Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Kelopok 2a TINEA (DERMATOFIOSIS) Ahmad Fahrozi Anggi dwi Prasetyo

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Kelopok 2a TINEA (DERMATOFIOSIS) Ahmad Fahrozi Anggi dwi Prasetyo"— Transcript presentasi:

1 Kelopok 2a TINEA (DERMATOFIOSIS) Ahmad Fahrozi Anggi dwi Prasetyo
Ester Venny junita simanjuntak Khoirul solikhin Muhammad tarmizi Nela dita sari Novita amelia Rana nurfarizki Randi dermawan Reza nita pertiwi TINEA (DERMATOFIOSIS)

2

3 STEP 1 : DERMATOFITOSIS : merupakan penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita. CENTRAL HEALING : proses penyembuhan yang berada di bagian tengah lesi sedangkan bagian tepi masih aktif LESI SATELIT : Suatu lesi central yang besar di kelilingi oleh 2 lesi atau lebih lesi lainnya serupa tapi lebih kecil. Plak : peninggian diatas permukaan kulit, permukaannya rata dan berisi zat padat (bisa infiltrat), dengan diameternya 2cm atau lebih.

4 Step 2 Mengapapa obat yang digunakan tidak efektif untuk pasien ?
Apa hubungan salep yang digunakan z dengan central healing ? Apa saja faktor resiko dari dermatofitosis ? Apa hasil pemeriksaan kerokan yang diharapkan pada kasus ini ? Bagainama mekanisme terjadinya gatal gatal ? Bagaimana mekanisme central healing lesion ? Apa penyebab dari dermatofitosis ? Apakah selalu plak eritem diikuti lesi satelit ? Apakah penyakit ini hanya menyerang hanya bagian punggung saja ? Apasaja kemungkinan diagnosis penyakit yang mempunyai ukk yang sama ? Mengapa dokter menanyakan mempunyai riwayat kebiasaan ? Apa saja gejala dermatofitosis selain pada kasus ? Apa saja klasifikasi dari tinea ? Bagaimana cara menegakkan diagnosis penyakit ini ? Apakah penyakit ini dapat menular ? Bagaimana caranya ? Bagaimana tatalaksana pada kasus ? Bagaimana cara edukasi pada pasien ?

5 Step 3 Karena obat yang digunakan tidak sesuai
Faktor resiko : higne yang buruk gatal terjadi akibat terangsangnya mediator inflamasi yaituhistamin oleh jamur. Penyebab dermatofitosis yaitu golongan jamur dermatofita yang bersifat keratofilik. Central healing lesion terjadi akibat jamur bersifat keratofilik sehingga memakan keratin yang ada.

6 Step 4 TINEA (DERMATIFITOSIS) DEFINISI ETIOLOGI FAKTOR RESIKO
KLASIFIKASI FAKTOR RESIKO PATOGENESIS STRUKTUR YANG TERLIBAT GANGGUAN YANG TERJADI PATOFISIOLOGI MUNCULNYA UKK DIAGNOSIS ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN PENUNJANG PENATALAKSANAAN FARMAKOTERAPI NONFARMAKOTERAPI PENCEGAHAN EDUKASI DIAGNOSIS BANDING Step 4

7 Step 5 Mahasiswa mampu memahami : Definisi dermatofitosis da tinea
Mengenali ukk untuk tinea, eritema, papul, vesikel, bula, skuama, krusta dll. Klasifikasi dan faktor resiko tinea Menjelaskan patogenesis tinea termasuk struktur yang terlibat, gangguan yang terjadi higga munculnya ukk. Pemeriksaan fisik dan penunjang masing masing klasifikasi tinea Membedakan penyakit yang mirip dengan ukk yang sama Memahami farmakoterapi dan nonfarmakoterapi untuk tina beserta pencegahannya.

8 Definisi Penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, kuku, yang disebabkan golongan jamur dermatofita.

9 Etiologi Dermatofita kelas fungi imperfecti yang terdiri dari 3 genus yaitu microsporum, trichophyton, dan epidermophyton 40 spesies dermatofita : 2 spesies epidermophton, 17 spesies microsporum, 20 spsies trichophyton Mempunyai sifat keratofilik Berkembang biak dengan cara fregmentasi atau membentuk spora.

