Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

HUBUNGAN DALAM MASYARAKAT HUTAN

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "HUBUNGAN DALAM MASYARAKAT HUTAN"— Transcript presentasi:

1 HUBUNGAN DALAM MASYARAKAT HUTAN

2 MASYARAKAT HUTAN Penyusun Masyarakat Hutan
Sekelompok tumbuh-tumbuhan, yang dikuasai pohon-pohon yang menempati suatu lingkungan atau habitat, yang di dalamnya terdapat hubungan timbal balik antara tumbuh-tumbuhan itu satu sama lain dan dengan lingkungannya. Dalam hutan, pohon tidak hidup sebagai individu sendiri-sendiri, tetapi sebagai bagian dari masyarakat hutan. Penyusun Masyarakat Hutan Pohon-pohon Semak-semak Perdu Rumput-rumput Lumut Binatang mamalia Burung Serangga Mikrofauna dan mikroflora

3 Secara umum hubungan dalam masyarakat hutan terbagi dalam 2 macam :
Perjuangan untuk hidup (persaingan). Usaha saling menolong. PERSAINGAN Perjuangan hebat untuk perebutan cahaya, air, hara mineral, dan ruang tumbuh. Menyebabkan terbentuknya susunan masyarakat hutan : bentuk, macam, serta banyaknya jenis dan individunya, sesuai dengan keadaan tempat tumbuhnya. Sebagai akibatnya, terdapat pohon-pohon yang lebih berkuasa, sehingga menjadi pohon dominan, sementara terdapat juga pohon tertekan  seleksi alam.

4 TOLONG MENOLONG Jasad renik (mikroorganisme) hidup dari hasil rombakan tumbuhan dan binatang. Sebaliknya, jasad renik memberi lingkungan yang baik bagi kehidupan pohon dan tumbuhan lain. Kelompok tumbuhan saling membantu melawan kekuatan yang merusak seperti angin dan hujan lebat. Pohon-pohon bersama-sama menutup tanah, sehingga dapat mencegah pertumbuhan alang-alang, perdu, dan peliaran tanah yang lain.

5 Hubungan antara jasad hidup yang hidup pada
1. KOMENSALISME Hubungan antara jasad hidup yang hidup pada jasad yang lain tanpa meminta atau mengambil makanan dari organisme yang ditempati. EPIPHYTISME (EPI = DI ATAS, PHYTO = TANAMAN) Tumbuhan hidup di atas tumbuhan lain, tanpa menghisap air atau mengambil makanan dari tumbuhan yang ditumpangi, cukup dari air hujan sepanjang batang kayu.

6 EPIPHYTISME (LANJUTAN)
Banyak terdapat di hutan pegunungan : paku-pakuan, anggrek (disebut epifit). Epifit banyak tumbuh di hutan hujan tropis yang memiliki kelembaban tinggi (udara basah). Epifit pada umumnya tidak banyak merugikan bagi tumbuhan yang ditempati, tetapi beberapa hal patut diperhatikan : jumlah cahaya yang diterima pohon inang berkurang.  Fotosintesis terganggu, epifit dapat merusak kulit kayu, beban epifit dapat mematahkan cabang pohon.

7 EPIPHYTISME (LANJUTAN)
Epiphyl : Bakteri, lumut, lichenes bila tumbuh di atas daun.

8 EPIPHYTISME (LANJUTAN)
Liana : Jenis tumbuhan yang berakar di dalam tanah, tetapi tidak sanggup tegak berdiri sendiri melainkan bersandar pada tumbuhan lain  contoh : rotan.

9 Pengaruh parasit terhadap tanaman yang ditempati :
PARASITISME Hubungan antara jasad yang hidup di atas atau di dalam jasad lain, dan dari jasad lain ini makanan untuk kehidupannya diambil. Pengaruh parasit terhadap tanaman yang ditempati : Beberapa jenis jamur yang hidup di pohon. Miselia dalam kayu merusak dan membusukkan kayu. Kayu tidak dapat digunakan, dan akhirnya pohon mati. Serangga yang hidup dalam pohon dan membuat lubang, berarti merusak kayu. Parasit batang

10 Cassytha filiformis (Lauraceae) Cuscuta californica (Cuscutaceae)
PARASITISME (LANJUTAN) Biasanya yang bersifat parasit adalah jasad-jasad rendah seperti bakteri, jamur, dan serangga. Namun ada pula tumbuhan tinggi yang bersifat parasit : tumbuhan berbunga, berdaun hijau, melekat dengan akar pada cabang/batang tanaman yang ditempati. Termasuk jenis : Loranthaceae, Lauraceae. Arceuthobium campylopodum Cassytha filiformis (Lauraceae) Cuscuta californica (Cuscutaceae)

11 PARASITISME (LANJUTAN)
Orobanche vallicola Santalum album Ada jenis parasit yang sukar dikenal sebagai parasit, karena hidup di tanah seperti tumbuhan yang berdiri sendiri, mempunyai daun dan berbatang. Tetapi akarnya dalam tanah membuat kontak dengan akar tumbuhan lain dan menyerap air serta zat makanannya. Santalum album bersifat semi parasit, terutama pada pertumbuhan awalnya. Sebelum diketahui sifat parasitisnya, keberhasilan tanaman sangat rendah (hemi-root parasite).

