Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Hermanto Siregar (Guru Besar Ilmu Ekonomi & Wakil Rektor, IPB)

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Hermanto Siregar (Guru Besar Ilmu Ekonomi & Wakil Rektor, IPB)"— Transcript presentasi:

1 ARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN PROPINSI JAWA TIMUR MEMASUKI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY
Hermanto Siregar (Guru Besar Ilmu Ekonomi & Wakil Rektor, IPB) Kuliah Umum Program Pascasarjana Universitas Jember Aula Lt. 3 Gedung Rektorat Universitas Jember, 3 Desember 2015

2 OUTLINE Dinamika Global dan Perekonomian Indonesia: Data Terkini
Kondisi Pertanian Nasional dan Jatim Tantangan Pengembangan Pertanian Arah Kebijakan Pembangunan Pertanian

3 Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi
Indonesia : “small open economy” ~ shocks perekonomian global berimbas pada perekonomian nasional  perekonomian daerah.

4 Inflasi Bulanan Inflasi dari barang yg diatur pemerintah dan barang bergejolak (termasuk beberapa komoditas pangan) relatif volatile.

5 Pertumbuhan Ekonomi Sektoral
2014Q1 2014Q2 2014Q3 2014Q4 2015Q1 2015Q2 1 PERTANIAN, KEHUTANAN & PERIKANAN 5.28 4.99 3.63 2.77 4.00 6.64 2 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN -2.00 1.14 0.78 2.22 -1.23 -5.87 3 INDUSTRI PENGOLAHAN 4.52 4.81 4.98 4.24 3.97 4.42 4 PENGADAAN LISTRIK DAN GAS 3.29 6.47 5.95 6.50 1.73 0.76 5 PENGADAAN AIR, PENGELOLAAN SAMPAH, LIMBAH DAN DAUR ULANG 3.59 3.16 2.81 2.65 2.27 2.15 6 KONSTRUKSI 7.22 6.46 6.53 7.67 6.03 5.35 7 PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN, REPARASI MOBIL DAN MOTOR 6.11 5.10 4.78 3.46 3.96 1.69 8 TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN 8.44 8.49 7.98 7.15 6.26 6.59 9 PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM 6.48 6.45 5.90 4.86 3.56 3.87 10 INFORMASI DAN KOMUNIKASI 9.79 10.46 9.80 10.03 10.06 9.56 11 JASA KEUANGAN DAN ASURANSI 3.23 4.94 1.50 10.20 7.57 2.46 12 REAL ESTATE 4.66 4.93 5.07 5.30 5.26 5.03 13 JASA PERUSAHAAN 10.27 9.99 9.30 9.69 7.36 7.64 14 ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB 2.85 -2.49 2.58 6.86 4.71 15 JASA PENDIDIKAN 5.20 5.41 7.27 7.13 5.92 12.16 16 JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN LAINNYA 7.75 8.50 9.90 6.09 7.34 8.16 17 JASA LAINNYA 8.37 9.46 9.50 8.00 8.07 Pertumbuhan sektor pertanian tiga triwulan terakhir meningkat. Sektor industri stabil pd kisaran 4 persen. Informasi dan Komunikasi stabil sekitar 10 persen. Jasa pendidikan tumbuh paling cepat pada triwulan kedua 2015 yaittu sekitar 12 persen.

6 Persentase Penduduk Miskin
Grafik semakin melandai  dibutuhkan upaya dan sumberdaya yg semakin besar utk menurunkan penduduk miskin sejumlah yg sama. Near poor lebih banyak.

7 Tingkat Pengangguran Terbuka (%)
Mirip dg kemiskinan, pengangguran semakin sulit diturunkan, bahkan akhir2 ini cenderung meningkat seiring perlambatan pertumbuhan ekonomi.

8 Nilai Tukar Beberapa Negara (Local Currency/USD)
Sumbu kanan: Empat negara terbawah… Negara dg mata uang yang cenderung terus terdepresiasi thdp USD: Vietnam, Indonesia, Bangladesh, Sri Lanka, India

9 Nilai tukar IDR thd USD semakin terdepresiasi

10 Pertumbuhan Ekspor Pertumbuhan ekspor bersifat rentan terhadap krisis.
Pertumbuhan ekspor rentan terhadap shock krisis Pertumbuhan ekspor bersifat rentan terhadap krisis.

