Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
Biaya & Penerimaan Usaha
Unggas
2
Peternakan Aktivitas biologis yang dikendalikan (manage) oleh manusia, dimana ternak sebagai obyek & SDA (lahan, air) sebagai media/basis ekologis, serta aspek modal, manajemen & teknologi sebagai faktor pendukung utama keberhasilan.
3
Sistem Produksi Peternakan
suprasistem INPUT PROSES OUTPUT feedback Daging Susu Telor Breeding Feeding Manajemen subsistem
4
SDB (MANAGEMENT & TEKNOLOGI)
Input (sapronak) 5 M Man Money Material Method Machine SDA SDM SDB (MANAGEMENT & TEKNOLOGI) Market (need & want) KELEMBAGAAN
5
Satisfaction Human Need & Want
Production Process INPUT PROCESS OUTPUT Breeding Feeding Management Value Creation Value Proposition Goods & Services Satisfaction Human Need & Want
6
Breeding Bibit unggul, perlu input unggul (kualitas & kuantitas/intake) Input unggul perlu biaya tinggi Bibit unggul, harganya juga unggul/tinggi Solusi: Input yang mahal harus menghasilkan profit yang memadai (layak teknis, finansial & pasar)
7
Feeding Indonesia : jamrud khatulistiwa dengan garis pantai terpanjang di dunia, tetapi tepung ikan, jagung, bungkil kedelai masih impor? Ruminansia butuh PK, Non Ruminansia butuh Asam Amino Feed : mutu, jumlah/ketersediaan & intake, harga? Solusi : resource based & incentive system
8
Manajemen Planning, Organizing, Controlling
Mulai tahapan hulu s/d hilir Berkaitan dengan aspek resiko (farming - risky business) : Production risks Financial risks Marketing risks Human Resources Risks Legal Risks Solusi : How to minimize risks?
9
Strategic Policy Fokus : bukan memproduksi barang (daging, susu, telor), akan tetapi memproduksi VALUE Produk/barang (daging, susu & telor) harus memiliki proposisi nilai (value proposition) Contoh: Telor mengandung Omega Susu segar organik, susu Anlene Low fat meat, etc.
10
Pengembangan Agribisnis Peternakan
Pengembangan agribisnis peternakan mencakup pengembangan empat subsistem dari sistem dan usaha agribisnis berbasis peternakan. Pertama, subsistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness) peternakan, yakni kegiatan yang menghasilkan sapronak bagi usaha peternakan, seperti pabrik pakan ternak, pembibitan, serta peralatan dan mesin produksi. Kedua, subsistem usaha budidaya ternak (on-farm agribusiness), seperti usaha peternakan sapi, kambing, domba, unggas, dsb. Ketiga, subsistem agribisnis hilir (down-stream agribusiness) peternakan, yakni industri yang mengolah hasil peternakan beserta distribusi/pemasaran, seperti IPS, meat packing, dsb. Keempat, subsistem jasa penunjang (supporting agribusiness) yakni kegiatan-kegiatan yang menyediakan jasa, seperti perkreditan, asuransi, transportasi, infrastruktur, pendidikan dan penyuluhan peternakan, penelitian dan pengembangan serta kebijakan pemerintah daerah. Keempat subsistem tersebut harus dikembangkan secara simultan & sinergis.
11
Sistem Agribisnis Peternakan
Up-stream On-farm Down-stream Supporting
12
Input Output Sistem Produksi Sub Sistem Transformasi Supra Sistem
feedback Supra Sistem
18
Konsumsi daging SAPI per-kapita (kg)- tahun 2010
Sumber : USDA (2010)
19
Konsumsi daging ayam per-kapita (kg)- tahun 2010
Sumber : USDA (2010)
20
Input Input Tetap (DIRTI) Input Tidak Tetap (Variabel)
Koefisien Teknis Konsep Shadow Price (TKK) Konsep Depreciation (Penyusutan)
21
Nilai Awal – Nilai Akhir
Komponen Input Input Tetap: Penyusutan Ternak (layer) Penyusutan Kandang Penyusutan Peralatan (tempat pakan/minum, sekop, egg tray, brooder, dll.) Penyusutan kendaraan bermotor Nilai Sewa Tanah Penyusutan = Nilai Awal – Nilai Akhir Umur Teknis
22
Komponen Input (lanjt.)
