Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

PSIKODIAGNOSTIKA 4 (INTELIGENSI): TEORI-TEORI INTELIGENSI

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "PSIKODIAGNOSTIKA 4 (INTELIGENSI): TEORI-TEORI INTELIGENSI"— Transcript presentasi:

1 PSIKODIAGNOSTIKA 4 (INTELIGENSI): TEORI-TEORI INTELIGENSI
Oleh : Mariyana Widiastuti, M.Psi., Psi.

2 REFERENSI Anastasia, A. & Urbina, S. (1997). Psychological Testing 7th ed. New Jersey : Prentice-Hall Inc. Cohen, R. J. & Swerdlik, M. E. (2005). Psychological Testing and Assessment: An Introduction to Test and Measurement. New York: McGraw-Hill. Murphy, K. R. & Davidshofer, C. O. (2005). Psychological Testing: Principles and Applications. New Jersey: Prentice Hall.

3 DEFINISI INTELIGENSI Terdapat banyak tokoh yang mengemukakan definisi inteligensi. Beberapa di antaranya yang populer antara lain : Alfred Binet ( ) & Theodore Simon, inteligensi terdiri dari tiga komponen, yaitu kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan itu telah dilaksanakan, dan kemampuan untuk mengritik diri sendiri (autocriticism). Lewis Madison Terman pada tahun 1916 mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan seseorang untuk berpikir secara abstrak. H. H. Goddard pada tahun 1946 mendefinisikan inteligensi sebagai tingkat kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang akan datang.

4 V.A.C. Henmon mengatakan bahwa inteligensi terdiri atas dua faktor, yaitu kemampuan untuk memperoleh pengetahuan dan pengetahuan yang telah diperoleh. Baldwin pada tahun 1901 mendefinisikan inteligensi sebagai daya atau kemampuan untuk memahami. Edward Lee Thorndike ( ) pada tahun 1913 mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan dalam memberikan respon yang baik dari pandangan kebenaran atau fakta. George D. Stoddard pada tahun 1941 mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk memahami masalah-masalah yang bercirikan mengandung kesukaran, kompleks, abstrak, ekonomis, diarahkan pada suatu tujuan, mempunyai nilai sosial, dan berasal dari sumbernya.

5 Walters dan Gardber pada tahun 1986 mendefinisikan inteligensi sebagai suatu kemampuan atau serangkaian kemampuan-kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah, atau produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya tertentu. Flynn pada tahun 1987 mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk berpikir secara abstrak dan kesiapan untuk belajar adari pengalaman. David Wechsler mendefinisikan inteligensi sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berpikir secara rasional, serta menghadapi lingkungannya secara efektif. Definisi yang dikemukakan Wechsler menjadi definisi yang paling populer hingga saat ini.

6 PENDEKATAN INTELIGENSI
Dalam memahami hakikat inteligensi, Maloney dan Ward (1976) mengemukakan empat pendekatan umum terhadap inteligensi, antara lain pendekatan teori belajar (learning theory), pendekatan neurobiologis, pendekatan teori-teori psikometri, dan pendekatan teori-teori perkembangan. PENDEKATAN TEORI BELAJAR (LEARNING THEORY) Pendekatan teori belajar menekankan perhatian pada perilaku yang tampak, bukan pada pengertian mengenai konsep mental dan inteligensi itu sendiri. Suatu perilaku yang inteligen adalah perilaku yang berisi proses belajar pada level fungsional tingkat tinggi dan merupakan respon khusus terhadap tuntutan dari luar. Inteligensi bukanlah sifat kepribadian (trait), melainkan kualitas hasil belajar yang telah terjadi.

7 PENDEKATAN NEUROBIOLOGIS
Pendekatan Neurobiologis beranggapan bahwa inteligensi memiliki dasar anatomis dan biologis. Perilaku inteligen dapat ditelusuri dasar-dasar neuro-anatomis dan proses neurofisiologisnya. Riset-riset yang dilakukan dengan pendekatan ini melihat korelasi-korelasi inteligensi pada aspek-aspek anatomi, elektrokimia, atau fisiologi.

