Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES BERBANTUAN POWER POINT PADA SISWA KELAS XIIPS2 SMA KRISTEN SATYA.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES BERBANTUAN POWER POINT PADA SISWA KELAS XIIPS2 SMA KRISTEN SATYA."— Transcript presentasi:

1 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES BERBANTUAN POWER POINT PADA SISWA KELAS XIIPS2 SMA KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2016/ Oleh : RIKO PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017

2 ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran sejarah dengan menggunakan Model Pembelajaran Examples Non Examples Berbantuan Power Point dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Kristen Satya Wacana Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017. Rancangan penelitian menggunakan dua siklus dimana kedua siklus dilengkapi dengan perencanaan tindakan, melaksanakan tindakan dalam pembelajaran, mengobservasi tindakan, dan merefleksi tindakan. Hasil refleksi digunakan untuk mengambil tindakan. Hasil penelitian ini, adalah rata-rata hasil belajar siswa pada prasiklus 73 meningkat pada siklus I mencapai 79, pada siklus II menjadi 86. Persentase ketuntasan belajar pada prasiklus 85,71 % naik menjadi 94,12 % pada siklus I dan meningkat pada siklus II menjadi 100%. Model pembelajaran Examples Non Examples Berbantuan Power Point dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS 2 SMA Kristen Satya Wacana dalam pembelajaran Sejarah. Kata Kunci : Hasil Belajar Sejarah, Model Examples Non Examples

3 PENDAHULUAN Mata Pelajaran sejarah pada jenjang sekoleh menengah keatas, pada proses sudah mulai dipelajari pada saat masih SD dan juga SMP. Tetapi pada tingkatan pengetahuannya saat SD masih belum terlalu dalam hal ini dikarenakan mata pelajaran sejarah pada waktu SD masih IPS dan belum terfokus untuk belajar tentang sejarah meskipun beberap sudah dipelajari. Barulah setelah SMA mata pelajaran sejarah mulai fokus dipelajari karena pembelajarannya hanya terfokus ke dalam mata pelajaran sejarah bukan IPS lagi. Ketika menginjak bangku SMA mata pelajaran sejarah sudah lebih banyak mengulang apa yang pernah dipelajari pada saat SD dan SMP, pada saat SMA belajar sejarah sudah memperdalam ilmu tentang sejarah. Mata pelajaran sejarah harus dikembangkan lebih dalam lagi supaya setiap generasi tidak kehilangan identitas Bangsa, sebab sejarah merupakan sesuatu yang wajib diketahui oleh siapapun, supaya semua orang tahu tentang sejarah berdirinya Bangsa (Indonesia). Dalam proses pembelajaran sejarah di tingkat SMA, seharusnya pembelajaran sejarah lebih menarik minat siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar mengajar, karena belajar sejarah tidak membosankan meskipun dalam pembelajaran sejarah mengulang kejadian dimasa lampau, belajar sejarah merupakan sebuah pengalaman menarik jika seorang guru mampu menyampaikan pembelajaran dengan cara yang menarik sebab sejarah itu unik sejarah itu ada untuk satu kali dan tidak akan bisa diulang kembali lagi dan sejarah hanya akan bisa diingat jika terus dipelajari.

4 Pada kenyataannya, sejarah dianggap ilmu yang sukar dan sulit dipahami
Pada kenyataannya, sejarah dianggap ilmu yang sukar dan sulit dipahami. Sejarah adalah pelajaran formal yang berupa sejarah masa lampau, perkembangan sosial budaya, perkembangan teknologi dari zaman ke zaman dan yang lain sebagainya. Begitu luasnya materi sejarah menyebabkan anak sulit untuk diajak berfikir kritis dan kreatif dalam menyikapi berbagai masalah dalam pembelajaran sejarah. Berdasarkan temuan penulis dilapangan, terlihat masih ada siswa yang kurang aktif dan berfikir kritis sehingga nilainya belum mencapai KKM. Hal tersebut terlihat hasil belajar siswa masih terdapat 3 anak yang belum mencapai nilai KKM dan 6 anak yang nilainya sudah mencapai KKM tetapi nialainya masih setara dengan KKM mata pelajaran sejarah yaitu 70, sedangkan 12 siswa lainnya sudah melampaui nilai KKM dari jumlah siswa 21 orang. Jika dilihat persentase ketuntasannya memang sudah mencapai 85,71% dengan nilai tertinggi 85 dan nilai terandah 65. Tetapi jika dilihat jumlah ketuntasan masih banyak yang setara dengan nilai KKM yaitu 6 anak, terjadi kekahwatiran akan menurunnya nilai siswa. Salah satu solusi untuk memperbaiki pembelajaran sejarah digunakan model pembelajaran Examples Non Examples berbantuan Power Point untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.

