Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Gonggom Riska Pratiwi S

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Gonggom Riska Pratiwi S"— Transcript presentasi:

1 Gonggom Riska Pratiwi S 1041411070
Formulasi dan Evaluasi Sediaan Masker Gel Peel Off Strychnin dari Bidara Laut (Strychnos lucida R.Br.) Disusun Oleh : Eka Nur Kusumawaty Gonggom Riska Pratiwi S Khoirul Nikmah Mega Shinta Purnani Fitri Meila Wardani

2 Pendahuluan Di Dompu-NTB, tanaman bidara laut digunakan secara tradisional untuk mengobati berbagai macam penyakit Bagian tanaman bidara laut yang sering digunakan untuk pengobatan adalah buah, biji dan batang. Tanaman S. lucida mengandung senyawa alkaloid, tanin, steroid/triterpenoid. Senyawa-senyawa tersebut lebih dikenal memiliki aktivitas sebagai antibakteri. (Rachmat dkk, 2002).

3 Klasifikasi Bidara Laut
Klasisfikasi Bidara Laut menurut Velmani (2016) Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Asteridae Ordo : Gentianales Famili : Loganiaceae Genus : Strychnos geSpesies : Strychnos lucida R.Br. (Velmani et al, 2016)

4 Masker Gel Peel Off Masker wajah peel off merupakan masker wajah yang mempunyai keunggulan dalam penggunaanya yaitu dapat dengan mudah dilepas atau diangkat seperti membran elastis (Rahmawanty dkk., 2015). Penggunaan masker wajah peel off bermanfaat untuk memperbaiki serta merawat kulit wajah dari masalah keriput, penuaan, jerawat dan dapat juga digunakan untuk mengecilkan pori (Grace et al., 2015).

5 Uji farmakologi Berdasarkan literatur untuk cara pengujian farmakologiknya menggunakan jurnal “Efektivitas Krim Anti Jerawat Kayu Secang (Caesalpinia sappan) Terhadap Propionibacterium acnes pada Kulit Kelinci”. Dilakukan secara pre-in vivo dan uji in vivo Pre-in vivo : lima ekor kelinci diaklimatisasi selama 2 minggu, dicukur bulu pundaknya dan diinduksi suspensi bakteri P.acnes dengan berbagai konsentrasi induksi. Terbentuknya jerawat dan selanjutnya konsentrasi bakteri yang mampu mempertahankan kondisi terbentuknya jerawat dalam waktu yang paling lama dipilih untuk pengujian selanjutnya. In vivo : Selanjutnya setelah jerawat terbentuk, pada Kelinci dioleskan secara beturut-turut pada lokasi a,b,c,d adalah masker gel peel off Kontrol negatif adalah tanpa pengolesan apapun, sedangkan kontrol positif digunakan Mediklin®. Bobot pengolesan formula gel dan juga kontrol prositif adalah 100 mg sekali oles, dan dioleskan 2 kali sehari (pagi dan sore) selama 15 hari. Pengamatan dilakukan setiap pagi sebelum pengolesan. Parameter yang diamati adalah area inflamasi dan kemerahan.

6 Pengujian Toksisitas a. Uji sensitasi kulit Menurut Magnusson and Kligman bila hasil uji sensitisasi mempunyai skor ≥ 1 maka dikategorikan sebagai sediaan yang bersifat sensitisers. Jika respon meragukan, maka untuk mengkonfirmasi hasil tersebut dianjurkan untuk mengulang uji tantang (rechallenge) yang dilakukan 1 sampai 2 minggu setelah uji tantang yang pertama. b. Uji Iritasi Akut Dermal Skor iritasi kulit yang harus dievaluasi adalah terhadap tingkat keparahan luka, ada atau tidaknya reversibilitas. Skor iritasi (Indeks Iritasi Primer) sediaan uji adalah kombinasi dari seluruh observasi dari pengujian. c. Uji Toksisitas Akut Dermal Nilai LD50 dihitung dengan regresi linear/probit atau metode statistik lainnya. Semua hewan yang mati, baik yang mati dengan sendirinya atau yang mati dalam keadaan moribund digabungkan jumlahnya untuk penghitungan nilai LD50. d. Uji Toksisitas Subkronis Dermal Kajian yang dilakukan antara lain: evaluasi hubungan dosis dan efek yang terjadi untuk semua kelompok yaitu terjadinya efek toksik dan derajat toksisitas, yang meliputi perubahan berat badan, gejala klinis, parameter hematologi, biokimia klinis, makropatologi dan histopatologi, organ sasaran, kematian dan efek umum lain atau efek yang spesifik. (PerKa BPOM No. 7 Th. 2014)

