Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehHadian Widjaja Telah diubah "6 tahun yang lalu
1
Karakteristik Khusus Dari Ekonomi Pelayanan Kesehatan
2
mind map… Supply Health care Economics/industry Demand
Fragmented Comodity Konsep Mutu Pelayanan Public Goods vs Private Goods Mixture of Consumption and Investment Government Intervention Komoditi Sosial vs Komoditi Komersial One Time Consumption Supply Non-competitive Labour Intensive External Effects Wage push theory Medical service, research and education as joint product Health care Economics/industry Intangible Non-profit Motive Unnecessary procedures Mix input, joint product & mix output Consumer Ignorance Derived Demand Elastisitas Demand Asymmetric Information Demand Supply Induced Demand Adanya need untuk layanan kesehatan Uncertainty & Unpredictable Needs
3
Public Goods vs Private Goods
Private goods merupakan pelayanan yang manfaatnya hanya dirasakan oleh individu yang bersangkutan, contohnya antara lain bedah jantung, bedah kosmetik, pengobatan rematik, dll. Sedangkan public goods merupakan pelayanan yang apabila digunakan oleh seseorang, manfaatnya dapat dinikmati oleh masyarakat luas, yaitu dalam bentuk pencegahan penularan penyakit. Contohnya adalah pelayanan imunisasi, pengobatan TBC, dan malaria
4
Fragmented Commodity Ada beberapa kasus di mana seseorang yang sakit dan mencari pelayanan kesehatan tidak berhadapan dengan suatu komoditi yang utuh. Misalnya, seseorang yang sakit TBC harus pergi ke dokter spesialis paru dan memperoleh pemeriksaan paru-paru dan memperoleh pemeriksaan rontgen di klinik, setelah itu memperoleh pemeriksaan dahak di laboratorium, lalu memperoleh diagnosis, konsultasi dan resep dari dokter spesialis tersebut.
5
Konsep Mutu Pelayanan Dalam pelayanan lain, konsep mutu bisa diartikan dengan penyediaan kemewahan dan kenyamanan dengan memberikan bahan atau komponen tertentu secara berlebihan. Yang dimaksud dengan pelayanan bermutu di bidang kesehatan adalah yang adekuat, tidak kurang atau lebih
6
One Time Consumption Konsumen dari pelayanan kesehatan tidak bisa ”menumpuk” atau ”menimbun” pelayanan kesehatan sewaktu harganya murah untuk kelak dipergunakan jika diperlukan, sebagaimana orang bisa menimbun beras di kala harga beras murah.
7
Non-profit Motive Dalam banyak industri layanan kesehatan dan medis, motif profit adalah sesuatu yang tidak dapat dijelaskan dalam perilakunya. Terutama untuk rumah sakit, yang mayoritas beroperasi tidak berdasarkan profit-making. Ketiadaan motif profit ini mungkin menjadi penyebab efisiensi rumah sakit. Namun, situasi ini dapat disiasati dengan ketiadaan persaingan dalam industri rumah sakit.
8
Restriction on Competition
Dalam kasus layanan dokter misalnya, ketiadaan persaingan menjadi kebalikan dari industri ekonomi lain. Penerimaan dokter dibatasi melalui kontrol profesi medis dari sekolah medis, persyaratan lisensi dan persetujuan rumah sakit. Iklan dilarang dan kompetisi harga secara ekstrim dibatasi. Menjadi pertimbangan tidak etis bagi seorang dokter untuk meremehkan layanan lain karena latar belakang akademiknya.
9
Persepsi: Komoditi Sosial vs Komoditi Komersial
Dengan semakin banyaknya modal komersial memasuki industri kesehatan, persepsi demikian kini bergeser. Di kota-kota besar mulai dominan persepsi yang memandang bahwa dari pelayanan kesehatan, bisa dikeruk keuntungan sebesar-besarnya.
10
Mixture of Consumption and Investment
Selain bersifat konsumtif bagi pengguna layanan karena kebutuhan akan obat dan penyembuhan, layanan kesehatan sesungguhnya adalah investasi bagi seseorang untuk menunjang produktifitasnya.