10

11 klasifikasi Berdasarkan lokasi : Berdasarkan sifatnya : Microsporon
Tinea Kapitis TINEA Barbe Tinea kruris Tinea pedis et manum Tinea unguium Tinea korporis Berdasarkan sifatnya : Microsporon Trichospiton Epidermopithon Onycomikosis

12 Tinea yang mempunyai arti khusus
Tinea imbrikata Tinea favosa & favus Tinea fasialis Tinea aksilaris Tinea sirsinata, Arkuata Tinea inkagnito

13 Faktor resiko Tidak Dapat Diubah Dapat Diubah
Jenis Kelamin : laki-laki > dari perempuan Kontak dengan hewan yang terinfeksi dermatofita Usia: dewasa > anak-anak Hygiene pribadi dan lingkungan buruk Iklim tropis Immunocompromised ( karena obat)

14 Dermatovita menginfeksi kulit melalui hifajar.keratin
Patogenesis DERMATOFITA Perlekatan Respon Host Penetrasi Dermatovita menginfeksi kulit melalui hifajar.keratin Derajat inflamasi tergantung sistem imun Setelah melekat, spora menyerbuk Antigen dermatofita dipersentasikan oleh sel langerhans epidermal Melakukan pertahanan dari flora normal kulit, suhu, sinar UV Mensekresikan protease, lipase dan mucinolitik Setelah perlekatan berhasil, spora dan fragmen hifa akan menginvasi keratonosit Dinding sel jamur (fungal mannans)menghambat proliferasi keratinosit Ke limfosit T berploriferasi dan bermigrasi ke tempat infeksi

15 patofisiologi Etiologi Di garuk akan menyebar
Papul dengan lesi polisiklik dan berbatas tegas Merusak pigmen kulit Terjadi proses inflamasi Terasa gatal dan perih Hiperpigmentosa Melepaskan mediator inflamasi Terjadi reaksi antigen antibodi Merangsang respon imun tubuh Eritematosa Vasodilatasi pembuluh darah Difusi jaringan yang lebih dalam Menghasilkan keratolitik enzim Koloni hifa pada keratin yang mati Di garuk akan menyebar Menghasilkan enzim keratinase Keratin habis Mencari tempat yang banyak keratin Central healing Menempel pada kulit Memudahkan invasi ke dalam stratum korneum Etiologi Mencerna keratin dipermukaan kulit Skuama Sel-sel gepeng terkelupas

16 Tanda dan gejala NO TINEA TANDA DAN GEJALA 1 Tinea Kapitis
Grey patch ring worm Black dot ring worm Kerion Tinea Favosa 2 Tinea Korporis Lesi bulat dengan tepi aktif Eritem Papul Vesikel bagian tengah lesi relatif lebih tenang 3 Tinea Kruris Gatal menahun makula eritem dengan erosi terkadang tampak eskoriasi

17 4 Tinea Manus & Tinea Pedis Bentuk Intertriginosa Bentuk Hiperkeratosis Bentuk Vesikular Subakut 5 Tinea Unguium Permukaan kuku tidak mengkilat, rapuh, dan dibawah kuku tampak adanya detritus yang banyak mengandung elemen jamur 6 Tinea Barbae Eritem Papul Skuama gambaran polisiklik dengan tepi aktif krusta 7 Tinea Imbirkata Makula eritem dengan skuama yang melingkar

18 Tinea Kapitis Tinea korporis Tinea kruris Tinea Manus Tinea Unguium Tinea Barbae

19 3. Pemeriksaan Penunjang
diagnosis 1. Anamnesis 2. Pemeriksaan Fisik 3. Pemeriksaan Penunjang No Klasifikasi Pemeriksaan 1 Tinea Korporis KOH %. Ditemukan hifa panjang bercabang. 2 Tinea Kapitis KOH 10-20%. Ditemukan hifa panjang double counter (dua garis lurus sejajar), dikotomi (bercabang dua dan bersepta). 3 Tinea Kruris KOH 10-20%. Ditemukan hifa panjang tampak berderetan.

