Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehSucianty Oesman Telah diubah "6 tahun yang lalu
1
Proses Produksi Dalam Perspektif Islam
DI SAMPAIKAN PADA MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA
2
WILUJENG TEPANG
3
Pendahuluan Al Qur’an menggunakan konsep produksi barang dalam artian luas. Al Qur’an menekankan manfaat dari barang yang diproduksi. Memproduksi suatu barang harus mempunyai hubungan dengan kebutuhan manusia. Berarti barang itu harus diproduksi untuk memenuhi kebutuhan manusia, bukan untuk memproduksi barang mewah secara berlebihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan manusia, Namun demikian, Al Qur’an memberi kebebasan yang luas bagi manusia untuk berusaha memperoleh kekayaan yang lebih banyak lagi dalam menuntut kehidupan ekonomi. Dengan memberikan landasan rohani bagi manusia sehingga sifat manusia yang semula tamak dan mementingkan diri sendiri menjadi terkendali. Sifat tamak manusia menjadikan manusia berkeluh kesah, tidak sabar dan gelisah dalam perjuangan mendapatkan kekayaan. Dengan begitu akan memacu manusia untuk melakukan kegiatan yang produktif. Manusia akan giat untuk memuaskan kebutuhannya yang terus bertambah, sehingga akibatnya manusia cenderung melakukan kerusakan (mafsadat) di muka bumi. Dari sifat dasar manusia yang tamak itu pula menyebabkan manusia memiliki dorongan yang kuat dan bimbingan serta arahan yang benar dan pasti akan menjadikan manusia memiliki sifat mulia. Sifat-sifat dasar manusia dijelaskan dalam surat lain yaitu Ali Imran ayat 14 yang artinya : “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan, yaitu:wanita-wanita,anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (syurga).” Keiinginan yang tidak terbatas untuk selalu dipenuhi dan memuaskan kehendak pada manusia semakin lama akan semakin tinggi. Karena itu jika tidak terdapat arahan yang baik, hal itu akan mendorong manusia melakukan kerusakan di muka bumi, seperti yang terjadi saat ini.
4
Hasan Al Banna mengutip firman Allah SWT yang mengatakan“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah SWT telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan bathin.” (QS. Lukman: 20) Semua sumberdaya yang terdapat di langit dan di bumi disediakan Allah SWT untuk kebutuhan manusia, agar manusia dapat menikmatinya secara sempurna, lahir dan batin, material dan spiritual. Al-Qur’an juga telah memberikan tuntunan visi bisnis yang jelas yaitu visi bisnis masa depan yang bukan semata-mata mencari keuntungan sesaat tetapi “merugikan”, melainkan mencari keuntungan yang secara hakikat baik dan berakibat baik pula bagi kesudahannya (pengaruhnya). Salah satu aktifitas bisnis dalam hidup ini adalah adanya aktifitas produksi.
5
Pengertian Dr. Muhammad Rawwas Qalahji memberikan padanan kata “produksi” dalam bahasa Arab dengan kata al-intaj yang secara harfiyah dimaknai dengan ijadu sil’atin (mewujudkan/ mengadakan sesuatu) atau khidmatu mu’ayyanatin bi istikhdami muzayyajin min ‘anashir alintaj dhamina itharu zamanin muhaddadin (pelayanan jasa yang jelas dengan menuntut adanya bantuan pengabungan unsur-unsur produksi yang terbingkai dalam waktu yang terbatas). Lebih jauh dikatakan bahwa dalam melakukan proses produksi yang dijadikan ukuran utamanya adalah nilai manfa’at (utility) yang diambil dari hasil produksi tersebut. Produksi dalam pandangannya harus mengacu pada value of utility dan masih dalam bingkai nilai “halal” serta tidak membahayakan bagi diri sendiri atau orang lain dan kelompok tertentu. Produksi menurut Kahf mendefinisikan kegiatan produksi dalam perspektif Islam sebagai usaha manusia untuk memperbaiki tidak hanya kondisi fisik materialnya, tetapi juga moralitas, sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup sebagaimana digariskan dalam agama Islam, yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat. Dari dua pengertian diatas produksi dimaksudkan untuk mewujudkan suatu barang dan jasa yang digunakan tidak hanya untuk kebutuhan fisik tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan non fisik, dalam artian yang lain produksi dimaksudkan untuk menciptakan mashlahah bukan hanya menciptakan materi.
