Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehDeddy Santoso Telah diubah "7 tahun yang lalu
1
Pendapatan Nasional, Pertumbuhan dan Struktur Ekonomi
PERTEMUAN 4
2
Konsep Pendapatan Nasional (PN)
Ada dua pengertian PN: Dalam arti sempit, PN adalah PN (Net Income) Dalam arti luas, PN dapat merujuk ke PDB (Produk Domestik Bruto) atau PNB (Produk Nasional Bruto), atau PNN (Produk Nasional Netto). Persamaan sederhana dalam perhitungan pendapatan nasional : PNB = PDB + F PNN = PNB – D PN = PNN – Ttl Dimana : F = pendapatan netto atas faktor luar negeri atau pendapatan yang diterima dari pendapatan yang dibayarkan ke luar negeri atas faktor produksi. Misal, gaji TKI yang bekerja di luar negeri dan dividen dari investasi asing atau gaji konsultan asing di Indonesia.
3
D = depresiasi atau penyusutan Ttl = pajak tidak langsung netto (selisih antara pajak tak langsung dan subsidi). Sehingga, PDB = PN + Ttl + D – F Atau, PN = PDB + F – D – Ttl Pendekatan Perhitungan PDB: 1. Pendekatan Produksi. Menurut pendekatan ini, PDB adalah jumlah nilai output (NO) dari semua sektor ekonomi atau lapangan usaha. Sektor perekonomian Indonesia berdasarkan klasifikasi BPS ada 9 sektor. Sehingga, PDB = Σ Noi dimana, i = 1,2,…9.
4
2. Pendekatan pendapatan, PDB adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi di masing-masing sektor. Pendapatan faktor produski berupa : upah/gaji untuk tenaga kerja, bunga hasil investasi untuk pemilik modal, hasil jual atau sewa tanah untuk pemilik tanah, dan keuntungan bisnis atau perusahan bagi pengusaha. Atau dalam pendekatan ini PDB merupakan penjumlahan dari nilai tambah bruto (NTB) dari sembilan sektor tersebut. PDB = NTB1 + NTB2 + …NTB9 3. Pendekatan pengeluaran, PDB adalah jumlah dari semua komponen dari permintaan akhir (C, I, G, dan X-M) Sehingga, PDB = C + I + G + (X - M)
5
Sumber-sumber Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan sisi permintaan agregat (AD). Jika terjadi pertumbuhan, maka kurva AD bergeser ke kanan. Sisi AD terdiri dari : C, I, G dan ekspor netto (X - M). Atau Y = C + I + G + X-M jika Y meningkat maka permintaan agregat akan semakin besar. Pertumbuhan dari sisi penawaran agregat (AS). Pertumbuhan ini dipengaruhi oleh peningkatan volume dari faktor-faktor produksi yang digunakan. Pertumbuhan juga didorong oleh peningkatan produktivitas dari faktor-faktor tersebut.
6
b). Agg Demand Y = C + I + G + ( X – M ) C = a + b y I = I a – i r G = G a X = X a M = Ma + my Y = PDB (GDP)
7
Agg S Agg D 1 Agg D 2 P Q P2 P1 Q1 Q2 Agg D Agg S 1 Agg S 2 Agg Demand naik -> Q naik Agg Supply naik -> Q naik
8
Pertumbuhan dari sisi penawaran agregat (AS)
Pertumbuhan dari sisi penawaran agregat (AS). Pertumbuhan ini dipengaruhi oleh peningkatan volume dari faktor-faktor produksi yang digunakan. Pertumbuhan juga didorong oleh peningkatan produktivitas dari faktor-faktor tersebut. Jadi, hubungan antara output dengan faktor produksi adalah : Q = f (X1, X2, X3, ….Xn) dimana, Q = volume output, dan X1, X2,…Xn = volume faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan output.
9
Faktor-faktor yang memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia:
1. Faktor internal: Faktor Internal ekonomi : kondisi fundamental ekonomi seperti perkembangan inflasi, jumlah cadangan devisa, kondisi sektor perbankan, realisasi RAPBN, kebijakan ekonomi pemerintah di bidang fiskal dan moneter serta perkembangan ekspor nasional. Faktor internal nonekonomi : kondisi politik dan sosial, keamanan, dan hukum (berkaitan dengan kepastian hukum di bidang kegiatan bisnis dan pelaksanaan otonomi daerah) 2. Faktor eksternal : Prospek perekonomian dan perdagangan dunia Kondisi politik global Pertumbuhan Ekonomi
10
Perubahan Struktur Ekonomi
Pembangunan ekonomi jangka panjang dengan pertumbuhan PDB atau PN akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi: ekonomi tradisional dengan pertanian sebagai sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor nonprimer, khususnya industri manufaktur dengan increasing return to scale (relasi positif antara pertumbuhan output dan pertumbuhan produktivitas ) yang dinamis sebagai motor utama penggerak pertumbuhan ekonomi (Weiss, 1988). Ada kecendrungan (dapat dilihat sebagai suatu hipotesis) bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi yang membuat semakin tinggi pendapatan masyarakat per kapita, semakin cepat perubahan struktur ekonomi dengan asumsi faktor-faktor penentu lain mendukung proses tersebut, seperti tenaga kerja, bahan baku, dan teknologi tersedia.
11
Menurut Kuznets, perubahan struktur ekonomi umumnya disebut transformasi struktural. Didefinisikan sebagai suatu rangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan lainnya dalam komposisi Aggregate Demand (AD), perdagangan luar negeri (ekspor impor), Aggregate Supply (AS) atau produksi dan penggunaan faktor-faktor produksi yang diperlukan guna mendukung proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (Chenery, 1979).