5 KAJIAN PUSTAKA Hakekat Hasil Belajar Sejarah
Menurut Sagala (2012 : 37) belajar adalah suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu.Menurut Rusman (2012 : 123) hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Belajar tidak hanya penguasaan konsep teori mata pelajaran saja, tapi juga penguasaan kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat bakat, penyesuaian sosial, macam-macam ketrampilan, cita-cita, keinginan dan harapan. Menurut Nana Sudjana (2010 : 3) hasil belajar siswa pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku mencakup bidang kognitif, efektif dan psikomotoris. Dalam penilaian hasil belajar, peranan tujuan instruksional yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan dalam penilaian. Dalam penilaian ini dilihat sejauh mana keefektifan dan efisiennya dalam mencapai tujuan pengajaran atau perubahan tingkah laku siswa.

6 Menurut Supratiknya (2012 : 5) hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan baru yang diperoleh siswa sesudah mereka mengikuti proses belajar mengajar. Pemerolehan kemampuan baru tersebut akan terwujud dalam perubahan tingkah laku. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006 : 23) hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum mengajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Dari beberapa pengertian hasil belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa untuk mendapatkan suatu peningkatan kepandaian yang diwujudkan dalam bentuk nilai yang diperoleh melalui belajar. Dalam peneletian ini peneliti hanya berfokus pada keberhasilana hasil belajar dalam ranah kognitif.

7 Model Examples Non Examples
Riyanto (2010 : 267) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran yang dirancang untuk melatih kecakapan akademis (academic skills) dan keterampilan sosial (social skill) serta interpersonal skill. Pernyataan sama mengenai pembelajaran kooperatif juga dikemukakan oleh Suprijono (2009 : 54) yaitu jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk kegiatan yang dibimbing dan diarahkan oleh guru. Pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam meyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran siswa didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan harus mengordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru (Abidin, 2014 : ). Berdasarkan beberapa pengertian pembelajaran kooperatif menurut para ahli, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan metode yang berpusat pada siswa bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar akademik dan aktivitas sosial dengan cara menerapkan komunikasi dalam keterlibatan siswa dalam kelompoknya.

8 Model pembelajaran examples non examples atau juga biasa disebut examples and non-examples merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar. penggunaan model pembelajaran examples non examples lebih menekankan pada konteks analisis siswa. Jadi, examples memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non examples memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap examples non examples diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada.

9 Langkah-langkah dalam model pembelajaran examples non examples sebagai berikut: 1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran. 2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP. 3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar. 4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas. 5. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai. 6. Kesimpulan

10 Kelebihan Model Pembelajaran Examples Non Examples;
1. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek. 2. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari examples non examples. 3. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non examples yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian examples. KelemahanModel Pembelajaran Examples Non Examples; 1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar. 2. Memakan waktu yang lama

11 METODE PENELITIAN 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini di lakukan di SMA Kristen Satya Wacana Salatiga, pada bulan Januari sampai bulan Februari Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dalam dua siklus. Penelitian ini dilakukan pada semester II tahun ajaran 2016/ Subjek Penelitian Dalam penelitian ini yang akan menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS II di SMA Kristen Satya Wacana Salatiga yang berjumlah 21 siswa yang terdiri dari 11 siswa perempuan dan 10 siswa laki-laki. 3. Prosedur Penelitian Untuk mencapai target, penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus memiliki empat tahapan yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

12 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Prasiklus Nilai Prasiklus didapat dari nilai ulangan harian mata pelajaran sejarah semester 2 dari 21 siswa yang tuntas belajar yaitu 18 siswa, 12 siswa memperoleh nilai diatas KKM dan 6 siswa memperoleh nilai setara dengan KKM 70, sementara 3 siswa belum tuntas dan rata-rata klasikal mencapai 73 dengan presentasi ketuntasan 85,71%. Nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 65.

13 Deskripsi Siklus I Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I dengan materi Organisasi Pergerakan Nasional, Sarana Perjuangan Melawan Kolonialisme di Indonesia terlihat bahwa siswa mengalami peningkatan dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dan evaluasi. Hal ini terbukti bahwa hasil belajar siswa sebagian besar meningkat, tetapi masih terdapat satu siswa yang mendapat nilai di bawah KKM (70) dan satu siswa mengalami penurunan nilai dari pra siklus ke siklus I meskipun nilainya sudah mencapai KKM, serta empat siswa yang tidak mengikuti evaluasi siklus I dikarenakan beberapa alasan yaitu dua orang sakit dan dua orang tanpa keterangan.

