Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
Arbitrage Pricing Theory
Chapter 7 Arbitrage Pricing Theory By: Lisa Kustina S.E.,M.B.A.
2
Arbitrage (Arbitrase)
Secara sederhana, Arbitrage (Arbitrase) merupakan pembelian dan penjualan berkesinambungan dari sekuritas pada dua harga yang berbeda di dua pasar yang berbeda. Umumnya arbitrase bersifat bebas resiko atau sering disebut dengan Pure Arbitrage (Arbitrase Murni) Pihak yang melakukan arbitrase (arbitrageur atau ”Arbs”) memperoleh laba tanpa risiko dengan cara melakukan pembelian murah di satu pasar dan langsung menjualnya pada harga yang lebih tinggi di pasar lain Laba tersebut merupakan selisih harga beli sekuritas di satu pasar dan harga beli sekuritas tersebut pada pasar lain Arbitrase berarti mengambil keuntungan dengan memanfaatkan perbedaan harga pada asset atau sekuritas yang sama
3
Contohnya, bila mata uang EURO harganya relatif murah dalam US Dollar di pasar London dibandingkan di pasar New York, maka arbitrageur (atau ”Arbs” orang yang melakukan arbitrase) dapat memperoleh keuntungan bebas resiko dengan cara membeli EURO di London dan menjualnya dalam kuantitas yang sama di New York. Arbitrase juga dapat dikatakan sebagai suatu keadaan di mana investor melakukan pembelian sebuah aset (sekuritas) di satu pasar dan secara bersamaan melakukan penjualan atas aset (sekuritas) yang sama (identik) di pasar lain pada tingkat harga yang lebih tinggi. Hal ini dilakukan oleh investor yang bertransaksi pada saham perusahaan yang melakukan dual listing misalnya di London Stock Exchange (LSE) dan New York Stock Exchange (NYSE).
4
Contohnya adalah aksi arbitrase antara saham Telkom yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan American Deposit Receipt (ADR) dan saham Indosat yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan di Bursa New York (NYSE). ADR saham Telkom (kode: TLK) dan Indosat (kode: IIT) pada dasarnya adalah bundel saham Telkom dan Indosat yang disimpan di Bank of New York dan diperdagangkan di bursa New York sebagaimana layaknya saham perusahaan biasa. Untuk ADR Telkom, bundelnya adalah sejumlah 40 lembar, sementara untuk Indosat bundelnya adalah sejumlah 50 lembar. Seorang Arbs dapat melakukan arbitrase saham Telkom ataupun Indosat bila memiliki account di kedua market (NYSE dan BEJ), di mana Arbs tersebut akan memperhatikan di mana saham Telkom atau Indosat dijual dengan harga relatif lebih murah dan di mana yang relatif lebih mahal.
5
Pada beberapa keadaan, arbitrase juga bisa dilakukan semata-mata sebagai sarana untuk memperoleh keuntungan dari dinamika pergerakan nilai tukar. Praktek demikian sangat sering terjadi pada ADR perusahaan-perusahaan Jepang yang dual listing di New York dan di Tokyo Arbitrase merupakan suatu keadaan yang sangat langka. Umumnya investor tidak berdiam diri menunggu situasi itu terjadi. Seorang arbitrageur yang memiliki kemampuan tidak terbatas untuk melakukan short-selling dapat memperbaiki kondisi penetapan harga yang salah dengan cara mendanai pembelian pada pasar underpriced dengan hasil yang diperoleh dari short-selling pada pasar overpriced.
6
Short-selling adalah suatu cara untuk memperoleh laba yang memanfaatkan penurunan harga dari suatu sekuritas seperti saham atau obligasi dengan melakukan penjualan saham di mana investor/trader meminjam dana (on margin) untuk menjual saham (yang belum dimiliki) dengan harga tinggi dengan harapan akan membeli kembali dan mengembalikan pinjaman saham ke pialangnya pada saat saham turun. Sederhananya, investor melalui pialang meminjam saham, menjualnya, membelinya kembali dan kemudian mengembalikannya kepada pihak yang telah meminjamkan. Pada saat sekuritas yang dipinjam telah dikembalikan maka dapat dikatakan bahwa investor tersebut telah menutup posisi kekurangan (covered short position). Penjual "short" (investor peminjam) berhutang kepada pialang, dimana pialang tersebut meminjam saham termaksud dari investor lainnya yang memiliki saham yang ditransaksikan secara "long". Investor pemberi pinjaman saham tersebut tidaklah kehilangan haknya untuk menjual saham yang dipinjamkannya, sehingga dengan demikian saat suatu saham dipinjamkan maka terdapat dua investor yang berhak untuk menjual saham yang sama dalam waktu yang bersamaan pula
7
Kondisi tersebut dapat dijelaskan lebih konkrit melalui contoh ilustrasi.