6
Prilaku Produksi Barang & Jasa yang Diproduksi
TUJUAN Memenuhi kebutuhan setiap individu; bahwa aktifitas produksi hendaknya berorientasi pada kebutuhan masyarakat luas, bukan terbatas pada orientasi pemaksimalan keuntungan materi saja Mewujudkan kemandirian ummat; bahwa aktifitas produksi bertujuan menciptakan rasa kemandirian kolektif yang kemudian menciptakan ketahanan ekonomi, mendukung berkembangnya kemajuan sektor-sektor yang lain Barang & Jasa yang Diproduksi Jenis barang dan jasa yang diperjual-belikan adalah barang dan jasa yang diperbolehkan oleh syariat atau barang dan jasa yang tidak ada pelarangannya dalam syariat. Barang & Jasa yang terlarang: babi, khamar, judi, mengundi nasib dan lain sebagainya yang disepakati jumhur ulama.
7
Nilai- Nilai Islam dalam Produksi
Nilai-nilai Islam yg relevan dengan Produksi dikembangkan dari TIGA nilai utama; Khilafah, Adil dan Takaful; Berwawasan jangka panjang; tujuan akhirat Menepati janji dan kontrak Memenuhi takaran, ketepatan, kelugasan, dan kebenaran Berpegang teguh pada kedisiplinan & dinamis Memuliakan prestasi/produktivitas Mendorong ukhuwah antarsesama pelaku ekonomi Menghormati hak milik individu Mengikuti syarat sah & rukun akad/transaksi Adil dalam bertransaksi Memiliki wawasan sosial Pembayaran upah tepat waktu dan layak Menghindari jenis dan proses produksi yg haram
8
Prinsip produksi Pada prinsipnya kegiatan produksi terkait seluruhnya dengan syariat Islam, dimana seluruh kegiatan produksi harus sejalan dengan tujuan dari konsumsi itu sendiri. Konsumsi seorang muslim dilakukan untuk mencari falah (kebahagiaan) demiKian pula produksi dilakukan untuk menyediakan barang dan jasa guna falah tersebut. Seluruh kegiatan produksi terikat pada tataran nilai moral dan teknikal yang Islami (Sejak dari kegiatan mengorganisisr faktor produksi, proses produksi hingga pemasaran dan dan pelayanan kepada konsumen semuanya harus mengikuti moralitas Islam). Kegiatan produksi harus memperhatikan aspek sosial-kemasyarakatan. Kegiatan produksi harus menjaga nilai-nilai keseimbangan dan harmoni dengan lingkungan sosial dan lingkungan hidup dalam masyarakat dalam skala yang lebih luas. Jadi produksi bukan hanya menyangkut kepentingan para produsen (staock holders) saja tapi juga masyarakat secara keseluruhan (stake holders). Permasalahan ekonomi muncul bukan saja karena kelangkaan tetapi lebih kompleks. Masalah ekonomi muncul bukan karena adanya kelangkaan sumber daya ekonomi untuk pemenuhan kebutuhan manusia saja, tetapi juga disebabkan oleh kemalasan dan pengabaian optimalisasi segala anugerah Allah, baik dalam bentuk sumber daya alam maupun manusia. Sikap tersebut dalam Al-Qur’an sering disebut sebagai kezaliman atau pengingkaran terhadap nikmat Allah. Hal ini akan membawa implikasi bahwa prinsip produksi bukan sekedar efisiensi, tetapi secara luas adalah bagaimana mengoptimalisasikan pemanfaatan sumber daya ekonomi dalam kerangka pengabdian manusia kepada Tuhannya.
9
Tujuan Produksi Dalam konsep ekonomi konvensional (kapitalis) produksi dimaksudkan untuk memperoleh laba sebesar besarnya, berbeda dengan tujuan produksi dalam ekonomi konvensional, tujuan produksi dalam islam yaitu memberikan Mashlahah yang maksimum bagi konsumen. Walaupun dalam ekonomi islam tujuan utamanya adalah memaksimalkan mashlahah, memperoleh laba tidaklah dilarang selama berada dalam bingkai tujuan dan hukum islam. Dalam konsep mashlahah dirumuskan dengan keuntungan ditambah dengan berkah.
