Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
اْلأُخُوَّةُ AL-UKHUWAH
2
يَقُوْلُ اْلإِمَامُ: «وَأُرِيْدُ بِاْلأُخُوَّةِ: أَنْ تَرْتَبِطَ الْقُلُوْبُ وَاْلأَرْوَاحُ بِرِبَاطِ الْعَقِيْدَةِ، وَالْعَقِيْـدَةُ أَوْثَقُ الرَّوَابِطِ وَأَغْـلاَهَا، وَاْلأُخُوَّةُ أُخْتُ اْلإِيْمَانِ، وَالتَّفَـرُّقُ أَخُو اُلكُفْرِ، وَأَوَّلُ الْقُـوَّةِ: قُـوَّةُ الْوَحْـــدَةِ، وَلاَ وَحْدَةَ بِغَيْرِ حُبٍّ، وَأَقَلُّ الْحُبِّ: سَلاَمَةُ الصَّدْرِ، وَأَعْلاَهُ: مَرْتَبَةُ الْإِيْثَـارِ،
3
Imam Asy-Syahid berkata, "Yang saya maksud dengan al-ukhuwah adalah bahwa hendaknya berbagai hati dan ruh berpadu dengan ikatan akidah. Akidah adalah ikatan yang paling kokoh dan paling mahal. Ukhuwah merupakan saudara keimanan sedang perpecahan adalah saudara kekufuran. Kekuatan yang pertama adalah persatuan, tiada persatuan tanpa cinta kasih, sedangkan cinta kasih yang paling lemah adalah lapang dada dan puncaknya adalah ‘itsar’ (mengutamakan orang lain dari dirinya sendiri). “
4
نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ﴾ الحشر:9
﴿وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ﴾ الحشر:9 Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Al-Hasyr: 9)
5
وَاْلأَخُ الصَّادِقُ يَرَى إِخْوَانَهُ أَوْلَى بِنَفْسِهِ مِنْ نَفْسِهِ؛ لأَنَّهُ إِنْ لمَ ْيَكُنْ بِهِمْ، فَلَنْ يَكُوْنَ بِغَيْرِهِمْ، وَهُمْ إِنْ لمَ ْ يَكُوْنُوْا بِهِ كَانُوْا بِغَيْرِهِ. Aktivis yang tulus beranggapan, bahwa saudara- saudaranya lebih berhak terhadap dirinya daripada dirinya sendiri. Karena bila ia tidak bersama mereka, maka ia tidak dapat bersama selain mereka. Sementara mereka, bila tidak bersamanya, maka akan bersama yang lain.
6
(وَإِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ مِنَ الْغَنَمِ الْقَاصِيَة)
Sesungguhnya serigala akan memangsa kambing yang terpisah dari rombongannya.” “ وَالْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ، يَشُدُّ بَعْضُهُ بعضًا) “Seorang mukmin dengan mukmin lainnya ibarat sebuah bangunan, sebagiannya menguatkan sebagian yang lain.”
7
وَهَكَذَا يَجِبُ أَنْ نَكُوْنَ.».
﴿وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ﴾ التوبة:71 Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain.” (At-Taubah: 71) وَهَكَذَا يَجِبُ أَنْ نَكُوْنَ.». Dan seperti inilah seharusnya kita.
8
مَعْنَى اْلأُخُوَّةِ Pengertian Ukhuwah
اْلأُخُوَّةُ مِنْحَةٌ مِنَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، يُعْطِيْهَا اللهُ لِلْمُخْلِصِيْنَ مِنْ عِبَادِهِ وَاْلأَصْفِيَاءِ وَاْلأَتْقِيَاءِ مِنْ أَوْلِيَائِهِ وَجُنْدِهِ وَحِزْبِهِ. Ukhuwah itu karunia Allah swt yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang ikhlas, bersih, dan bertakwa dari kalangan para wali-Nya, tentara-Nya, dan partai-Nya.
9
قَالَ اللهُ تَعَالَى: ﴿هُوَ الَّذِيْ أَيَّدَكَ بِنَصْرِهِ وَبِالْمُؤْمِنِيْنَ، وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي اْلأَرْضِ جَمِيْعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَلَكِنَّ اللهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ﴾ Allah swt berfirman, "Dia-lah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan orang-orang mukmin, dan yang mempersatukan hati mereka (orang- orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Al Anfal:62- 63).
