Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehHarjanti Lie Telah diubah "7 tahun yang lalu
1
HUKUM DAN INJIL Lesson 10 for December 8, 2012
2
HUKUM DAN KARAKTER ALLAH
Setelah menunjukkan bagaimana karakter Allah diungkapkan di alam (Mazmur 19:1-6), pemazmur menjelaskan bagaimana karakter Allah yang dinyatakan melalui hukum-Nya (Mazmur 19:7-9). Mari kita mempelajari ayat-ayat tersebut secara menyeluruh. HUKUM DAN KARAKTER ALLAH NAMA HUKUM SIFAT PENGARUH Taurat Tuhan itu sempurna menyegarkan jiwa Peraturan Tuhan itu teguh memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman Titah Tuhan itu tepat menyukakan hati Perintah Tuhan itu murni membuat mata bercahaya Takut akan Tuhan itu suci tetap ada untuk selamanya Hukum-hukum Tuhan itu benar adil semuanya Tinggalkan atau sisakan nama "Tuhan itu" di kolom pertama dan baca kolom pertama dan kedua secara keseluruhan. Misalnya, "Tuhan itu sempurna, menyegarkan jiwa." Bukankah itu adalah penjelasan yang benar tentang karakter Tuhan? “Lebih indah dari pada emas, bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih manis dari pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah.” (Mazmur 19:11)
3
HUKUM DAN BANGSA ISRAEL
Di Gunung Sinai, Tuhan mengingatkan bangsa Israel tentang hukum yang mereka sudah lupakan (Kejadian 26:5). Dia juga menambahkan lebih banyak peraturan, terutama yang berkaitan dengan Bait Suci. Bahwa sistem hukum yang kompleks itu disebut Taurat, yang mana bisa dibagi dalam tiga bagian utama: Hukum Upacara. Peraturan yang mengajarkan rencana keselamatan dengan simbol dan praktek ritual. Hukum Sipil. Petunjuk mengenai kehidupan masyarakat bangsa Israel kuno. Hukum Moral. Petunjuk tentang pola Allah mengenai perilaku bagi umat manusia. Meskipun semua hukum mencerminkan karakter Allah, hukum upacara tidak berlaku lagi setelah pelayanan Kristus digenapi, karena hukum upacara itu adalah simbol dari pelayanan Kristus (Ibrani 9:8-12) Ketika gereja Kristen sudah mendunia, hukum sipil ditangguhkan dan tunduk pada hukum nasional di setiap negara (Roma 13:1-6) Namun demikian, hukum-hukum moral masih menjadi aturan yang berlaku dalam kehidupan orang percaya. Bukankah hukum tersebut masih berlaku hari ini sebagaimana halnya di zaman Musa, "Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegor orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia."(Imamat 19:17)?
4
HUKUM YANG KEKAL Meskipun hukum Ilahi luas dan beragam, semuanya memiliki asal mula yang sama. Semuanya berdasarkan pada Sepuluh Perintah Allah. Dekalog (Sepuluh Perintah) itu tidak hanya berlaku untuk orang-orang Israel saja. Dekalog juga telah berlaku dari Adam sampai ke Gunung Sinai dan dari Yesus ke masa kita.
5
HUKUM YANG KEKAL DARI ADAM KE SINAI
Perintah ke 1: JANGAN ADA PADAMU ALLAH LAIN DIHADAPANKU. Yakub: “Jauhkanlah dewa-dewa asing” (Kej 35:2) Perintah ke 4: KUDUSKANLAH HARI SABAT. Allah: “Berhentilah Ia pada hari ketujuh” (Kej 2:2) Perintah ke 6: JANGAN MEMBUNUH. Disampaikan kepada Kain: “Darah adikmu itu berteriak kepada-Ku dari tanah.” (Kej 4:10) Perintah ke 7: JANGAN BERZINAH. Yusuf: “Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?"” (Kej 39:9) Perintah ke 8: JANGAN MENCURI. Saudara-saudara Yusuf: “Masakan kami mencuri emas atau perak dari rumah tuanmu?” (Kej 44:8) Perintah ke 9: JANGAN MENGUCAPKAN SAKSI DUSTA TENTANG SESAMAMU. Firaun: “Mengapa tidak kauberitahukan, bahwa ia isterimu?” (Kej 12:18)
6
HUKUM YANG KEKAL, DARI YESUS SAMPAI PADA MASA KITA
“Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"’” [Perintah ke 1]” (Matius 4:10) “Tetapi Petrus berkata: "Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai [Perintah ke 9]Roh Kudus dan menahan [Perintah ke 8]sebagian dari hasil penjualan tanah itu?” (Kisah 5:3) “Anak-anakku, waspadalah terhadap segala berhala. [Perintah ke 2]” (1 Yohanes 5:21) “Karena firman: jangan berzinah [Perintah ke 7], jangan membunuh [Perintah ke 6], jangan mencuri [Perintah ke 8], jangan mengingini [Perintah ke 10] dan firman lain mana pun juga, sudah tersimpul dalam firman ini, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!”” (Roma 13:9) HUKUM YANG KEKAL, DARI YESUS SAMPAI PADA MASA KITA “Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya. Sebab Ia yang mengatakan: "Jangan berzinah“ [Perintah ke 7], Ia mengatakan juga: "Jangan membunuh“ [Perintah ke 6]. Jadi jika kamu tidak berzinah tetapi membunuh, maka kamu menjadi pelanggar hukum juga. Berkatalah dan berlakulah seperti orang-orang yang akan dihakimi oleh hukum yang memerdekakan orang.” (Yakobus 2:10-12) Mari kita renungkan bagaimana Yakobus menyebut Sepuluh Perintah Allah sebagai, "Hukum yang memerdekakan orang."