8 PENDEKATAN PSIKOMETRIS
Pendekatan psikometris memperlakukan inteligensi sebagai suatu konstrak (construct) atau sifat (trait) psikologis yang berbeda-beda kadarnya bagi setiap orang. Perhatian dalam pendekatan ini berpusat pada cara praktis melakukan klasifikasi dan prediksi berdasarkan hasil pengukuran inteligensi. Terdapat dua arah studi dalam pendekatan ini, yaitu yang bersifat praktis (penekanan pada pemecahan masalah) dan penyusunan konsep dan teori.

9 PENDEKATAN PERKEMBANGAN
Pendekatan perkembangan memusatkan perhatian kepada masalah perkembangan inteligensi secara kualitatif dalam kaitannya dengan tahap-tahap perkembangan biologis individu. Studi yang dilakukan oleh Piaget menunjukkan bahwa terdapat pola respon tertentu yang berkaitan dengan tingkatan usia tertentu.

10 TEORI : ALFRED BINET Terdapat banyak tokoh yang mengemukakan teori mereka tentang inteligensi. Alfred Binet ( ) mengatakan bahwa inteligensi bersifat monogenetik, yaitu bergerak dari satu faktor satuan atau faktor umum (g). Inteligensi merupakan sisi tunggal dari karakteristik yang terus berkembang sejalan dengan proses kematangan seseorang. Inteligensi dapat diamati dari cara dan kemampuan seseorang untuk melakukan suatu tindakan dan mengubah arah tindakannya bila perlu.

11 TEORI : EDWARD LEE THORNDIKE
Edward Lee Thorndike menyatakan bahwa inteligensi terdiri atas berbagai kemampuan spesifik yang ditampakkan dalam wujud perilaku inteligen. Thorndike mengklasifikasikan inteligensi ke dalam tiga bentuk kemampuan, yaitu kemampuan abstraksi (gagasan, simbol-simbol), kemampuan mekanis (sensori-motor), dan kemampuan sosial. Tingkat inteligensi bergantung pada banyaknya neural connection atau ikatan syaraf antara rangkaian stimulus-respon yang disebabkan reinforcement.

12 TEORI : CHARLES E. SPEARMAN
Charles E. Spearman (1927) mengungkapkan teori dua faktor (two-factor theory), yaitu tentang faktor umum (faktor-g) dan faktor spesifik (faktor-s). Inteligensi mengandung dua komponen kualitatif, yaitu eduksi relasi (kemampuan menemukan hubungan dasar yang berlaku di antara dua hal) dan eduksi korelasi (kemampuan menerapkan hubungan dasar yang ditemukan dalam proses eduksi relasi dalam situasi yang baru). Spearman juga mengungkapkan lima prinsip kuantitatif dalam kognisi, antara lain energi mental, kekuatan menyimpan (retentivity), kelelahan, kontrol konatif, dan potensi primordial.

13 TEORI : LOUIS LEON THURSTONE & THELMA GWINN THURSTONE
Louis Leon Thurstone dan Thelma Gwinn Thurstone mengungkapkan bahwa perilaku inteligen adalah hasil bekerjanya kemampuan mental tertentu yang menjadi dasar performansi dalam tugas tertentu pula. Mereka menemukan enam faktor kemampuan, antara lain V (verbal), N (number), S (Spatial), W (Word Fluency), M (Memory), dan R (Reasoning).

14 TEORI : CYRIL BURT Cyril Burt menggambarkan inteligensi sebagai kemampuan yang tersusun secara hierarkis dalam faktor-faktor, antara lain satu faktor umum (general), faktor-faktor kelompok besar (broad group), faktor-faktor kelompok kecil (narrow group), dan faktor-faktor spesifik (specific). Model hierarkis tersebut didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan analitis faktor luar, bukan didasarkan pada proses induktif yang berasal dari studi empiris.

15 TEORI : PHILIP EWART VERNON
Philip Ewart Vernon juga mengungkapkan inteligensi dalam bentuk model hierarkis, yang meletakkan faktor umum (g) di puncak. Di bawahnya terdapat faktor mayor yang berisi kemampuan verbal-educational (v:ed) dan practical-mechanical (k:m). Kedua faktor mayor tersebut terbagi lagi dalam beberapa faktor minor, yang terbagi dalam beberapa faktor spesifik.