10
وَهِيَ قُوَّةٌ إِيْمَانِيَّةٌ تُوْرِثُ شُعُوْرًا عَمِيْقًا بِعَاطِفَةٍ صَادِقَةٍ وَمَحَبَّةٍ وَوُدٍّ وَاحْتِرَامٍ، وَثِقَةٍ مُتَبَادِلَةٍ، مَعَ كُلِّ مَنْ تَرَبَّطْنَا بِهِمْ عَقِيْدَةَ التَّوْحِيْدِ وَمَنْهَجَ اْلإِسْلاَمِ الْخَالِدِ Ukhuwah adalah kekuatan iman yang menumbuhkan perasaan simpati, emosi yang tulus, kecintaan, kasih sayang, penghormatan, dan saling percaya antar orang-orang yang terikat dengan akidah tauhid dan manhaj Islam yang abadi.
11
يَتْبَعُهَا وَيَسْتَلْزِمُهَا، تَعَاوُنٌ وَإِيْثَارٌ وَرَحْمَةٌ وَعَفْوٌ وَتَسَامُحٌ، وَتَكَافُلٌ وَتَآزُرٌ وَهِيَ مُلاَزَمَةٌ لِْلإِيْمَانِ Perasaan itu dapat menumbuhkan sikap saling tolong-menolong, mengutamakan orang lain (itsar), mengasihi, memaafkan, toleransi, saling menanggung, dan saling mengokohkan, semua itu merupakan konsekuensi logis dari keimanan,
12
: إِذْ لاَ أُخُوَّةَ بِدُوْنِ إِيْمَانٍ، وَلاَ إِيْمَانًا كَامِلاً بَدُوْنِ أُخُوَّةٍ، كَمَا أَنَّهُ لاَ صَدَاقَةَ بَلاَ تَقْوَى، وَلاَ تَقْوَى مِنْ غَيْرِ صَدَاقَةٍ، فَأَمَّا أَنَّهُ لاَ أُخُوَّةَ بِغَيْرِ إِيْمَانٍ لِقَوْلِهِ تَعَالَى: ﴿إِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ إِخْوَةٌ﴾ sebab tiada ukhuwah tanpa keimanan dan tiada keimanan yang sempurna tanpa ukhuwah, sebagaimana tiada persahabatan sejati tanpa ketakwaan dan tiada takwa tanpa persabatan. Dalil bagi pernyataan, tiada ukhuwah tanpa keimanan adalah firman Allah swt, "Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara" (Al-Hujurat: 10).
13
وَأَمَّا أَنَّهُ لاَ صَدَاقَةَ بِغَيْرِ تَقْوَى:
فَلِقَوْلِهِ تَعَالَى: ﴿اْلأَخِلاَّءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلاَّ الْمُتَّقِيْنَ﴾ Adapun dalil bagi pernyataan, tiada persahabatan sejati tanpa ketakwaan, adalah firman Allah swt, "Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa." (Az- Zuhruf: 67).
14
لاَ يَذُوْقُ حَلاَوَةَ اْلإِيْمَانِ إِلاَّ مَنْ أَشْرَبَ هَذِهِ اْلأُخُوَّةَ رَوَى الشَّيْخَانِ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ: «ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ اْلإِيْمَانِ، أَنْ يَكُوْنَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ ِللهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَن يَعُوْدَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ»
15
Tiada yang dapat merasakan lezatnya keimanan kecuali orang yang telah meneguk manisnya ukhuwah Islamiyah. Bukhari dan Muslim meriwayatkan, sesungguhnya Nabi saw bersabda, "Tiga hal; siapa yang memilikinya maka akan merasakan lezatnya keimanan, yaitu mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi kecintaan kepada selain keduanya, tiada mencintai seseorang kecuali karena Allah, benci kembali kepada kekufuran setelah Allah selamatkan darinya, sebagaim ana ia bend dilemparkan ke dalam (api) neraka." (Fathul Bari: 1/7. Nomor Hadits: 16).