7
HUKUM DAN INJIL Yesuslah Yang membawa keselamatan bagi orang percaya, yang menimbulkan sebuah persoalan untuk memahami peran Hukum dalam Rencana Penebusan. Paulus sangat jelas tentang Sepuluh Hukum dimana Sepuluh Hukum bukanlah menjadi sarana keselamatan: "Sebab tidak seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa." (Roma 3:20) Tepat setelah itu, ia menjelaskan peran hukum, "karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa. " (Roma 3:20) Sebagaimana halnya kita yang masih hidup terancam oleh dosa, hukum Taurat adalah panduan kita untuk datang kepada Kristus dan dariNya kita mendapatkan pengampunan atas dosa-dosa kita (Galatia 3:24). Ketika kita akan bebas dari dosa untuk kali ini dan terakhir, kita akan bermegah dalam mematuhi Hukum Allah yang kekal – cerminan dari karakterNya. “Aku hendak berpegang pada Taurat-Mu senantiasa, untuk seterusnya dan selamanya. Aku hendak hidup dalam kelegaan, sebab aku mencari titah- titah-Mu.”(Mazmur 119:44-45)
8
SABAT Banyak orang percaya bahwa Dekalog (Sepuluh Perintah) masih menjadi aturan untuk kehidupan orang percaya dan disebut Sabat Minggu. Mereka menenangkan hati nurani mereka dengan berpikir bahwa mereka memelihara dengan baik hukum keempat itu. Namun demikian, dengan jelas dinyatakan bahwa kita harus tetap memelihara “hari ketujuh” : yaitu hari Sabtu, bukan hari pertama, yaitu hari Minggu. Tuhan memberikan kita dua alasan untuk memelihara hari Sabat: Untuk menghormati Allah sebagai Pencipta: “Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.” (Keluaran 20:11) Untuk menghormati Allah sebagai Pembebas dan Penebus: “Sebab haruslah kauingat, bahwa engkau pun dahulu budak di tanah Mesir dan engkau dibawa keluar dari sana oleh TUHAN, Allahmu dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung; itulah sebabnya TUHAN, Allahmu, memerintahkan engkau merayakan hari Sabat.” (Ulangan 5:15) Selanjutnya, Allah memberikan Sabat kepada kita sebagai peringatan untuk umatNya: “kuduskanlah hari-hari Sabat-Ku, sehingga itu menjadi peringatan di antara Aku dan kamu, supaya orang mengetahui bahwa Akulah TUHAN, Allahmu.” (Yehezkiel 20:20)
9
HARI SABAT DAN INJIL Bangsa Israel diperintahkan untuk memelihara hari Sabat karena Allah adalah Pencipta dan Penebus-Nya. Kita harus memelihara hari Sabat karena Yesus adalah Pencipta dan Penebus kita. “di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa. Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.” (Kolose 1:14-16) Keselamatan, juga, adalah restorasi; itu adalah penciptaan kembali, suatu proses yang tidak hanya dimulai sekarang ketika kita telah menerima Yesus (lihat 2 Korintus 5:17, Galatia 6:15) namun mencapai puncak dan klimaksnya dengan penciptaan kembali dari langit dan bumi (lihat Yesaya 65:17, Wahyu 21:5). Ayat-ayat ini menunjukkan lebih jelas bagaimana Penciptaan dan Penebusan berkaitan, dan kedua kebenaran penting yang diwujudkan di dalam perintah Sabat, salah satu dari Sepuluh Perintah Allah.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.