Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehLanny Muljana Telah diubah "6 tahun yang lalu
1
Kelompok IV Librina Dianisa Lenny Syahnida Raisa Alia
TUNA DAKSA Kelompok IV Librina Dianisa Lenny Syahnida Raisa Alia
2
Definisi... Tuna daksa dapat didefinisikan sebagai bentuk kelainan atau kecacatan pada sistem otot, tulang, persendian dan saraf yang disebabkan oleh penyakit, virus, kecelakaan baik yang terjadi sebelum lahir, saat lahir atau sesudah lahir. Gangguan itu menyebabkan gangguan koordinasi, komunikasi, adaptasi, mobilisasi dan gangguan psikologis.
3
Klasifikasi anak Tuna Daksa
Kelainan pada sistem cerebral Cerebral Palsy, yang menunjukkan kelainan gerak, sikap dan bentuk tubuh, gangguan koordinasi, dan kadang disertai gangguan psikologis dan sensoris karena adanya kerusakan pada masa perkembangan otak.
4
Klasifikasi anak Tuna Daksa (lanjutan..)
Cerebral Palsy dapat diklasifikasikan, sbb: menurut derajat kecacatannya, yaitu : Ringan, dapat berjalan tanpa alat bantu, bicara jelas, dan dapat menolong diri sendiri. Sedang, m’butuhkan bantuan. Berat, m’butuhkan perawatan tetap dalam ambulasi, bicara dan menolong diri.
5
Klasifikasi anak Tuna Daksa (lanjutan..)
Berdasarkan Fisilogi spastik, terdapat kekakuan pada sebagian atau seluruh ototnya. Dyskenisia, meliputi athetosis (gerak yang tidak terkontrol), rigid (kekakuan pd seluruh tubuh), tremor (getaran kecil yang terus menerus pada mata, tangan, atau kepala)
6
Klasifikasi anak Tuna Daksa (lanjutan..)
Ataxia, adanya gangguan pd keseimbangan, jalan gontai, koordinasi tangan dan mata tidak berfungsi. Jenis campuran, seorang anak mempunyai kelainan dua atau lebih dari tipe-tipe diatas
7
Klasifikasi anak Tuna Daksa (lanjutan..)
Kelainan pada sistem otot dan rangka, berupa : Poliomyelitis, mrupakan suatu infeksi penyakit pada sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh virus polio yang m’akibatkan gangguan kecerdasan atau alat-alat indra.
8
Klasifikasi anak Tuna Daksa (lanjutan..)
Dilihat dari sel-sel motorik yang rusak, kelumpuhan anak polio dapat dibedakan menjadi : Tipe spinal, kelumpuhan pada otot-otot leher, sekat dada, tangan dan kaki. Tipe bulbair, kelumpuhan fungsi motorik pada satu atau lebih saraf tepi dengan ditandai adanya gangguan pernapasan. Tipe bulbis pinalis, gabungan antara tipe spinal dan dan bulbair. Encephalitis yang biasanya disertai deman, kesadaran menurun, tremor, dan kadang-kadang kejang.
9
Klasifikasi anak Tuna Daksa (lanjutan..)
Muscle Dytrophy, jenis penyakit yang mengakibatkan otot tidak berkembang karena mengalami kelumpuhan yang sifatnya progresif simetris Spina bifida, kelainan pada tulang belakang yang ditandai dengan terbukannya satu atau tiga ruas tulang belakang dan tidak tertutupnya kembali selama proses perkembangan.
10
1. Karakteristik anak tunadaksa
Karakteristik akademik Hardman ( 1990 ) mengemukakan bahwa 45 % anak cerebal palsy mengalami keterbelakangan mental (tunagrahita ), 35 % mempunyai tingkst kecerdasan sedikit di bawah rata-rata. P. Seibel ( 1984 : 138 ) mengemukakan bahwa tidak ditemukan hubungan secara langsung antara tingkat kelainan fisik dengan kecerdasan anak. Artinya anak cerebral palsy yang kelainannya berat, tidak berarti kecerdasannya rendah.
11
2. Karakterstiik Sosial/Emosional Karakteristik soaial/emosional anak tunadaksa bermula dari konsep diri anak yang merasa dirinya cacat, tidak berguna dan menjadi beban orang lain yang mengakibatkan mereka malas belajar, bermain dan perilaku salah lainnya. Problem emosi seperti itu, banyak ditemukan pada anak tunadaksa dengan gangguan sistem cerebral. 3. Karakter Fisik/kesehatan Karakteristik fisik/kesehatan anak tunadaksa biasanya selain cacat juga cenderung mengalami gangguan lain, seperti sakit gigi, berkurangnya daya pendengaran, penglihatan, gangguan bicara, dll. Gangguan bicara banyak disebabkan olah kelainan motorik alat bicara (kaku dan lumpuh), seperti lidah, bibir, dan rahang sehingga menganggu artikulasi yang benar.
