Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Diffusion Theory & Social Learning Theory

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Diffusion Theory & Social Learning Theory"— Transcript presentasi:

1 Diffusion Theory & Social Learning Theory
Felicia Wonodihardjo Halena Stephanie

2 Diffusion Theory

3 Teori difusi inovasi Difusi Inovasi adalah teori tentang bagaimana sebuah ide dan teknologi baru tersebar dalam sebuah kebudayaan. Teori ini dipopulerkan oleh Everett Rogers pada tahun melalui bukunya yang berjudul Diffusion of Innovations. Ia mendefinisikan difusi sebagai proses dimana sebuah inovasi dikomunikasikan melalui berbagai saluran dan jangka waktu tertentu dalam sebuah sistem sosial.

4 Difusi inovasi sebenarnya didasarkan atas teori pada abad ke 19 dari seorang ilmuwan Perancis, Gabriel Tarde. Dalam bukunya yang berjudul “The Laws of Imitation” (1930), Tarde mengemukakan teori kurva S dari adopsi inovasi, dan pentingnya komunikasi interpersonal.

5 Tahapan peristiwa yang menciptakan proses difusi
Mempelajari Inovasi: Tahapan ini merupakan tahap awal ketika masyarakat mulai melihat, dan mengamati inovasi baru dari berbagai sumber, khususnya media massa. Pengadopsi awal biasanya merupakan orang-orang yang rajin membaca koran dan menonton televisi, sehingga mereka bisa menangkap inovasi baru yang ada. Jika sebuah inovasi dianggap sulit dimengerti dan sulit diaplikasikan, maka hal itu tidak akan diadopsi dengan cepat oleh mereka.

6 Pengadopsian: Dalam tahap ini masyarakat mulai menggunakan inovasi yang mereka pelajari. Diadopsi atau tidaknya sebuah inovasi oleh masyarakat ditentukan juga oleh beberapa faktor. Adopsi inovasi juga dipengaruhi oleh nilai yang dimiliki individu tersebut serta persepsi dirinya. Jika sebuah inovasi dianggapnya menyimpang atau tidak sesuai dengan nilai yang ia anut, maka ia tidak akan mengadopsinya.

7 Pengembangan Jaringan Sosial: Seseorang yang telah mengadopsi sebuah inovasi akan menyebarkan inovasi tersebut kepada jaringan sosial di sekitarnya, sehingga sebuah inovasi bisa secara luas diadopsi oleh masyarakat. Difusi sebuah inovasi tidak lepas dari proses penyampaian dari satu individu ke individu lain melalui hubungan sosial yang mereka miliki. Riset menunjukkan bahwa sebuah kelompok yang solid dan dekat satu sama lain mengadopsi inovasi melalui kelompoknya.

8 Lima tahap proses adopsi
Tahap pengetahuan: Dalam tahap ini, seseorang belum memiliki informasi mengenai inovasi baru. Untuk itu informasi mengenai inovasi tersebut harus disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi yang ada, bisa melalui media elektronik, media cetak , maupun komunikasi interpersonal di antara masyarakat

9 Tahap persuasi: Tahap kedua ini terjadi lebih banyak dalam tingkat pemikiran calon pengguna. Seseorang akan mengukur keuntungan yang akan ia dapat jika mengadopsi inovasi tersebut secara personal. Berdasarkan evaluasi dan diskusi dengan orang lain, ia mulai cenderung untuk mengadopsi atau menolak inovasi tersebut.

10 Tahap pengambilan keputusan: Dalam tahap ini, seseorang membuat keputusan akhir apakah mereka akan mengadopsi atau menolak sebuah inovasi. Namun bukan berarti setelah melakukan pengambilan keputusan ini lantas menutup kemungkinan terdapat perubahan dalam pengadopsian.

11 Tahap implementasi: Seseorang mulai menggunakan inovasi sambil mempelajari lebih jauh tentang inovasi tersebut. Tahap konfirmasi: Setelah sebuah keputusan dibuat, seseorang kemudian akan mencari pembenaran atas keputusan mereka. Apakah inovasi tersebut diadopsi ataupun tidak, seseorang akan mengevaluasi akibat dari keputusan yang mereka buat. Tidak menutup kemungkinan seseorang kemudian mengubah keputusan yang tadinya menolak jadi menerima inovasi setelah melakukan evaluasi.

12 Kategori pengadopsi Rogers dan sejumlah ilmuwan komunikasi lainnya mengidentifikasi 5 kategori pengguna inovasi : Inovator: Adalah kelompok orang yang berani dan siap untuk mencoba hal-hal baru. Pengguna awal: Kelompok ini lebih lokal dibanding kelompok inovator. Kategori adopter seperti ini menghasilkan lebih banyak opini dibanding kategori lainnya, serta selalu mencari informasi tentang inovasi.

13 Mayoritas awal: Kategori pengadopsi seperti ini merupakan mereka yang tidak mau menjadi kelompok pertama yang mengadopsi sebuah inovasi. Sebaliknya, mereka akan dengan berkompromi secara hati-hati sebelum membuat keputusan dalam mengadopsi inovasi, bahkan bisa dalam kurun waktu yang lama.