11 Ekspor vs. Depresiasi Anomali: depresiasi IDR justeru menurunkan ekspor.

12 Indeks Harga Saham Gabungan
Sangat rentan terhadap krisis global  “hot money”.

13 Siregar, Hasanah, Achsani (2012)
Krisis keuangan global (2008) memengaruhi perekonomian Indonesia: dengan magnitude yang relatif kecil terjadi khususnya pada demand side hanya dalam jangka pendek. Transmisi krisis global ke perekonomian domestik melalui: jalur ekspor dan jalur investasi. GDP “lebih responsif” thdp guncangan pada jalur ekspor. Namun demikian, GDP Indonesia merespon dominan terhadap shock dia sendiri atau terhadap domestic absorption  penguatan ekonomi domestik (termasuk pertanian/agribisnis di daerah) berpotensi mengatasi dampak dinamika/krisis global.

14 OUTLINE Kondisi Pertanian Nasional dan Jatim
Dinamika Global dan Perekonomian Indonesia: Data Terkini Kondisi Pertanian Nasional dan Jatim Tantangan Pengembangan Pertanian Arah Kebijakan Pembangunan Pertanian Walaupun perekonomian domestik dapat mengatasi gejolak/dinamika perekonomian global, namun masih terus menghadapi berbagai tantangan…

15 SEKILAS HASIL SENSUS PERTANIAN 2013
Jumlah RT Usaha pertanian di Pulau Jawa menurun Hasil Sensus Pertanian 2013 untuk tataran nasional: - Jumlah rumah tangga (RT) usaha pertanian = 26,14 juta (menurun 16,32 % dibandingkan 2003) - RT pelaku usaha pertanian mayoritas pada subsektor tanaman pangan (68 % dari total pelaku usaha pertanian) - Mayoritas RT menguasai lahan < 0.5 ha (56% atau 14,62 juta)

16 Berkurangnya jumlah rumah tangga usaha pertanian menyebabkan meningkatnya luas lahan per rumah tangga usaha pertanian… Rataan Luas Lahan yang Dikuasai per Rumah Tangga Usaha Pertanian (Ha.) Jenis Lahan Sensus Pertan. 2003 Sensus Pertan. 2013 1. Lahan Bukan Pertanian 0,06 0,03 2. Lahan Pertanian 0,35 0,86 - Sawah 0,10 0,20 - Bukan Sawah 0,25 0,66 3. Lahan Yang Dikuasai 0,41 0,89 Sumber: BPS …meskipun secara absolut meningkat, rataan tsb khususnya untuk luas lahan pertanian masih relatif kecil yaitu 0,86 ha. Di provinsi sentra produksi pangan, rataan luas lahan pertanian: Jawa Barat 0,13 ha (ST 2003) 0,42 ha (ST 2013) Jawa Tengah 0,19 ha (ST 2003) 0,35 ha (ST 2013) Jawa Timur 0,19 ha (ST 2003) 0,37 ha (ST 2013) Sulawesi Selatan 0,62 ha (ST 2003) 1,09 ha (ST2013)

17 Golongan Luas Lahan (m2) Jumlah RT Usaha Pertanian
Distribusi jumlah RT usaha pertanian berdasarkan kelompok luasan penguasaan lahan No Golongan Luas Lahan (m2) Jumlah RT Usaha Pertanian Distribusi RT ST 2003 ST 2013 1 <1,000 9,380,300 4,338,847 30.0 16.6 2 1,000–1,999 3,602,348 3,550,185 11.5 13.6 3 2,000–4,999 6,816,943 6,733,364 21.8 25.8 4 5,000–9,999 4,782,812 4,555,075 15.3 17.4 5 10,000–19,999 3,661,529 3,725,865 11.7 14.3 6 20,000–29,999 1,678,356 1,623,434 5.4 6.2 7 ≥30,000 1,309,896 1,608,699 4.2 Jumlah 31,232,184 26,135,469 100.0 Sumber: BPS (2014) Mayoritas usaha pertanian 2013 adalah “gurem”, yakni sekitar 55 persen Gini Ratio Penguasaan Lahan: th 2003 = 0.72 dan th 2013 = 0.68