14 Pelaksanaan proses belajar mengajar pada siklus I dengan materi Organisasi Pergerakan Nasional Sarana Perjuangan Melawan Kolonialisme di Indonesia ini sudah menerapkan model examples non examples. Hasil belajar siklus I menunjukkan adanya peningkatan dari Pra Siklus, diperoleh hasil untuk nilai terendah 65, rata-rata klasikal 79 terdapat peningkatan 6 dan ketuntasan klasikal dengan peningkatan 8,41%. Perolehan nilai untuk rata-rata klasikal adalah 73 untuk Prasiklus dan 79 pada siklus I. Nilai terendah prasiklus sebesar dan siklus I adalah 65. Nilai tertinggi Prasiklus dan siklus I nilai tertinggi adalah 85.

15 Deskripsi Siklus II Berdasarkan hasil penelitian pada siklus II dengan materi Pendudukan Jepang di Indonesia terlihat bahwa siswa mengalami peningkatan dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dan evaluasi. Hal ini terbukti bahwa hasil belajar siswa sebagian besar meningkatdan nilainya di atas KKM (70) dan satu siswa mengalami penurunan nilai dari siklus I ke siklus II meskipun nilainya sudah mencapai KKM, serta dua siswa yang tidak mengikuti evaluasi siklus II dikarenakan beberapa alasan yaitu satu orang sakit dan satu orang ijin mengikuti turnamen futsal. Dari siklus II ini diperoleh hasil belajar siswa dengan nilai terendah 75, nilai tertinggi 95 dan rata-rata klasikal 86. Dari pembahasan disiklus I dan siklus II terlihat bahwa rata-rata klasikal pada siklus II mengalami peningkatan. Siklus I rata-rata klasikalnya 79 meningkat menjadi 86 pada siklus II. Nilai terendah pada siklus 1 65 meningkat menjadi 75 pada siklus II. Begitu juga dengan nilai tertinggi 85 meningkat menjadi 95 dan persentase ketuntasan 94,12% menjadi 100%.

16 PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian peneliti menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran examples non examples mampu meningkatkan hasil belajar siwa pada mata pelajaran sejarah pada siswa kelas XI IPS 2. Rata-rata hasil belajar siswa pada pada pra siklus adalah 73 meningkat pada siklus I mencapai 79, pada siklus II menjadi 86. Persentase ketuntasan belajar pada pra siklus 85,71 % naik menjadi 94,12 % pada siklus I dan meningkat pada siklus II menjadi 100%.

17 Berdasarkan pembahasan diatas, ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan, kondisi awal atau prasiklus yang tuntas 85,71% pada siklus I menjadi 94,12% dan siklus II meningkat menjadi 100%. Dilihat dari hasil belajarnya, siklus I dan siklus II mengalami peningkatan, baik nilai rata-rata kelas maupun persentase ketuntasan belajar siswa, pada siklus II nilai rata-ratanya 86 dan presentase ketuntasan mancapai 100% hal ini berarti sudah melampaui indikator keberhasilan hasil belajar, yang artinya model pembelajaran examples non examples dapat meningktkan hasil belajar Sejarah kelas XI IPS 2 SMA Kristen Satya Wacana. Pada akhirnya examples non examples membawa perubahan positif terhadap siswa mengenai pemahaman pelajaran Sejarah. Dengan menggunakan pembelajaran model examples non examples ternyata mampu meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran sejarah.

18 SIMPULAN Simpulan Dari hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa model Example Non Example ketika diterapkan pada materi Sejarah pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Kristen Satya Wacana dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang secara rinci dapat di paparkan sebagai berikut : 1. Kualitas pelaksanaan pembelajaran mengalami peningkatan baik di lihat dari aktifitas siswa maupun guru. 2. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang tampak pada nilai rata-rata kelas XI IPS 2 pra siklus adalah 73 meningkat pada siklus I mencapai 79, pada siklus II menjadi 86. 3. Presentase ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari pra siklus yang tuntas 85,71% pada siklus I menjadi 94,12% dan siklus II meningkat menjadi 100%.

19 DAFTAR PUSTAKA Abidin, Yunus Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum Bandung : Refika Aditama. Dimyati dan Mudjiono Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineke Cipta. Nana Sudjana Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Riyanto, Yatim Paradigma Baru Pembelajaran sebagai Referensi bagi Pendidik dalam ImplementasiPembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta. Kencana. Rusman Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer “Mengermbangkan Profesionalisme Guru Abad 21”. Bandung. Alfabeta. Sagala, S Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan. Bandung. Alfabeta. Supratiknya, A Penilaian Hasil Belajar dengan Tehnik Non Tes. Yogyakarta. Universitas Sanata Dharma. Suprijono, Agus Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Syah, Muhibbin Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung. Remaja Rosdakarya


Download ppt "UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SEJARAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES BERBANTUAN POWER POINT PADA SISWA KELAS XIIPS2 SMA KRISTEN SATYA."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google