12
Transformasi struktural dapat dilihat pada perubahan pangsa Nilai Output (NO) atau Nilai Tambah Bruto (NTB) dari setiap sektor di dalam pembentukan PDB atau PNB atau PN. Berdasarkan hasil studi Chenery dan Syrquin, perubahan pangsa dalam periode jangka panjang menunjukkan suatu pola dimana kontribusi sektor primer semakin turun dan sektor sekunder dan tersier semakin meningkat.
13
Kontribusi output dari pertanian (sektor primer) terhadap pembentukan PDB mengecil, sedangkan pangsa PDB dari industri manufaktur dan jasa (sektor sekunder dan tersier) mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan PDB atau PN per kapita. Pangsa output sektoral thd PDB Tersier Sekunder Primer Waktu Perubahan Struktur Ekonomi
14
Indikator lain yang digunakan dalam studi-studi empiris untuk mengukur pola perubahan struktur ekonomi adalah : distribusi kesempatan kerja menurut sektor. Pada tingkat pendapatan rendah (tahap awal pembangunan ekonomi), sektor-sektor primer merupakan kontributor terbesar dalam penyerapan tenaga kerja. Pada tingkat pendapatan per kapita yang tinggi (tahap akhir) sektor-sektor sekunder terutama industri menjadi sangat penting dalam penyediaan kesempatan kerja. Di dalam kelompok negara-negara sedang berkembang (Low Developing Countries (LDC’s), banyak negara yang juga mengalami transisi ekonomi yang pesat dalam 30 tahun terakhir, meskipun pola dan prosesnya berbeda antar negara.
15
Variasi tersebut disebabkan oleh :
Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri (basis ekonomi). Jika suatu negara awalnya sudah memiliki basis industri dasar (mesin, baja) yang relatif kuat, maka akan mengalami proses indutrialisasi yang lebih pesat/cepat dibandingkan negara yang hanya memiliki industri ringan (tekstil, pakaian, alas kaki) Besarnya pangsa dalam negeri (kombinasi jumlah populasi dan tingkat pendapatan riil per kapita). Pola distribusi pendapatan. Jika pendapatan per kapita meningkat pesat namun tidak diiringi dengan distribusi yang relatif merata, maka kenaikan pendapatan tersebut tidak terlalu berarti bagi pertumbuhan industri-industri.
16
Karakteristik dari industrialisasi.
Misalnya cara pelaksanaan atau strategi pengembangan industri yang diterapkan, jenis industri yang diunggulkan, pola pembangunan industri, dan insentif yang diberikan bagi pelaku di bidang industri. Keberadaan SDA. Ada kecenderungan bahwa negara yang kaya SDA justru mengalami pertumbuhan ekonomi lebih rendah atau terlambat melakukan industrlalisasi atau tidak berhasil melakukan diversifikasi ekonomi (perubahan struktur) dari pada negara miskin SDA. Kebijakan perdagangan luar negeri. Negara yang menerapkan kebijakan ekonomi tertutup (inward looking), memiliki pola dan hasil industrilaisasi yang berbeda dibandingkan negara yang menerapkan kebijakan terbuka (outward looking). Banyak negara berkembang seperti Indonesia yang menerapakn kebijakan protektif terhadap sektor industrinya (kebijakan industri substitusi impor/ISI).
17
Namun, hasilnya adalah sektor industrinya berkembang tidak efisien dan memiliki tingkat diversifikasi rendah, khususnya lemah dalam kelompok industri tengah (hollow midle industry). Sehingga lebih tepat dikatakan menerapkan sistem produksi assembling. Kasus Perubahan Struktur Ekonomi Indonesia. Orde Baru hingga sekarang dapat dikatakan terjadi perubahan struktur ekonomi cukup pesat. Data BPS : 1970 : NTB sektor pertanian : 45% thd PDB, tahun 1990 tinggal 16 – 20% thd PDB. Ini menunjukkan penurunan pangsa pertanian dalam pembentukan PDB.
18
Tabel 4.6 PDB Indonesia Menurut Persentase Kontribusi Sektoral, pada Tahun 1969-1993
Sektor Ekonomi 1969 1974 1979 1984 1989 1993 Menurut Harga Berlaku Pertanian 49,3 32,7 28,1 22,7 23,4 18,5 Pertambangan 4,7 22,2 21,8 18,8 13,1 10,2 Industri Pengolahan 9,2 8,3 10,3 14,6 18,4 22,3 Listrik, Gas, Air Minum 0,5 0,4 0,6 0,9 Bangunan 2,8 3,8 5,6 5,3 6,0 Transportasi dan Komunikasi 4,1 4,4 5,5 6,9 Perdagangan 30,7 28,4 29,3 14,9 17,0 16,5 Keuangan dan Perbankan 3,4 3,9 5,0 Sewa Rumah 2,9 2,5 Pemerintahan dan Pertahanan 7,2 6,7 7,4 Jasa-jasa 3,5 Produk Domestik Bruto 100
19
Tabel 4.7 Kontribusi Sektoral dalam Penyerapan Tenaga Kerja, pada Tahun 1992 (Berdasarkan Data Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Bekerja) Sektor Jumlah Persentase Pertanian 53,69 Pertambangan 0,67 Industri Pengolahan 10,51 Listrik, Gas, Air Minum 0,21 Bangunan 3,20 Transportasi dan Komunikasi 3,28 Perdagangan 14,96 Lain-lain 13,48 100
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.