18 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Timur
2013 2014Q1 2014Q2 2014Q3 2014Q4 2015Q1 2015Q2 Sisi Penawaran Pertanian, Kehuta-nan, dan Perikanan 3.06 2.74 3.62 4.87 3.10 0.83 5.21 Industri Pengolahan 5.85 8.83 6.90 5.75 9.19 5.28 5.30 Sisi Permintaan Konsumsi RT 6.57 6.36 5.69 5.91 5.73 4.54 4.91 Konsumsi Pemerintah 6.43 5.70 3.98 2.41 1.08 -2.27 6.68 Net Ekspor Antar Daerah -15.74 -10.14 -24.08 -26.73 29.80 103.79 34.97 PDRB 6.08 5.90 5.62 6.01 5.18 5.25 Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur (2015)

19 Nilai Tukar Petani Provinsi Jawa Timur
2015Q1 2015Q2 Perubahan NTP Tanaman Pangan 98.86 96.44 -2.42 NTP Hortikultura 105.03 103.25 -1.78 NTP Tan. Perkebunan Rakyat 101.79 99.74 -2.05 NTP Peternakan 111.32 112.01 0.69 NTP Perikanan 105.40 105.80 0.40 NTP 104.32 103.05 -1.27 Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur (2015)

20 Penyaluran Kredit UMKM di Jatim
Sumber: Bank Indonesia Surabaya (2015)

21 Transformasi struktural yg mengurangi pangsa tenaga kerja pertanian dapat me-ngurangi kemiskinan (Elastisitas = 0.26) Industrialisasi dapat mengurangi tingkat pengangguran terbuka, namun dengan elastisitas yang sangat kecil ( ) Kedua regresi ini adalah utk konteks (menggunakan data) Jatim.

22 PERKEMBANGAN PRODUKSI PADI - Produksi fluktuatif - Rata-rata 54
PERKEMBANGAN PRODUKSI PADI - Produksi fluktuatif - Rata-rata 54.4 persen produksi padi dihasilkan di Pulau Jawa - Pangsa produksi Pulau Jawa tahun naik, pada 2014 turun kembali Dalam Ribu Ton DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DIY Jawa Timur Banten Nasional 2010 11.2 11,737.1 10,110.8 823.9 11,643.8 2,048.0 66,412.7 2011 9.5 11,633.9 9,392.0 842.9 10,676.5 1,949.7 65,856.9 2012 11.0 11,271.9 10,232.9 946.2 12,198.7 1,865.9 69,056.1 2013 10.3 12,083.2 10,345.0 921.8 12,049.3 2,083.6 71,279.7 2014 7.4 11,587.6 9,637.0 880.7 12,307.7 2,021.9 70,607.2

23 PERKEMBANGAN PRODUKSI JAGUNG - Produksi fluktuatif - Rata-rata 54
PERKEMBANGAN PRODUKSI JAGUNG - Produksi fluktuatif - Rata-rata 54.2 persen produksi jagung dihasilkan di Pulau Jawa - Dalam 3 th terakhir, pangsa produksi Pulau Jawa memiliki tren menurun Dalam Ribu Ton Jawa Barat Jawa Tengah DIY Jawa Timur Banten Nasional 2010 924.0 3058.7 345.6 5587.3 28.6 2011 945.1 2772.6 291.6 5443.7 13.9 2012 1028.7 3041.6 336.6 6295.3 9.8 2013 1102.0 2930.9 289.6 5761.0 12.0 2014 1027.5 3016.2 307.6 5789.2 11.3

24 PERKEMBANGAN PRODUKSI KEDELAI - Produksi menurun, naik kembali pada tahun Rata-rata 68.1 persen produksi kedelai dihasilkan di Pulau Jawa - Dalam 3 th terakhir, pangsa produksi Pulau Jawa memiliki tren menurun Dalam Ribu Ton Jawa Barat Jawa Tengah DIY Jawa Timur Banten Nasional 2010 55.8 188.0 38.2 339.5 11.7 906.1 2011 56.2 112.3 32.8 367.0 5.9 851.3 2012 47.4 152.4 36.0 362.0 5.8 843.2 2013 51.2 99.3 31.7 329.5 10.3 777.0 2014 108.0 129.1 19.9 332.7 5.6 921.3