12 4. MUTUALISME Dua jasad yang berbeda hidup bersama-sama dengan saling menguntungkan. Lichenes, terdiri dari jamur dan alga. Alga kemungkinan menjalankan fotosintesis, sedangkan jamur yang mengambil zat organis dari tanah untuk diberikan ke alga. Lichenes

13 MUTUALISME (LANJUTAN)
Bintil akar, pada beberapa jenis pohon ditemui bintil-bintil akar yang mengandung bakteri pengikat N2, misal pada jenis legum, Casuarina sp. dan Podocarpus  Bakteri Rhizobium legominosareum, Bacilus radicicola. Bintil akar

14 MUTUALISME (LANJUTAN) C. Mikorisa, hubungan mutualisme antara pohon dengan jamur pada akar pohon : antara jamur non-patogen dengan sel-sel hidup pada akar, terutama sel epidermis dan korteks. Jenis Orchidaceae tidak dapat berkecambah tanpa ada jamur yang tumbuh bersama-sama. Mikorisa

15 5. SAPROPHYTISME Jasad yang tidak berklorofil menggantungkan hidup pada hasil perombakan atau pelapukan jasad lain, artinya hidup dari seresah organik saja. Karena tidak mempunyai klorofil, maka jasad tersebut tidak mampu melakukan fotosintesis dan berasimilasi, shg perlu mendapatkan zat organik yang telah dibentuk oleh jasad lain. Hubungan menyerupai parasit, hanya bedanya jika parasit mengambil makanan jasad hidup, saprofit mengambil makanan dari jasad telah mati atau telah jatuh di tanah. Contoh : Sebagian besar bakteri yang hidup di tanah, jamur-jamur tidak parasitis serta jenis lainnya. Semuanya tidak mempunyai klorofil dan tidak mampu membentuk zat organik sendiri.

16 6. PENCEKIKAN (STANGLER) Merupakan jenis tumbuhan yang memulai hidup sebagai epifit pada suatu pohon, namun setelah akar-akarnya mencapai tanah dan berdiri sendiri, tumbuhan ini mencekik dan membunuh pohon yang semula ditumpangi. Jenis yang terkenal sebagai tumbuhan pencekik adalah Ficus.

17 7. HUBUNGAN ANTARA TUMBUHAN
Pembuahan dan penyebaran biji beberapa jenis pohon tergantung pada jenis binatang seperti serangga, burung dan kelelawar. Di daerah temperate dan beriklim sedang, ada jenis-jenis serangga yang hanya dapat hidup pada tajuk Quercus. Setelah masa menggugurkan daun pada jati di Jawa, bermunculan daun-daun muda saat musim hujan. Daun- daun muda ini akan dimakan ulat sehingga jati akan tampak meranggas kembali. Setelah kemudian muncul daun-daun baru lagi, ulat Hyplaea tidak lagi menyerang  Dari pandangan manusia terlihat merugikan, namun dari proses alam, kemungkinan ada hubungan timbal- balik.

18 Tanaman jucca di Amerika saat diintrodusir di Indonesia tidak dapat berbuah walaupun berbunga banyak. Hal ini disebabkan tidak terdapatnya serangga yang membantu proses penyerbukannya. Serangga itu tidak terdapat di Indonesia. Serangga ini sebangsa kupu-kupu yang mengumpulkan butir-butir serbuk sari jucca, menggali bakal buah dan bertelur di situ. Lubang diisi serbuk sari untuk persediaan makan dan sebagian untuk penyerbukan sehingga dapat terjadi pembuahan. Ulat yang dewasa jatuh ke tanah, masuk ke tanah dan menjadi kupu-kupu.

19 8. ALLELOPATHY Merupakan substansi yang diproduksi oleh suatu tumbuhan yang menghambat perkecambahan atau pertumbuhan tanaman lain.  Agar tanaman lain tidak tumbuh terlalu dekat. Yang sering dibahas adalah interaksi toksik antar spesies melalui media senyawa terpenoid atau phenol.

20 ALLELOPATHY (LANJUTAN)
Ada 3 jenis zat alelopati : Senyawa pertumbuhan dilepas akar ke tanah  Tanaman lain yang menyerap akan mati. 2. Substansi yang memperlambat atau menghentikan proses fotosintesis tanaman lain. 3. Substansi yang mengubah jumlah klorofil tanaman lain, sehingga tidak dapat berfotosintesis dengan normal.

21 ALLELOPATHY (LANJUTAN)
Zat-zat kimia ini berfungsi sebagai : Bentuk buangan sederhana. Halangan bagi predator dan patogen. Dorongan simbion : agar pertautan simbiose terbentuk, suatu proses rekognisi harus berlangsung. Akar berupaya menolak serangan patogen, dan pertahanan ini harus dikelilingi agar simbiosis dengan bakteri/mikorisa tetap terjadi. Pengaruh langsung dari kompetitor. Auotoksisitas. Beberapa penelitian menemukan bahwa beberapa tumbuhan menghasilkan toksin dengan pengaruh khusus pada bibitnya sendiri.

22 ALLELOPATHY (LANJUTAN)
MEDIA PELEPASAN ZAT ALELOPATI Volatilasi : Pohon alelopati melepaskan substansi dalam bentuk gas (lewat bukaan pada daun). Tanaman lain yang menyerap sustansi beracun akan mati. Pencucian daun : Semua tumbuhan menggugurkan daun. Tanaman alelopati menyimpan substansi pelindung dalam daun yang dilepaskan. Daun jatuh ke tanah dan mengalami proses dekomposisi. Saat itulah daun melepas substansi yang melindungi tanaman. Eksudasi : Tanaman mengeluarkan substansi pelindung ke tanah lewat akar mereka. Susbtansi ini diserap oleh tanaman lain di sekitar mereka. Sebagai akibatnya tanaman lain ini akan rusak/mati.


Download ppt "HUBUNGAN DALAM MASYARAKAT HUTAN"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google