20 Pemeriksaan koh

21 Wood lamp

22 Diagnosis banding Etiologi Eflourosensi Predileksi
Pitiriasis versikolor Malassezia furfur Robin Makula hipopigmentasi (putih), hiperpigmentasi (kecoklatan),dalam berbagai ukuran dan dengan skuama halus diatasnya. Badan, kadang ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas, leher, muka, kulit kepala Pitirisis rosea Idiopatik Makula eritematosa dan skuama halus,batas tegas, herald patch dibadan, solitar, bentuk oval &anular, lesi menyerupai pohon cemara terbalik Badan, lengan atas bagian proksimal & paha atas Psoriasis Autoimun Bercak eritem yg meninggi (plak) dg skuama diatasnya, eritem berbatas tegas &merata, skuama berlapis-lapis, kasar & berwarna putih serta transparan disertai fenomena tetesan lilin. Kulit kepala, perbatasan daerah kepala dg muka, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku, lutut, &lumbosakral

23 DKA (Dermatitis Kontak Alergen)
Bahan kimia sederhana dengan berat molekul umumnya rendah (<1000 dalton) -Pada yang akut  dimulai dengan bercak eritema berbatas tegas, kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi (basah) . -Pada yang kronis terlihat kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi, pistul, batasnya tidak jelas. -Gejala yang umum dirasakan penderita adalah pruritus yang umumnya konstan dan sering kali hebat (sangat gatal). Tangan, lengan, wajah, telinga, leher, badan, genitalia, paha dan tungkai DKI (Dermatitis Kontak Iritan) Bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, detergen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu -Kemerahan pada area kulit yang terkena (eritem). -Panas, gatal, dan terkadang nyeri. -Pada beberapa kasus tertentu ditemukan juga fisur (kerusakan) pada area kulit yang terpapar. Dermatitis seboroik Jamur pityrosporum ovale (genus Malassezia). -Kulit kemerahan yang ditutupi sisik halus sampai peninggian kulit yang besar, berminyak dan mengelupas. -Tanda khas  adanya sisik halus dan umumnya berwarna putih -Rasa gatal atau terbakar Area yang banyak mengandung kelenjar minyak (sebasea) seperti pada kulit kepala, wajah, dan batang tubuh. Kandidiasis Species candida, biasanya oleh candida albicans Bervariasi tergantung bagian tubuh mana yang terkena. Mulut, vagina, kulit, kuku, bronki, atau paru-paru.

24 penatalaksanaan

25

26 nonfarmakoterapi Menurut badan POM RI (2011)
Gunakan handuk tersendiri untuk mngeringkan bagian yang terinfeksi atau bagian yang terinfeksidikeringkan terakhir, untuk mencegah penyebaran ke bagian tubuh lainnya. Jangan menggunakan handuk , baju yang terinfeksi secara bergantian dengan penderita. Cuci handuk, baju yang terkontaminasi dengan air panas untuk mencegah penyebaran jamur. Jika memungkinkan, hindari penggunaan baju dan sepatu yang membuat kulit basah seperti benang woll dan bahan sintetis yang dapat menghambat sirkulasi udara. Hindari kontak langsung dengan orang yang mengalami infeksi. Gunakan sandal yang terbuat dari bahan dari kayu dan karet.

27 kesimpulan Tinea merupakan Penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, kuku, yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofita yang bersifat keratofilik, dan menghasilkan gejala melalui aktivasi respon imun pejamu.

28 Referensi Ilmu penyakit kulit dan kelamin FK UI ed. 7
F I Tzpatrick’s Color Atlas And Synopsis Of Clinical Dermatology. Ed 6 Emedicine Medscape


Download ppt "Kelopok 2a TINEA (DERMATOFIOSIS) Ahmad Fahrozi Anggi dwi Prasetyo"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google