Contohnya, Nona Sherry merasa yakin saham Wilson Pharmaceutical akan menjadi $20. Nona Sherry akan memperoleh keuntungan jika perkiraannya tersebut benar. Nona Sherry melalui pialangnya, Tuan Holmes, ingin menjual 100 lembar saham yang dimilikinya. Tuan Holmes menjual 100 lembar saham tersebut atas nama Nona Sherry dan mengatur untuk meminjam 100 lembar saham lain. Tuan Holmes berhasil menjual saham Nona Sherry seharga $20 per lembarnya sehingga totalnya $2000. Namun, hasilnya tidak diberikan kepada Nona Sherry karena belum memberikan 100 lembar sahamnya kepada Tuan Holmes. Tuan Holmes juga berhasil meminjam saham dari Tuan Gerrard, kemudian saham tersebut diberikan kepada pembeli saham Nona Sherry. Satu minggu kemudian, saham Wilson Pharmaceutical turun mencapai $15 per lembar. Nona Sherry meminta pialangnya, Tuan Holmes, untuk membeli 100 lembar saham tersebut. Biaya pembelian saham tersebut menjadi $1500. saham yang dibeli tersebut kemudian akan diberikan kepada Tuan Gerrard, yang meminjamkan 100 lembar saham kepada Nona Sherry. Hingga saat ini, Nona Sherry telah menjual 100 lembar saham dan membeli 100 lembar saham. Oleh karena itu, Nona Sherry tidak lagi memiliki kewajiban baik kepada pialangnya maupun kepada Tuan Gerrard. Nona Sherry telah menutup posisi kekurangannya atau covered short position. Nona Sherry berhak atas laba sebesar $500 dari selisih harga jual sahamnya seharga $2000 dan membeli saham seharga $1500.
8
Konsep arbitrase dibuat berdasarkan prinsip dasar keuangan Hukum Satu Harga (The Law of One Price). Hukum ini menyatakan bahwa jika pengembalian yang diharapkan dari satu sekuritas dapat ditiru oleh sekumpulan sekuritas lain, maka harga sekumpulan sekuritas dan harga sekuritas yang ditiru harus sama. Atau dengan kata lain suatu aset (sekuritas) dengan pengembalian (return) yang sama yang dijual pada dua pasar yang berbeda harus dijual dengan harga yang sama identik. Suatu aktiva yang memiliki karakteristik sama (identik sama) jika dijual dengan harga yang berbeda, maka akan terdapat kesempatan untuk melakukan arbitrage dengan membeli aktiva yang berharga murah dan pada saat yang sama menjualnya dengan harga yang lebih tinggi sehingga memperoleh laba tanpa risiko
9
Dalam perekonomian suatu negara, dikenal empat pasar yaitu pasar modal, pasar uang, pasar valuta asing dan pasar barang. Dari keempat pasar tersebut yang saling terkait erat serta yang mencerminkan Hukum Satu Harga (The Law of One Price) umumnya pasar modal, pasar uang, dan pasar valuta asing. Ketiga pasar mempunyai keseimbangan dan identik sama sehingga tidak dapat dijual dengan harga yang berbeda. Jika tidak terjadi keseimbangan dari pasar-pasar tersebut, maka akan terjadi proses arbitrage dari pasar yang satu ke pasar yang lain. Pada saat arbitrase terjadi sedangkan harga paket sekuritas berbeda dari harga sekuritas dengan pengembalian yang sama, investor rasional akan menukar sekuritas ini sedemikian rupa agar keseimbangan harga dapat terjadi.
10
CAPM dan Arbitrage Pricing Theory (APT)
Apa perbedaan antara CAPM dan APT (Arbitrage Pricing Theory? CAPM adalah model faktor tunggal (single factor model). APT menganjurkan hubungan antara risiko dan return adl lebih kompleks dan disebabkan oleh banyak faktor (multiple factors) seperti petumbuhan GDP, inflasi harapan, perubahan tarif pajak, dan tingkat penghasilan dividen (dividend yield) APT adalah suatu kajian yang menunjukkan bahwa suatu asset dan harga dipasar, serta keputusan yang berusaha mengkaji dan menjelaskan bagaimana suatu asset dan nilainya dipasar serta keputusan investasi, layak untuk ditetapkan
11
CAPM dan Arbitrage Pricing Theory (APT)
Kelemahan CAPM adl hanya menggunakan faktor tunggal dlm menentukan return suatu portofolio, yaitu beta portofolio. Untuk mengatasi kelemahan atas CAPM, model baru dikembangkan, yg didasarkan pada teori penilaian arbitrase (arbitrage pricing theory/APT). Seperti CAPM, APT berasumsi: ada hubungan antara risiko dan return. Namun demikian, APT memiliki asumsi lebih sedikit. Berikut ini asumsi yg diperlukan untuk APT: Pasar modal dalam kondisi pasar persaingan sempurna Para investor lebih menyukai kekayaan yang pasti daripada kurang pasti Investor memiliki ekspektasi yng sama terhadap imbal hasil dai masing-masing saham. Ekspektasi imbal hasil berasal dari sejumlah factor yang berpengaruh secara linear
12
Manfaat APT Mengindetifikasikan factor-factor makro ekonomi secukupnya Mengukur imbal hasil yang diharapkan dari masing masing factor tersebut Mengukur kepekaan masing-masing saham terhadap factor tersebut
13
Arbitrage Pricing Theory
14
Tugas Diskusi Jelaskan perbedaan CAPM dan APT
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.