25 PERKEMBANGAN PRODUKSI TEBU - Dalam 3 th terakhir, produksi tebu menurun - Rata-rata 60.1 persen produksi tebu dihasilkan di Pulau Jawa - Dalam 3 th terakhir, pangsa produksi Pulau Jawa memiliki tren meningkat Dalam Ribu Ton Jawa Barat Jawa Tengah DIY Jawa Timur Nasional 2010 110.5 233.4 17.3 1,017.0 2,290.1 2011 81.9 249.5 16.6 1,051.9 2,692.0 2012 102.6 289.8 15.8 1,241.8 2,591.7 2013 92.2 300.0 15.9 1,237.0 2,551.0

26 PERKEMBANGAN PRODUKSI BAWANG MERAH - Produksi fluktuatif - Rata-rata 78.0 persen produksi bawang merah dihasilkan di Pulau Jawa - Dibanding 2010, pangsa produksi Pulau Jawa tahun 2013 lebih kecil Dalam Ribu Ton Jawa Barat Jawa Tengah DIY Jawa Timur Banten Nasional 2010 116.4 506.4 20.0 203.7 0.4 1,048.8 2011 101.3 372.3 14.4 198.4 893.1 2012 115.9 381.8 11.9 222.9 1.2 964.2 2013 115.6 419.5 9.5 243.1 1.8 1,010.8

27 PERKEMBANGAN PRODUKSI CABE MERAH - Produksi dalam 4 th terakhir naik - Rata-rata 48.3 persen produksi cabe merah dihasilkan di Pulau Jawa - Dibanding 2010, pangsa produksi Pulau Jawa tahun 2013 lebih tinggi Dalam Ribu Ton Jawa Barat Jawa Tengah DIY Jawa Timur Banten Nasional 2010 166.7 134.6 13.0 71.6 4.6 803.7 2011 195.4 119.1 14.4 73.7 3.3 888.9 2012 201.4 130.1 16.5 99.7 6.3 954.3 2013 250.9 145.0 17.1 101.7 5.8 1,012.9

28 PERKEMBANGAN PRODUKSI CABE RAWIT - Produksi dalam 4 th terakhir naik - Hampir 60 persen produksi cabe rawit dihasilkan di Pulau Jawa - Pangsa produksi Pulau Jawa memiliki tren meningkat Dalam Ribu Ton Jawa Barat Jawa Tengah DIY Jawa Timur Banten Nasional 2010 78.9 60.4 2.1 142.1 2.8 518.5 2011 105.2 65.2 2.2 181.8 3.1 594.2 2012 90.5 85.0 2.3 244.0 5.2 702.2 2013 123.8 85.4 3.2 227.5 4.2 713.5 Untuk seluruh komoditas pertanian di atas, Jawa Timur unggul dalam produksi kecuali bawang merah dan cabe merah Keunggulan tsb didukung oleh infrastruktur yg relatif lebih baik, termasuk sistem logistik terutama pasar tani dan pelabuhan.

29 Produksi Padi dengan Inflasi Umum
Korelasi antara volume produksi padi dan laju inflasi umum relatif lemah: Aspek distribusi/perdagangan padi lebih mempengaruhi inflasi umum dibandingkan aspek produksi semata Price setter bukan petani melainkan pedagang. Ceritakan dulu pentingnya inflasi rendah utk menurunkan suku bunga. Fokus Jatim mengembangkan pertanian/agribisnis dapat menurunkan inflasi.

