Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Modul IV. Metoda Transportasi

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Modul IV. Metoda Transportasi"— Transcript presentasi:

1 Modul IV. Metoda Transportasi
Menurut Budiarto (1993), distribusi adalah kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar serta mempermudah penyampaian produk atau jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai (jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat) dengan yang diperlukan. Distribusi yang efektif akan memperlancar arus atau akses barang oleh konsumen sehingga mudah dalam memperolehnya. Menurut Yamit (1996), metoda transportasi merupakan masalah khusus model linier program yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah distribusi, masalah lokasi pabrik, masalah penugasan, masalah skedul produksi dan lain sebagainya. Karena sifat khusus tersebut, metoda transportasi berusaha mendapatkan solusi dengan biaya minimum. Menurut Yamit (1996), persyaratan yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan berbagai masalah tersebut adalah: 1. Adanya tempat asal (i) yang dapat berupa pabrik, pekerja, kapasitas produksi dan lain sebagainya sesuai dengan masalah yang dihadapi. 2. Adanya tempat tujuan (j) yang dapat berupa lokasi gudang, lokasi pemasaran, jenis pekerjaan, skedul permintaan dan lain sebagainya. 3. Adanya biaya alokasi per unit (cij) dari tempat asal (i) ke tempat tujuan (j). 4. Adanya jumlah barang (ai) di tempat asal (i). 5. Adanya jumlah permintaan (bj) di tempat tujuan (j). 6. Adanya keseimbangan jumlah barang yang tersedia dengan jumlah permintaan. Menurut Dimyati (2003), untuk menyelesaikan persoalan transportasi, harus dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menentukan solusi fisibel basis awal Ada tiga metoda yang biasa digunakan untuk menentukan solusi fisibel basis awal ini, yaitu: a. Metoda pojok kiri atas-pojok kanan bawah (northwest corner). Caranya adalah sebagai berikut: Mulai dari pojok kiri atas, alokasikan sebanyak x11 = min (a1, b1). Artinya: jika b1 < a1 maka x11 = b1 ; jika b1 > a1, maka x11 = a1. jika x11 = b1, maka selanjutnya akan mendapatkan giliran untuk dialokasikan adalah x12 sebesar min (a1 – b1, b2); jika x11 = a1 (atau b1 > a1), maka selanjutnya ~ 1 ~

2 atau kolom yang belum ditandai. Kembali ke tahap 2.
b) Bila tinggal 1 kolom atau baris dengan supply atau demand positif yang belum ditandai, tentukan variabel basis pada kolom atau baris dengan cara ongkos terkecil (least cost). c) Bila semua baris dan kolom yang belum ditandai mempunyai supply dan demand sama dengan nol, tentukan variabel-variabel basis yang berharga nol dengan cara ongkos terkecil. Kemudian berhentilah. d) Jika 3a, b dan c tidak terjadi, hitung kembali penalty untuk baris atau kolom yang belum ditandai. Kembali ke tahap 2. 2. Menentukan entering variable dan leaving variable Menentukan entering dan leaving variable adalah tahap berikutnya dari tahap pemecahan persoalan transportasi, setelah solusi fisibel basis awal diperoleh. Ada dua cara yang bisa digunakan dalam menentukan entering dan leaving variable ini, yaitu dengan menggunakan metoda batu loncatan atau multipliers. a. Metoda Batu Loncatan Untuk menentukan entering dan leaving variable ini, terlebih dahulu harus dibuat suatu loop tertutup bagi setiap variabel nonbasis loop tersebut berawal dan berkhir pada nonbasis tadi, dimana tiap sudut loop harus merupakan titik-titik yang ditempati oleh variabel-varibel basis dalam tabel transportasi. Dalam hal ini loop digunakan untuk memeriksa apakah bisa diperoleh penurunan ongkos (z) jika variabel nonbasis dimasukan menjadi basis. Dengan cara memeriksa semua variabel nonbasis yang terdapat dalam suatu iterasi dapat menentukan entering variable. b. Metoda multiplier Cara ini iterasinya sama seperti batu loncatan. Perbedaan utama terjadi pada cara pengevaluasian variabel nonbasis, atau penentuan penurunan ongkos transpor per unit untuk setiap variabel. Cara ini dikembangkan berdasarkan teori dualitas. Untuk tiap basis i dari tabel transportasi dikenal suatu multiplier ui, dan untuk kolom j disebut multiplier vj sehingga untuk tiap variabel basis xij didapat persamaan: ui + vj + cij dari persamaan di atas dapat menghitung beberapa penurunan ongkos transportasi per unit untuk tiap-tiap variabel nonbasis xij sebagai berikut: cij = xij – ui - vj ~ 3 ~

3 Ke ~ 5 ~ http://www.mercubuana.ac.id Dari Surakarta Yogyakarta
Surakarta, 10 ke Yogyakarta dan 10 ke Magelang. Biaya transportasi per unit antara kota-kota tersebut ditunjukkan dalam table berikut [dalam ribuan] : Bagaimana seharusnya perusahaan mendistribusikan 25 unit produknya ke masing-masing penyalur di kota-kota yang berbeda untuk meminimumkan biaya transportasi total? Masalah transportasi dapat digambarkan secara jelas dalam bentuk suatu table transportasi, seperti ditunjukkan dalam Tabel 4. Dalam table jumlah produk yang tersedia di Semarang dan Cilacap dicantumkan pada kolom yang paling kanan, dan jumlah kebutuhan daris etiap penyalur terlihat pada garis paling bawah. Biaya transportasi per unit dari setiap pabrik ke setiap penyalur diletakkan di dalam kotak-kotak kecil pada table. Kotak-kotak besar dalam table [matriks] transportasi Ke Dari Surakarta Yogyakarta Magelang Semarang Rp. 10 Rp. 15 Rp. 11 Cilacap Rp. 8 Rp. 12 Rp. 14 disebut sel. Bila kebutuhan total sama dengan persediaan [kapasitas] total, masalah transportasi yang seimbang [balanced]. Kuantitas yang diangkut dari setiap pabrik ke tempat tujuan yang berbeda-beda ditunjukkan oleh variable-variabel keputusan [X11, X1, …, X23]. Dalam sel-sel. Jadi Xij menunjukkan jumlah produk yang dikirim dari tempat asal pengiriman [baris] I ke tempat tujuan j [kolom]. Tabel 4. Tabel transportasi Ke Surakarta X11 X21 5 Yogyakarta 15 X12 12 X22 10 Magelang X13 X23 10 Persediaan 13 12 Dari Semarang Cilacap Kebutuhan 10 8 11 14 ~ 5 ~


Download ppt "Modul IV. Metoda Transportasi"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google