Input Tidak Tetap (Variabel) : Pakan Konsentrat Feed supplement Mineral & vitamin Keswan/obat-obatan/vaksin Listrik & BBM TK
23
Output Main Output By Product
24
Komponen Output Main Output : By Product : Daging/telur
1 KG telur (16 butir) By Product : PK (30 karung/1000 ekor/bulan) Ayam afkir (layer) Karung pakan
25
Biaya Produksi Total Biaya Produksi : Biaya Tetap Biaya Variabel
26
Penerimaan Usaha Total Penerimaan Usaha : Main Output By Product
27
Margin Usaha Net Margin = Gross Margin =
(Total Penerimaan Usaha – Total Biaya) Gross Margin = (Total Penerimaan Usaha – Total Biaya Variabel)
28
Proyeksi Usaha Proyeksi Populasi Proyeksi Biaya Usaha
Proyeksi Penerimaan Usaha
29
Koefisien teknis ADG FCR HDP Umur awal (layer) Masa produksi (layer)
Mortalitas
30
Pemberian Pakan Ayam Petelur
Ayam petelur memiliki dua fase, yaitu fase starter (umur 0 – 4 minggu) dan fase finisher (umur 4 – 6 minggu). Pemberian pakan dibedakan menurut fase umur tersebut. Perbedaannya terletak pada persentase zat gizi dan kuantitas pakan.
31
1) Pakan Fase Starter Pakan fase starter tediri atas: protein 22 – 24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%, kalsium 1%, dan fosfor 0,7 – 0,9%. Kuantitas pakan ayam petelur dibedakan menurut golongan umur, yakni sebagai berikut. Minggu pertama (umur 1 – 7 hari): 17 gram/hari/ekor. Minggu kedua (8 – 14 hari): 43 gram/hari/ekor. Minggu ketiga (umur 15 – 21 hari): 66 gram/hari/ekor. Minggu keempat (umur 22 – 29 hari): 91 gram/hari/ekor.
32
2) Pakan Fase Finisher Pakan fase finisher terdiri atas: protein 18,1 – 21,2%, lemak 2,5%, serat kasar 4,5%, kalsium 1%, dan fosfor 0,7 – 0,9%. Kuantitas pakan dibedakan menurut golongan umur, yakni sebagai berikut. Minggu kelima (umur 30 – 36 hari): 111 gram/ hari/ ekor. Minggu keenam (37 – 43 hari): 129 gram/ hari/ ekor. Minggu ketujuh (umur 44 – 50 hari): 146 gram/ hari/ ekor. Minggu kedelapan (umur 51 – 57 hari): 161 gram/ hari/ ekor.
33
Selain pakan, ayam petelur juga diberi minum
Selain pakan, ayam petelur juga diberi minum. Air minum untuk hari pertama sebaiknya ditambah gula sebanyak 50 gram per 1 liter air dan obat antistres.
34
Parameter Keberhasilan Layer
› Hen Day (HD) Hen day ialah persentase produksi telur yang dihasilkan oleh ayam produktif per hari. Rata-rata produksi (HD) layer selama hidupnya ialah 80% dengan HD mencapai puncak produksi pada angka 95% dan persistensi produksi (lama bertahan dipuncak HD>90%) selama minggu (rata- rata strain ayam petelur).
35
› Feed Conversion Ratio (FCR)
Konversi ransum dalam farm layer merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi ayam untuk menghasilkan sebutir telur. Ayam yang baik akan mengkonsumsi sejumlah ransum lebih sedikit dibandingkan telur yang dihasilkan. Idealnya satu kilogram ransum dapat menghasilkan satu kilogram telur atau lebih. Namun sampai saat ini, hal itu belum pernah ada. Nilai FCR untuk layer berkisar 2,1 – 2,3.
36
› Tingkat Kematian (mortalitas)
Mortalitas ditentukan oleh banyak faktor seperti kesalahan manajemen pemeliharaan dan infeksi bibit penyakit. Untuk mencegah tingginya angka mortalitas, maka jalan keluarnya ialah meminimalkan faktor penyebab mortalitas. Mortalitas akan mempengaruhi nilai penyusutan ayam. Standar mortalitas layer selama masa grower 2-3%, sedangkan pada masa produksi 4-7% (Lohman Management Guide, 2007)
37
Thank You
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.