30 Produksi Jagung vs Inflasi Umum

31 Produksi Kedelai vs Inflasi Umum

32 Produksi Tebu vs Inflasi Umum

33 Produksi Bawang Merah vs Inflasi Umum

34 Produksi Cabe Merah vs Inflasi Umum

35 Produksi Cabe Rawit vs Inflasi Umum

36 OUTLINE Tantangan Pengembangan Pertanian
Dinamika Global dan Perekonomian Indonesia: Data Terkini Kondisi Pertanian Nasional dan Jatim Tantangan Pengembangan Pertanian Arah Kebijakan Pembangunan Pertanian Walaupun perekonomian domestik dapat mengatasi gejolak/dinamika perekonomian global, namun masih terus menghadapi berbagai tantangan…

37 1. Dayasaing Indonesia menghadapi MEA
Indonesia menduduki peringkat ke-34 (dari 144 negara) dalam Global Competitiveness Report peringkat pada tahun sebelumnya adalah ke-38 (dari 148 negara) berada pada tahap 2 (efficiency-driven*) Untuk subindex basic requirement, efficiency enhancer, dan innovation and sophistication factors, peringkat tahun berturut-turut 46, 46, dan 30. Efficiency driven  dayasaing ditingkatkan dgn meningkatkan efisiensi dalam berbagai aspek perekonomian. Hal ini menjadi dasar bagi stage of development berikutnya. * Porter’s stages of development: input driven, efficiency driven, innovation driven

38 Peringkat untuk 12 pilar Pilar Peringkat Institusi/Kelembagaan 53
Infrastruktur 56 Kondisi Makroekonomi 34 Kesehatan dan Pendidikan Dasar 74 Pendidikan Tinggi dan Pelatihan 61 Efisiensi Pasar Barang 48 Efisiensi Pasar Tenaga Kerja 110 Perkembangan pasar keuangan 42 Kesiapan teknologi 77 Market Size 15 Business Sophistication Inovasi 31 Empat tantangan terbesar ialah pada: 1) pasar tenagakerja, 2) kesiapan teknologi, 3) kualitas SDM (pendidikan dan kesehatan), dan 4) infrastruktur. Sumber: Global Competitiveness Report (2014)

39 Peringkat Ease of Doing Business 2015
Topic Ranking (from 189 country) Overall 114 Starting a business 155 Dealing with construction permits 153 Getting electricity 78 Registering Property 117 Getting Credit 71 Protecting Minority Investors 43 Paying taxes 160 Trading across border 62 Enforcing contract 172 Resolving insolvency 75 Sumber: Ease of Doing Business, World Bank

40 Corruption Perception Index 2014
Negara Peringkat Dunia (dr 175 negara) Peringkat ASEAN Singapura 7 1 Malaysia 50 2 Thailand 85 3 Philipina 4 Indonesia 107 5 Vietnam 119 6 Laos 145 Kamboja 156 8 Myanmar 9 Brunei NA Ranking Indonesia naik dibanding tahun sebelumnya (ranking 114), tetapi tetap dibawah Philipina. Sumber: Transparency International

41 Masalah dalam melakukan bisnis…
Sumber: Global Competitiveness Report (2014)

42 Sumber: Global Corruption Barometer 2013

43 Korupsi masih menjadi penghambat utama peningkatan dayasaing ekonomi daerah
Selama th 2014, kasus korupsi ditemukan terbanyak di kementerian/lembaga pemerintah, pemkab/pemkot, pemprov, dan DPR. Berdasarkan jenis perkara korupsi, praktik penyuapan masih mendominasi, lalu pengadaan barang dan jasa, pencucian uang dan pungutan, serta perizinan.

44 2. Kesenjangan merupakan tantangan berat
Ketimpangan kesejahteraan semakin melebar ~ Gini Rasio: 0,33 (2002)  0,41 (2013)  0,42 (2014) Kesenjangan ekonomi antar wilayah (kontribusi wilayah terhadap PDB) tetap lebar Kesenjangan ekonomi antar sektor: sektor pertanian kontribusi sebesar 14,3 % dari total PDB, tetapi menyerap sekitar 35 % tenaga kerja Ketimpangan penguasaan tanah sebagai aset ekonomi: 56% aset berupa properti, tanah, dan perkebunan dikuasai hanya oleh 0,2 persen penduduk Indonesia (GR 0,68) Ketimpangan akses terhadap pendidikan dan kesehatan Ketimpangan akses terhadap jasa keuangan

45 Kesenjangan Perekonomian Daerah
Aktivitas ekonomi pada level nasional masih terkonsentrasi di Pulau Jawa (kontribusinya thdp PDB 58%), dengan kontribusi PDRB DKI Jakarta sebesar 16.6 persen. Kontribusi PDB dari KTI hanya sekitar 17%.