10
Pentingnya Produksi “Supaya kamu mencari sebagian dari karuniaNya.”( al Qashash ayat 73) “Dan usahamu mencari bagian dari karuniaNya.” (ar Rum ayat 23). Apabila dikaji secara terperinci dalam AlQur’an, maka kita akan mendapatkanbahwa penekanan atas usaha manusia untuk memperoleh sumber penghidupan merupakan salah satu prinsip ekonomi yang mendasar di dalam Islam. Dalam berbagai ayat AlQur’an telah merujuk secara singkat berbagai cara yang dibolehkan bagi manusia untuk memanfaatkan sumber alam yang tak terbatas dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia yang tak terbatas. Bagi Islam, memproduksi sesuatu bukanlah sekedar untuk dikonsumsi sendiri atau dijual ke pasar. Dua motivasi itu belum cukup karena masih terbatas pada fungsi ekonomi. Islam menekankan bahwa setiap kegiatan produksi harus pula mewujudkan fungsi sosial .
11
Lanjutan Agar mampu mengemban fungsi sosial seoptimal mungkin, kegiatan produksi harus melampaui surplus untuk mencukupi kebutuhan konsumtif dan meraih keuntungan finansial, sehingga bisa berkontribusi kehidupan sosial. Melalui konsep ini, kegiatan produksi harus bergerak di atas dua garis optimalisasi. Optimalisasi pertama adalah mengupayakan berfungsinya sumber daya insani ke arah pencapaian kondisi full employment(tanpa pengangguran), dimana setiap orang menghasilkan karya kecuali mereka yang udzur syar’i (sakit atau lumpuh). Optimalisasi kedua memproduksi berdasarkan skala prioritas yaitu kebutuhan primer (dharuriyyat), lalu kebutuhan sekunder (hajiyyat) dan kebutuhan tersier (tahsiniyyat) secara proporsional.
12
Landasan Produksi Dalam Qur’an Dan Sunnah
“Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan melihat perkerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberikan-Nya kepada kamu apa yang kamu kerjakan”. (QS. 9: 105). apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung (Al-jumu’ah:10).
13
Lanjutan Teori Produksi Dalam Sunnah Nabi SAW
Rasulullah, saw. bersabda: “Ibadah itu ada sepuluh bagian, dan sembilan dari sepuluh bagian tersebut adalah mencari rizqi yang halal”. Rasulullah, saw. bersabda: “Tidak ada yang lebih baik dari seseorang yang memakan makanan, kecuali jika makanan itu diperolehnya dari hasil jerih payahnya sendiri. Jika seorang dintara kamu mencari kayu bakar, kemudian mengumpulkan kayu itu dan mengikatnya dengan tali lantas memikulnya di punggungnya, sesungguhnya itu lebih baik ketimbang meminta-minta kepada orang lain”. (HR. Bukhori Muslim). Pada kesempatan lain, beliau menegur seorang yang malas dan meminta-minta, seraya menunjukkan kepadanya jalan ke arah kerja produktif. Rasulullah mengambil dua dirham dan memberikan kepada seorang laki-laki Anshar, dan berkata: “Satu dirham untuk membeli makanan dan berikan kepada keluargamu, dan satu dirham untuk membeli kapak, kemudian bawalah kemari”. Orang tersebut kemudian kembali kepada Rasulullah, saw. dengan membawa kapak, dan Rasulullah, saw. bersabda: “Pergilah mencari kayu, kemudian juallah kayu itu dan kamu jangan menampakkan dirimu di hadapanku selama lima belas hari”. “Sesunggguhnya Allah sangat suka melihat hamba-Nya yang berusaha mencari rezeki yang halal” HR Thabrani – “Berusaha mencari rezeki halal adalah wajib bagi setiap muslim”
14
Kesimpulan Kegiatan produksi merupakan mata rantai dari konsumsi dan distribusi. Kegiatan produksilah yang menghasikan barang dan jasa, kemudian dikonsumsi oleh para konsumen. Tanpa produksi maka kegiatan ekonomi akan berhenti, begitu pula sebaliknya. Untuk menghasilkan barang dan jasa kegiatan produksi melibatkan banyak faktor produksi. Beberapa implikasi mendasar bagi kegiatan produksi dan perekonomian secara keseluruhan, antara lain : Seluruh kegiatan produksi terikat pada tataran nilai moral dan teknikal yang Islami, kegiatan produksi harus memperhatikan aspek sosial-kemasyarakatan, permasalahan ekonomi muncul bukan saja karena kelangkaan tetapi lebih kompleks.
15
Wallahu A’lam Wassalam mu’alaikum Wr.Wb
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.