7 Preparasi Isolat Strychnin
Buah dikeringkan di bawah sinar matahari. Biji yang telah dipisah dari buah tadi dijemur lagi sampai kering sehingga diperoleh simplisia. Serbuk diekstraksi sebanyak 100 dengan metode soxhlet dan ditambahkan kloroform. Sari kloroform ini kemudian diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator, sehingga berbentuk ekstrak kental. Ekstrak kental diekstraksi kembali dengan kloroform, alkaloid dihilangkan fase kloroform dengan penambahan asam sulfat encer (2N). Filtrat asam yang dihasilkan ditambahkan amonia untuk mengendapkan strychnine. Endapan diekstraksi dengan etanol (25% v / v) untuk melarutkan brucine, dan akhirnya meninggalkan strychnine sebagai residu Residu yang mengandung strychnine disaring dan dimurnikan dengan rekristalisasi dan akhirnya diperoleh kristal strychnin.

8 Formulasi masker peel off
Bahan Konsentrasi (%) Fungsi Kristal Strychnin 5 Antimikroba P.acnes PVA 12 PVA berperan dalam memberikan efek peel off karena memiliki sifat adhesive sehingga dapat memebentuk lapisan film yang mudah dikelupas setelah kering (Brick et al., 2014). HPMC 1 Gelling agent Propilenglikol 10 Sebagai humektan akan menjaga kestabilan sediaan melalui absorbsi lembab dari lingkungan dan pengurangan penguapan air dari sediaan, sehingga selain menjaga kestabilan, humektan juga berperan dalam menjaga kelembaban kulit (Rowe et al., 2006). Metil Paraben 0,2 Mencegah kontaminasi mikroba karena tingginya kandungan air pada sediaan. Kombinasi konsentrasi 0,02% propil paraben dengan 0,18% metil paraben akan menghasilkan kombinasi pengawet dengan aktivitas antimikroba yang kuat (Rowe & Owen, 2006). Propil Paraben 0,05 Aquadest ad 100 Pelarut

9 Cara pembuatan masker peel off
1.Ditimbang semua bahan yang dibutuhkan 2. PVA ditambah dengan aquadest sebanyak 6 kalinya lalu dipanaskan dalam cawan, diaduk sampai bening 5. Setelah basis jadi, timbang 5% serbuk strychnin bidara laut ditambahkan basis masker sedikit demi sedikit campur sampai homogen. 6. Dilakukan evaluasi sediaan, uji aktivitas antibakteri, uji ketoksikan dan uji klinis 3. Dikembangkan HPMC dengan aquadest panas sebanyak 2/3 berat HPMC 4. Kedua masa tersebut dicampurkan dan ditambah propilenglikol, madu, metil paraben dan propil paraben yang telah dilarutkan, diaduk sampai terbentuk masa yang homogen

10 Penapisan Fitokimia ` Identifikasi Steroid/Triterpenoid
Identifikasi Alkaloid. Sampel ekstrak kloroform biji bidara laut, kristal strychnin serta larutan pembanding ditotolkan. Larutan pembanding: Larutan kafein. Fase diam: Silika gel . Fase gerak: Kloroform:dietilamina (90:10). Deteksi: Dilihat pada UV 254 nm dan UV 366 nm serta disemprot dengan pereaksi Dragendroff. 2.Identifikasi Tanin Larutan pembanding: Tanin. Fase diam: Kertas Whattman no.1. Fase gerak: Butanol:Asam asetat: : air (4:1:5). Deteksi: a. Dilihat pada UV 254 nm dan UV 366 nm b. Pereaksi semprot FeCl3 Identifikasi Steroid/Triterpenoid Larutan pembanding: Klerak. Fase diam: Silika gel . Fase gerak: Metanol:Air (1:1). Deteksi pada UV 254 nm, UV 366nmdan disemprot dengan pereaksi Liebermann- Burchard (LB). Identifikasi TLC strychnine dilakukan menggunakan silika gel sebagai fase diam. Kombinasi sikloheksana, kloroform dan dietilamina, dalam perbandingan 50:40:10 yang digunakan sebagai fase gerak. Nilai Rf dari strychnine ditemukan 0,38 pada TLC lain yang dilakukan menggunakan metanol dan ammonia sebagai fase gerak, dimana nilai Rf dari strychnine adalah 0,22. `

11 Standarisasi Ekstrak Organoleptis, meliputi warna, bentuk, bau dari ekstrak. Kadar air, umumnya kadar air dalam ekstrak tidak lebih 10%. Cemaran mikroba, ekstrak tidak mengandung mikroba patogen dan tidak mengandung mikroba non patogen melebihi batas. Kadar abu, terdiri dari kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam. Syarat kadar abu total adalah ≤ 7,2% dan syarat kadar abu tidak larut asam adalah ≤ 0,2%.