46 3. Tantangan-tantangan Lainnya
Lahan Konversi ke non-Pertanian sekitar ha per tahun Pembukaan lahan pertanian baru lamban Mayoritas petani bekerja di lahan sempit dengan rataan luas sekitar ¼ ha. Permintaan komoditas pertanian terus meningkat peningkatan kuantitas dan kualitas produk pangan + perubahan life style (organik, biofarmaka) Populasi meningkat dengan laju 1,49% per tahun = 3,6 juta jiwa setahun Pendapatan perkapita double setiap 4-5 tahun {USD 748 (2001)  USD (2006)  USD 3.647(2011)}. Infrastruktur Pertanian, khususnya irigasi dan jalan pedesaan dan feeder roads kurang memadai. Kajian kami tunjukkan pengembangan infrastruktur menekan inflasi lebih besar darpada inflasi yg disebabkan permintaan.

47 Perubahan iklim global
Meningkatkan ketidakpastian produksi pertanian Meningkatkan risiko kelangkaan sumberdaya air Meningkatnya permintaan thdp jasa lingkungan Gap (S-D): Surplus untuk beras (+8,2 juta ton??) dan jagung (+4,0 juta ton??), per 2014. Defisit untuk kedelai (-1,3 juta ton) per 2014 dan gula (-1,4 juta ton), per 2012. Kita butuh cetak biru (blue print) pengembangan untuk setiap komoditas pangan, untuk setiap daerah. Kendala pemasaran dan sistem logistik, yang menyebabkan marjin keuntungan Petani relatif kecil dibandingkan middle men maupun pelaku lainnya dalam supply chain. Harga output sangat fluktuatif: menunjukkan besarnya ketidakpastian (uncertainty), mencerminkan bahwa kebijakan kuota yang diterapkan kurang efektif.

48 OUTLINE Arah Kebijakan Pembangunan Pertanian (jangka panjang)
Dinamika Global dan Perekonomian Indonesia: Data Terkini Kondisi Pertanian Nasional dan Jatim Tantangan Pengembangan Pertanian Arah Kebijakan Pembangunan Pertanian (jangka panjang)

49 Perubahan Struktural Pangsa Sektor Pertanian terhadap PDB Negara2 ASEAN
In percent Country Name 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Brunei Darussalam 1.1 0.9 0.7 0.6 0.8 Cambodia 31.2 32.4 31.7 31.9 34.9 35.7 36.0 36.7 35.6 na Indonesia 14.3 13.1 13.0 13.7 14.5 15.3 14.7 14.4 Lao PDR 39.0 36.2 35.3 36.1 35.0 32.7 29.5 28.0 Malaysia 9.3 8.3 8.6 10.0 9.2 10.4 11.8 10.1 Philippines 13.3 12.7 12.4 12.5 13.2 12.3 Singapore 0.1 0.0 Thailand 10.3 10.8 10.7 11.6 11.5 12.0 Timor-Leste 30.7 28.8 29.0 24.6 20.5 20.3 16.7 Vietnam 20.0 19.3 18.7 20.4 19.2 18.9 20.1 19.7 18.4 Myanmar 41.8 39.9 37.8 Source: Worldbank, 2014 and ASEAN Secretariat, 2014 Secara umum pangsa pertanian thdp PDB turun, walau tidak terlalu cepat Namun peran pertanian masih relatif besar

50 Pangsa Sektor Pertanian thdp Tenagakerja Negara2 ASEAN
In percent Country Name 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Brunei Darussalam na 1.3 Cambodia 31.0 72.2 57.6 54.2 55.8 51.0 Indonesia 43.3 44.0 42 41.2 40.3 39.7 38.3 39.0 35.1 Lao PDR Malaysia 14.6 14.8 14 13.5 13.3 11.5 12.6 Philippines 36.0 35.8 35.3 35.2 33.2 33 32.2 Singapore 0.8 1.1 1.2 Thailand 42.3 42.6 42.1 41.7 42.5 39 38.2 38.7 39.6 Timor-Leste 50.6 Vietnam 57.9 51.7 48.4 47.4 Myanmar Source: Worldbank, 2014 Peran pertanian lebih besar lagi dlm hal tenagakerja Namun penurunan pangsa pertanian terhadap tenagakerja berlangsung relatif lambat  tenagakerja menumpuk di pedesaan/pertanian