16 TEORI : JOY PAUL GUILFORD
Joy Paul Guilford merumuskan inteligensi dalam model tiga dimensi yang disebut dengan SI (Structure of Intellect). Dimensi-dimensi tersebut yaitu : isi/content (terdiri atas empat bentuk : figural, semantic, symbolic, dan behavior); operasi/operation (terdiri atas lima proses : cognition, memory, convergent production, divergent production, dan evaluation); produk/product (terurai dalam enam jenis : unit, class, relation, system, transformation, dan implication).

17 TEORI : HALSTEAD Halstead mengemukakan teori tentang inteligensi dengan pendekatan neurobologis. Menurut Halstead, terdapat fungsi otak yang berkaitan dengan inteligensi dan relatif bebas dari aspek-aspek kebudayaan. Halstead mengungkapkan adanya empat faktor inteligensi, antara lain : faktor central integrative (C), faktor abstraction (A), faktor power (P), dan faktor directonal (D).

18 TEORI : DONALD OLDING HEBB
Donald Olding Hebb membedakan inteligensi menjadi dua macam, yaitu Inteligensi A dan Inteligensi B. Inteligensi A yaitu kemampuan dasar manusia (human basic potentiality) untuk belajar dari lingkungan dan menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut. Sedangkan Inteligensi B merupakan tingkat kemampuan yang diperlihatkan oleh seseorang dalam bentuk perilaku yang dapat diamati secara langsung.

19 TEORI : RAYMOND BERNARD CATTELL
Raymond Bernard Cattell mengklasifikasikan kemampuan mental menjadi inteligensi fluid (gf) dan inteligensi crystallized (gc). Inteligensi fluid merupakan faktor bawaan biologis, sedangkan inteligensi crystallized merefleksikan adanya pengaruh pengalaman, pendidikan, dan kebudayaan dalam diri seseorang.

20 TEORI : JEAN PIAGET Jean Piaget mengungkapkan teori inteligensi yang menekankan pada aspek perkembangan kognitif yang membagi inteligensi dalam beberapa periode, antara lain : inteligensi praktis (practical intelligence) dalam periode usia 0-2 tahun, inteligensi praoperasional (preoperational intelligence) dalam periode usia 2-7 tahun, inteligensi operasi nyata (concrete operation) dalam periode usia 5-7 tahun, dan inteligensi operasi formal (formal operation) dalam periode usia 7-12.

21 TEORI : HOWARD GARDNER Howard Gardner melakukan usaha mengidentifikasikan inteligensi dengan beberapa kriteria, yaitu pengetahuan mengenai perkembangan individu yang normal dan yang superior, informasi mengenai kerusakan otak, studi mengenai orang-orang eksepsional (misalnya individu yang luar biasa pintar, idiot savant, atau autistik), data psikometrik, dan studi pelatihan psikologis. Tujuh macam inteligensi telah berhasil diidentifikasi oleh Gardner, antara lain inteligensi linguistik, inteligensi matematik-logis, inteligensi spasial, inteligensi musik, inteligensi kinestetik, inteligensi intrapersonal, dan inteligensi interpersonal.

22 TEORI : ROBERT J. STERNBERG
Robert J. Sternberg mengemukakan teori inteligensi yang dikenal dengan nama teori inteligensi triarchic, yang berisi tiga subteori (contextual, experiential, dan componential). Menurut teori Sternberg, komponen-komponen inteligensi manusia terorganisasikan atas Metacomponents, Performance components, dan Knowledge-acquisition components. Selanjutnya, Sternberg mengemukakan adanya empat cara yang digunakan oleh berbagai komponen untuk berinteraksi satu sama lain, yaitu aktivasi satu jenis komponen oleh komponen jenis lainnya secara langsung, aktivasi satu jenis komponen jenis lainnya melalui perantaraan komponen jenis ketiga, umpan balik langsung dari satu jenis komponen ke komponen jenis lainnya, dan umpan balik tidak langsung dari satu jenis komponen ke komponen lainnya melalui perantaraan komponen jenis ketiga.


Download ppt "PSIKODIAGNOSTIKA 4 (INTELIGENSI): TEORI-TEORI INTELIGENSI"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google