12
Anak tuna daksa juga mengalami
Aphasia Sensoris Aphasia motorik
13
Layanan Pendidikan Anak Tuna Daksa
7 aspek yang pelu dikembangkan (connor, 1975) : Pengembangan Intelektual dan Akademik Membantu Perkembangan Fisik Mengingatkan perkembangan Emosi dan Penerimaan diri anak. Mematangkan Aspek Sosial
14
Mematangkan Moral dan Spiritual
Mengingatkan ekspresi siri Mempersiapkan Masa Depan Anak
15
Tempat pendidikan Sekolah Khusus Berasrama ( Full – Time Residential School ) Sekolah Khusus tanpa Asrama ( Special Day School ) Kelas Khusus Penuh ( Full – Time Special Class ) Kelas Reguler dan Khusus ( Part – Time Reguler Class and Part – Time Special Class )
16
Kelas reguler dibantu oleh Guru Khusus ( Reguler Class with Supportive Instructional Service )
Kelas Biasa dengan Layanan konsultasi untuk Guru Umum ( Reguler Class Placement with Consulting Service for Reguler Teacher ) Kelas Biasa ( Reguler Class )
17
C. SISTEM PENDIDIKAN Pendidikan Intelegensi
Penempatan di kelas reguler Penempatan di ruang sumber belajar dan kelas khusus Pendidikan Segregasi ( Terpisah ) Landasan, program dan kmurikulum Garis – garis besar program pengajaran ( GBPP ) Pedoman pelaksanaan kurikulum
18
D. Pelaksanaan Pembelajaran
1. Perencanaan Kegiatan Belajar-Mengajar Ronald L. taylor (1984) mengemukakan, apabila penyandang cacat menerima pelayanan pendidikan di sekolah formal maka ia harus memperoleh pelayanan pendidikan yang diindividualisasikan
19
Lanjutan.. Langkah-langkah dalam merancang program pendidikan individual (PPI) : Membentuk tim PPI/tim Penilai Program Pendidikan yang diindividualisasikan (TP31), yang mencakup guru kursus, guru regular, diagnostician, kepala sekolah, orang tua, siswa, serta personel lain yang diperlukan. Menilai kekuatan dan kelemahan serta minat siswa yang dapat dilakukan dengan assessment. Mengembangkan tujuan-tujuan jangka panjang dan sasaran-sasaran jangka pendek. Merancang metode dan prosedur pencapain tujuan. Menentukan metode dan evaluasi kemajuan.
20
Prinsip utama dalam memberikan pendidikan anak tunadaksa :
2. Prinsip Pembelajaran Prinsip utama dalam memberikan pendidikan anak tunadaksa : Prinsip Multisensori (banyak indra), dengan pendekan multisensori, kelemahan pada indra lain dapat difungsikan sehingga membantu proses pemahaman. Prinsip Individualisasi, titik tolak layanan pendidikan pada kemampuan anak secara individu. Model pendidikan dalam bentuk klasikal dan individual. Pada model klasikal, pendidikan diberikan pada kelompok individu yang cenderung memiliki kemampuan yang sama dan bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan masing-masing.
21
3. Penataan Lingkungan belajar
Gedung sekolah sebaiknya dirancang dengan memperioritaskan 3 kemudahan, yaitu anak mudah keluar masuk, mudah bergerak dalam ruangan dan mudah mengadakan penyesuaian atau segala sesuatu diruangan mudah digunakan (Musyafak Assyari, 1995). Beberapa kondisi khhusus mengenai gedung adalah : Macam-macam ruangan khusus, ruang poliklinik/UKS untuk pemeriksaan dan perawatan kesehatan anak, ruang untuk latihan bina gerak (physiotherapy), ruang untuk bina bicara (speech therapy), ruang untuk bina diri, terapi okupasi dan ruang bermain serta lapangan. Jalan masuk menuju sekolah sebaiknya dibuat keras dan rata yang memungkinkan anak tunadaksa yang memakai alat bantu ambulansi, seperti kursi roda, tripor, brace, kruk dll.
22
Lanjutan… Tangan sebaiknya disediakan jalur lantai yang dibuat miring dan landai. Lantai bangunan baik didalam dan diluar gedung sebaiknya dibuat dari bahan yang tidak licin. Pintu-pintu ruangan sebaiknya lebih lebar dari pintu biasa dan daun pintunya mengatup kedalam. Adanya lorong yang lebar untuk menghubungkan kelas dan adanya pegangan tembok agar anak dapat mandiri. Pada beberapa dinding lorong dapat dipasang cermin besar untuk digunakan anak mengoreksi sikap/posisi jalan.
23
Lanjutan… Kamar mandi dekat dengan kelas-kelas agar anak mudah menjangkaunya. Dipasang WC duduk agar anak tidak perlu berjongkok pada waktu menggunakannya. Kelas dilengkapi dengan meja dan kursi yang konstruksinya disesuaikan dengan kondisi kecacatan anak, misal tinggi meja kursi dapat disetel, tanganandan sandaran kursi dimodifikasi dan dipasang belt (sabuk) agar aman.
24
E. Personel Personel yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan pendidikan anak tunadaksa adalah : Guru yang berlatar belakang pendidikan luar biasa, khususnya pendidikan anak tunadaksa. Guru yang memiliki keahlian khusus, misalnya keterampilan dan kesenian. Guru sekolah biasa. Dokter ahli ortopedi. Neurolog. Ahli terapi lainnya, seperti ahli terapi bicara, physiotherapist dan bimbingan konseling serta orthotist prosthetist
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.