12 Standarisasi Sediaan Standarisasi sediaan obat luar berupa sediaan semi padat berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun tentang persyaratan mutu obat tradisional adalah sebagai berikut : Organoleptik Dilakukan pengamatan terhadap bentuk, bau dan warna. Cemaran mikroba Angka Lempeng Total : ≤ 103 koloni/g Angka Kapang Khamir : ≤ 102 koloni/g Staphylococcus aureus : negatif/g Pseudomonas aeruginosa : negatif/g

13 Evaluasi Sediaan Gel Peel Off
Uji organoleptis Masker gel peel off yang sudah jadi diamati konsistensi, warna, dan bau. Uji viskositas Sediaan masker wajah peel off sebanyak 50 mL ditempatkan pada Viskometer Brookfield. Viskositas sediaan gel sebaiknya berada pada range cps (Chandira et al., 2010). Uji pH Untuk mengetahui pH sediaan masker wajah peel off dilakukan dengan cara mencelupkan elektroda dari pH meter ke dalam setiap formula yang sebelumnya telah dilarutkan dengan aquadest, ditunggu hingga layar pada pH meter menunjukkan angka yang stabil. Persyaratan pH sediaan topikal yaitu antara 4,5-6,5 (Farida, 2014:71). Uji Waktu mengering Plat kaca dimasukkan ke dalam oven pada 36,5 ± 2,0°C selama 1 jam. Sampel ditimbang sebanyak 0,7 gram dan letakkan di atas plat kaca dengan luas 5,0 x 2,5 cm, membentuk lapisan tipis dengan ketebalan 1 mm. Plat kaca kemudian dimasukkan kembali ke dalam oven pada 36,5 ± 2,0°C selama 1 jam. Formulasi dimonitor selama 10 menit, sampai proses pengeringan selesai dan film yang terbentuk dapat diangkat dengan mudah dari plat kaca tersebut (Viera et al., 2009).

14 lanjutan Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan cara mengoleskan 0,1 gram sediaan pada kaca transparan, kemudian diamati apakah terdapat bagian yang tidak tercampurkan dengan baik (Charter, 1997). Uji daya sebar Sebanyak 0,5 gram sediaan diletakkan diatas kaca berukuran 20 x 20 cm. Selanjutnya ditutupi dengan kaca yang lain dengan ukuran yang sama dan diletakkan pemberat diatasnya hingga bobot mencapai 125 gram dan kemudian diukur diameter setelah didiamkan setelah 1 menit. Daya sebar gel yang baik yaitu antara cm (Garg et al., 2002) Uji daya lekat Sebanyak 0,5 gram sediaan diletakkan pada kaca objek, kaca objek yang lain diletakkan diatasnya. Pada kaca objek diletakkan beban 1 kg ditunggu 5 menit. Kaca objek dipasang pada alat uji, digantungkan beban pada bagian kirinya sebesar 50 gram kemudian beban dilepaskan dan dicatat waktu yang diperlukan hingga kedua kaca objek tersebut terlepas. Syarat dari uji daya lekat ini tidak boleh kurang dari 0,07 menit/4 detik (Voight, 1995). Uji stabilitas Profil stabilitas dapat dilakukan dengan menyimpan sediaan pada suhu 300C selama 28 hari (Abdassah dkk., 2009).

15 Uji Klinis Fase I Sediaan masker diujikan pada sukarelawan sehat untuk mengetahui apakah sifat yang diamati pada hewan percobaan juga terlihat pada manusia. Pada uji klinis dilakukan dengan metode uji tempel tertutup terhadap 10 orang panelis. Uji ini dilakukan pada lengan bagian atas dalam dengan diameter 2 cm2 selama 3 x 24 jam. Hasil yang baik ditandai dengan tidak adanya muncul warna merah dan gatal - gatal pada kulit panelis Fase II Sediaan masker diuji pada pasien tertentu, diamati efikasi pada pasien yang mengalami jerawat. Dari obat tersebut diharapkan mempunyai efek yang potensial dengan efek samping yang rendah atau tifak toksik. Pada fase ini mulai dilakukan pengembangan dan uji stabilitas bentuk sediaan. Fase III Fase ini, melibatkan sekelompok besar pasien. Pada fase ini pula dibandingkan efek dan keamanannya antara sediaan masker antijerawat yang dibuat dengan masker antijerawat pembanding yang sudah diketahui. Fase IV Setelah obat dipasarkan masih dilakukan studi pasca pemasaran (post marketing surveillance) yang diamati pada pasien dengan berbagai kondisi, berbagai usia, dan ras dalam jangka waktu yang lama.

16 TERIMA KASIH


Download ppt "Gonggom Riska Pratiwi S"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google