14 Mayoritas akhir: Kelompok ini lebih berhati-hati mengenai fungsi sebuah inovasi. Mereka menunggu hingga kebanyakan orang telah mencoba dan mengadopsi inovasi sebelum mereka mengambil keputusan. Terkadang, tekanan dari kelompoknya bisa memotivasi mereka. Laggard: Kelompok ini merupakan orang yang terakhir melakukan adopsi inovasi. Mereka bersifat lebih tradisional, dan segan untuk mencoba hal hal baru. Kelompok ini biasanya lebih suka bergaul dengan orang-orang yang memiliki pemikiran sama dengan mereka

15 Severin & Tankard. (2001). Communication Theories. USA : Addison Wesley Longman,Inc.

16 Social Learning Theory
(Teori Belajar Secara Sosial)

17 Teori ini mengaji proses belajar melalui media massa sebagai tandingan atau perluasan terhadap teori belajar perilaku secara tradisional (behavioristik). Teori belajar tradisional mengatakan bahwa belajar terjadi dengan cara menunjukan response (tanggapan) dan mengalami efek-efek yang timbul. Penentu utama dalam belajar adalah peneguhan (reinforcement), dimana tanggapan akan diulangi jika organisme mendapat reward dan tanggapan tidak akan diulangi jika organisme mendapat hukuman (punishment).  Perilaku diatur secara eksternal oleh kondisi stimulus yang ditimbulkan oleh kondisi-kondisi peneguhan.

18 Kritik Terhadap Teori Belajar Tradisonal
Teori belajar ini merendahkan manusia menjadi robot yang totaly dikontrol oleh lingkungan. Teori ini tidak mengganggap adanya kemungkinan pengaruh motif dan kognisi dari organisme terhadap belajar karena prosesnya yang tidak dapat diatasi secara langsung. Jadi belajar merupakan proses yang mekanistik. 2. Behaviorisme radikal hanya dapat menerangkan sebagian kecil dari perilaku manusia. Teori ini menyatakan belajar dapat dengan “coba dan salah” mengenai pengalaman langsung, banyak perilaku yang kita pelajari dan tidak dapat dipertangungjawabkan.

19 Teori Belajar Sosial Disampaikan oleh Albert Bandura (1986)
Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip – prinsip teori – teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat – isyarat perubahan perilaku, dan pada proses – proses mental internal. Permulaan dari proses belajar adalah peristiwa yang bisa diamati baik secara langsung atau tidak langsung. Bisa dari kegiatan yang terjadi secara nyata ataupun dari media massa Bandura juga mengatakan bahwa social learning theory menganggap media massa sebagai agen sosialisasi yang utama di samping keluarga, guru, dan sahabat.

20 2 jenis pembelajaran melalui pengamatan
Pertama. Pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain. Contohnya : seorang pelajar melihat temannya dipuji dan ditegur oleh gurunya karena perbuatannya, maka ia kemudian meniru yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya. 2. Kedua, pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku model meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan positif atau penguatan negatif. Saat mengamati, pengamat memperhatikan model saat melalukan sesuatu yang ingin pengamat kuasai dan membuat pengamat berharap mendapat pujian atau pengamat bila menguasainya. Model tidak harus secara langsung namun bisa juga visualisasi. Contohnya : melihat cara orang barat makan di TV rapi dan kita tertarik kemudian belajar table manner agar dilihat rapi oleh orang lain dan berharap di puji meskipun di TV kita tidak melihat orang barat yang makannya rapi itu dipuji oleh temannya.

21 Tahapan Teori Belajar Sosial
Attentional Process (proses atensi atau perhatian) Retention Process (proses retensi) Motivasional Process (proses motivasional) Motor Reproduction Process (proses reproduksi motor)

22 Attentional Process (proses atensi atau perhatian)
kita tidak dapat belajar sesuatu jika kita tidak menaruh perhatian terhadap hal tersebut dan pelan- pelan mencerna hal-hal penting yang ada di dalamnya. Perhatian terhadap suatu peristiwa ditentukan oleh karateristik dari peristiwa tersebut dan karateristik pengamat. Contoh : kemampuan mengolah informasi, umur, taraf emosional, dll. Retention Process (proses retensi) Peristiwa yang menarik tersebut dimasukkan kedalam benak dalam bentuk lambang secara verbal atau imaginal sehingga menjadi ingatan (memory).

23 Motor Reproduction Process (proses reproduksi motor)
Hasil ingatan tersebut menjadi bentuk perilaku. Kemampuan kognitif dan motorik berperan penting Reproduksi yang seksama biasanya “trial and eror (coba dan salah)” dimana umpan balik ikut mempengaruhi Motivasional Process (proses motivasional) Perilaku akan berwujud jika mendapat nilai peneguhan. Peneguhan dapat berupa ganjaran eksternal maupun internal. Contohnya : kepuasan. Contoh tahapan : orang pacaran...

24 source Effendy, Onong Uchjana Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti. belajar-sosial-albert-bandura/

25


Download ppt "Diffusion Theory & Social Learning Theory"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google