx = PM.Py NMPx = Px atau NPMx = 1 Px Bila NPMx > Px, artinya penggunaan input x belum efisien, input x perlu ditambah Bila NPMx < Px, penggunaan input x tidak efisien, input x perlu dikurangi Bila NPMx = Px, penggunaan input x sudah efisien dan diperoleh keuntungan maksimal
17
Kombinasi faktor-faktor produksi
Bagaimanakah mengkombinasikan faktor-faktor produksi agar tercapai efisiensi baik secara fisik maupun ekonomi ?
18
UT efisien (efisiensi teknis) : Rasio dari tambahan hasil fisik dari faktor produksi dengan harga faktor produksi sama untuk setiap faktor produksi yang digunakan. NPMx1 = NPMx2 = … = NPMx10= 1 Px Px Px Keterangan : NPMx = tambahan hasil produksi fisik karena tambahan satu satuan faktor produksi Px = harga faktor produksi masing-masing
19
Py. NPMx1 = Py. NPMx2 = Py. NPMx3 = 1 Px1 Px2 Px3
Efisiensi ekonomis Py. NPMx1 = Py. NPMx2 = Py. NPMx3 = Px Px Px3 Py. NPMx > Px Py. NPMx < Px belum efisien, penggunaan faktor produksi masih dapat ditambah tidak efisien, penggunaan faktor produksi harus dikurangi.
20
5. Kombinasi hasil-hasil produksi
Tujuan : Mendapatkan hasil optimal dari lahan yang terbatas Terjaminnya ketersediaan bahan makanan Mengurangi risiko kegagalan Hub. Fisik antar komoditi Komoditi gabungan (joint products) Komoditi yang bebas bersaing (competitive independent products substitutes) Komoditi komplementer Komoditi suplementer Opportunity cost : biaya yang harus ditanggung petani karena tidak menggunakan kesempatan terbaik (opportunity) yang dapat dipilih baik untuk menanam maupun untuk mengerjakan sesuatu. Elasticity of substitution : persentase perubahan produksi barang yang satu dibagi dengan persentase perubahan produksi barang lainnya.
21
6. Ekonomi dan besarnya usahatani
Efisiensi skala produksi Menaik/increasing konstan Menurun/decreasing
22
Increasing return to scale
Efisiensi skala produksi yang menaik, penambahan faktor produksi menghasilkan tambahan produksi yang proporsionalnya lebih besar. Constant return to scale Efisiensi skala produksi yang tetap, penambahan faktor produksi proporsional dengan penambahan produksi. Decreasing return to scale Efisiensi skala produksi yang menurun, proporsi penambahan faktor produksi melebihi proporsi penambahan produksi.
23
Increasing return to scale Input Out put PM (Λy/Λx) x Λx y Λy 10 20 30
10 20 30 - 60 100 150 210 40 50 (40/10) = 4 (50/10) = 5 (60/10) = 6 constant return to scale Input Out put PM (Λy/Λx) x Λx y Λy 10 20 30 - 100 120 140 160 (20/10) = 2 Decreasing return to scale Input Out put PM (Λy/Λx) x Λx y Λy 10 20 30 - 40 100 150 190 60 50 (60/10) = 6 (50/10) = 5 (40/10) = 4
24
Homework 1.Tentukan hasil produk rata-rata,
Input (x) Output (y) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 0,0 4,9 13,2 24,3 37,6 52,5 68,4 84,7 100,8 116,1 130,0 141,9 151,2 157,3 159,6 157,5 150,4 1.Tentukan hasil produk rata-rata, hasil produk marginal, dan elastisitas produksinya ? 2. Bila input (x) merupakan faktor pro- Duksi dari jumlah tenaga kerja yang Digunakan dengan biaya 1 HOK Rp 5.000,00, Biaya tetap Rp ,00. Harga jual Out put Rp 8.500,00. Tentukan besarnya Biaya marginal, hasil total dan Pendapatan marginalnya ? 3. Tentukan tingkat penggunaan Input Yang optimum ?
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.