11
Labour Intensive Diperkirakan dua pertiga dari nilai pelayanan medis diasosiasikan dengan input tenaga kerja. Banyak layanan kesehatan dan medis terdiri dari elemen yang luas dari pelayanan personal. Contoh implikasinya, rumah sakit belum tentu dapat meningkatkan proporsi yang sama antara peningkatan gaji dan pendapatan dengan produktivitas yang didapat.
12
External Effects Misalnya, keputusan penyediaan vaksin untuk penyakit menular membuat konsumen tidak mau membayar pelayanan karena yang menentukannya bukan mereka sendiri. Implikasinya, pemerintah harus menyediakan dana untuk hal tersebut.
13
Government Intervention
Pemerintah mengatur pasar pelayanan kesehatan. Selain itu, pemerintah mengawasi perilaku ekonomi dari provider pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit, dokter, dll. Pemerintah mengontrol harga dari industri pelayanan kesehatan secara kontinyu.
14
Intangible Layanan kesehatan berbeda dengan layanan barang dan jasa lain karena perbedaan penting pada cara. Output dari sebuah pabrik sepatu adalah sepatu. Tetapi output dari industri layanan kesehatan sedikit sekali dapat dijelaskan.
15
Medical service, research and education as joint product
Layanan kesehatan sebenarnya bisa saja merupakan percampuran antara layanan itu sendiri dengan penelitian dan edukasi kemedisan.
16
Unnecessary procedures
Karena adanya karakteristik consumer ignorance, seringkali pasien melakukan prosedur yang tidak perlu. Para pasien hanya mengikuti prosedur yang telah diberikan oleh provider.
17
Mix input, joint product & mix output
Ada berbagai macam input dari pelayanan kesehatan, yaitu perawat, dokter, SKM, ahli gizi, apoteker, joint product. Contoh dari joint product di bidang kesehatan adalah operasi amandel membutuhkan dokter bedah, dokter THT, anastesi, perawat, dan lain-lain. Output dari pelayanan kesehatan bermacam-macam, antara lain rawat jalan, laboratorium, KIA, poli gigi, dan lain-lain.
18
Wage push theory Suatu Institusi yang bergerak di bidang kesehatan apabila ingin menaikkan gaji karyawannya seharusnya melakukannya secara merata ke seluruh karyawan di setiap bidang
19
Uncertainty & Unpredictable Needs
Ini disebabkan karena secara individu kejadian sakit tidak menentu dan tidak dapat diprediksi sehingga utilisasi pelayanan kesehatan pun tidak dapat diprediksi
20
Asymmetric Information
Konsumen memiliki informasi yang sangat sedikit daripada penyedia layanan mengenai risiko dan keuntungan dari alternatif pengobatan yang ada, dan karenanya alternatif pengobatan diserahkan pada dokter.
21
Derived Demand Demand terhadap pelayanan kesehatan di dorong oleh demand terhadap komoditi sehat. Maka dapat dikatakan bahwa demand terhadap pelayanan kesehatan adalah derived demand
22
Consumer Ignorance Masyarakat umumnya tidak tahu persis tentang komoditi pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, perbedaan mutu, serta harga antara satu provider dengan provider lainnya. Oleh sebab itu, konsumen pelayanan kesehatan mempunyai kedudukan yang sangat lemah dan sangat tergantung pada provider.
23
Supply Induced Demand Supply induced demand merupakan fenomena di mana permintaan terjadi terutama oleh dorongan penawaran ketimbang dorongan kebutuhan. Pengaruh marketing dalam dunia sehari-hari juga menyebabkan terjadimya supply induced demand
24
Elastisitas Demand Pelayanan gawat darurat umumnya inelastis terhadap harga. Seperti komoditi kebutuhan pokok, diperlukan campur tangan pemerintah untuk mengendalikan pasar. Sebaliknya, ada pelayanan yang sangat elastis terhadap perubahan harga, yaitu pelayanan yang tergolong mewah (luxury), misalnya bedah kosmetik untuk kecantukan, pelayanan VIP, dan lain-lain. Di dalam pelayanan kesehatan, ada juga pelayanan yang bersifat unitary elastic demand, misalnya adalah pelayanan rawat jalan.
25
Adanya need untuk layanan kesehatan
Penyediaan layanan kesehatan sudah dianggap menjadi kebutuhan keempat setelah sandang, pangan, papan. Oleh karenanya, penyediaan didasarkan atas need itu dan bukan dengan mekanisme demand.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.