51 KEKUATAN BESAR PENDORONG PERUBAHAN
Pertumbuhan penduduk dan kenaikan pendapatan perkapita Meningkatkan kebutuhan (kuantitas dan kualitas) komoditas dan produk pangan Perubahan “life style”  organik, biofarmaka, dll Kelangkaan energi asal fosil Meningkatkan harga energi asal fosil dan meningkatkan permintaan bioenergi Perubahan iklim global Meningkatkan ketidakpastian produksi pertanian Meningkatkan risiko kelangkaan sumberdaya air Meningkatnya permintaan thdp jasa lingkungan Pertanian bersifat low return shg perbankan kurang tertarik, maka harus dikembangkan dg cara-cara lain sbb.

52 Sistem Usaha Pertanian Ekologis Terpadu (SUPET)
Mengantisipasi Kekuatan Besar Pendorong Perubahan, di Masa Y.A.D. Bentuk Pertanian/Agribisnis Kita… Sistem Usaha Pertanian Ekologis Terpadu (SUPET) Bentuk dualistik tidak sepenuhnya bisa dihapuskan, namun bisa diminimalkan Rataan penguasaan lahan petani minimal 5 hektar Usahatani terpadu: ladang pangan, jasa lingkungan, agrowisata Tidak masuk hingga per komoditas, karena baru dihubungi Jumat sore. Namun framework agregat ini mudah2an bisa dipakai utk arahan kebijakan strategis ke depan.

53 Sistem Pertanian Bioindustri Terpadu (SPBT)
Mempererat keterkaitan “On Farm” dan “Industri” Tanaman pangan dan “obat”, komoditas industri, kebun energi, hutan tanaman Fokus pada industri pengolahan ~ innovation and technological base untuk tanaman/komoditas tsb Sistem Rantai Pasok Pertanian Terpadu (SRPPT) Merealisasikan “multipliers” output, pendapatan, dan t.kerja Sistem logistik pendukung SUPET dan SPBT Sektor-sektor pendukung SUPET dan SPBT: industri hulu, industri hilir, jasa pembiayaan, jasa konsultasi, dll Butir-butir di atas menyerap banyak tenaga kerja, menciptakan nilai tambah, memperbaiki kesenjangan, dan memberi revenue bagi pemerintah. Upaya mengintegrasikan pertanian dan industri  SBPT. Antara pertanian, agroindustri dg jasa  SRPPT.

54 Prasyarat... Transformasi perekonomian
Infrastruktur dan sistem logistik yang efisien Pembangunan sektor konstruksi dan sektor industri (terutama yang berbasis agro) Mobilitas tenaga kerja dan penduduk pedesaan Capacity building: manusia dan kelembagaan Petani dan Anak petani (pendidikan formal, kewirausahaan) Pengembangan koperasi dan BUMDes Optimum Trade System Resi gudang dan price support utk komoditas pangan strategis Perdagangan antar daerah  perkuat kerjasama antar daerah bhw Jatim sebagai hub KTI Perdagangan internasional langsung

55 Efficient Financial System
Lebarkan akses petani dan pengolah hasil pertanian terhadap kredit Kebijakan/regulasi pembiayaan untuk lebih menggerakkan perbankan terutama BPD dan BPR/BPRS untuk membiayai usahatani dan industri pengolah hasil pertanian Dana desa (terkait UU No.6/2014 tentang Desa) ditempatkan di BPD dan BPR/BPRS Agricultural saving and investment Agricultural insurance Berikan info dan tawaran kpd Jatim utk menggunakan IPB3S  13,4 ton/ha GKP (maksimal ubinan 14,2 ton/ha) yg dipanen Presiden hari Minggu kemarin.

56 Terimakasih Follow me on


Download ppt "Hermanto Siregar (Guru Besar Ilmu Ekonomi & Wakil Rektor, IPB)"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google