16
مَنْزِلَةُ رُكْنِ اْلأُخُوَّةِ: Kedudukan rukun ukhuwah
صُوْرَةٌ جَمِيْلَةٌ يَرْسُمُهَا الْقُرْآنُ لِلْوَاقِعِ الْفَرِيْدِ لِهَذِهِ اْلأُمَّةِ فَيَقُوْلُ: ﴿مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ وَالَّذِيْنَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُوْنَ فَضْلاً مِنَ اللهِ وَرِضْوَانًا سِيْمَاهُمْ فِيْ وُجُوْهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُوْدِ﴾ Al-Quranul Karim telah mengetengahkan sebuah gambaran indah dan unik tentang realitas umat Islam. Allah swt berfirman, "Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan- Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud." (Al-Fath: 29).
17
إِنَّ الْقُرْآنَ حِيْنَ وَضَعَ بَيْنَ دِفَّتَيْهِ هَذِهِ الصُّوْرَةَ، إِنَّمَا يُخْبِرُنَا بِتَكْرِيْمِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، فَهُمْ: ﴿أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ﴾. Al-Qur’an mencantumkan gambaran indah ini di antara lembaran-lembaran mushafnya, untuk mengabarkan kepada kita tentang kemuliaan yang dianugerahkan oleh Allah swt. Mereka adalah orang-orang yang "Keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang dengan sesama mereka."
18
أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ وَلَوْ كَانَ فِيْهِمُ اْلآبَاءُ وَالْقَرَابَةُ وَاْلأَبْنَاءُ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ، وَهَذِهِ اْلأُخُوَّةُ فِي الدِّيْنِ، فَهُنَا يَبْرُزُ الشِّدَّةُ ِللهِ، وَالرَّحْمَةُ ِللهِ. Mereka bersikap keras terhadap orang-orang kafir, meskipun mereka adalah ayah-ayah, kerabat, anak-anak mereka, dan mereka berkasih sayang dengan sesama orang-orang beriman. Inilah ukhuwah karena agama. Dalam ukhuwah ini, sikap keras atau kasih sayang didasarkan karena (mencari ridha) Allah.
19
عَنْ أَبِيْ مَالِكٍ اْلأَشْعَرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ: إِنَّ مِنْ عِبَادِ اللهِ َلأُنَاسًا مَا هُمْ بِأَنْبِيَاءَ وَلاَ شُهَدَاءَ، يَغِيْظُهُمُ اْلأَنْبِيَاءُ وَالشُّهَدَاءُ بِمَكَانَتِهِمْ مِنَ اللهِ، قَالُوْا يَا رَسُوْلَ اللهِ تُخْبِرْنَا مَنْ هُمْ؟ قَالَ هُمْ قَوْمٌ تَحَابُّوْا بِرُوْحِ اللهِ عَلَى غَيْرِ أَرْحَامٍ بَيْنَهُمْ، وَلاَ أَمْوَالٍ يَتَعَاطَوْنَهَا، فَوَ اللهِ إِنَّ وُجُوْهَهُمْ لَنُوْرٌ، وَإِنَّهُمْ لَعَلَى نُوْرٍ لاَ يَخَافُوْنَ إِذَا خَافَ النَّاسُ وَلاَ يَحْزَنُوْنَ إِذَا حَزِنُوْا ثُمَّ قَرَأَ: ﴿أَلاَ إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُوْنَ﴾
20
Dari Abu Malik Al-Asy'ari ra ia berkata, Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya di kalangan hamba-hamba Allah ada beberapa orang yang bukan para nabi dan bukan syuhada, tetapi para nabi dan syuhada menginginkan kedudukan yang diberikan oleh Allah kepada mereka." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, kabarkanlah kepada kami, siapakah mereka itu?" Rasulullah saw bersabda, "Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah, bukan karena hubungan kekerabatan di antara mereka, juga bukan karena harta yang saling mereka berikan. Demi Allah, wajah-wajah mereka adalah (seperti) cahaya dan mereka berada di atas cahaya. Mereka tidak merasa takut tatkala manusia ketakutan dan tidak bersedih hati tatkala manusia bersedih hati. Kemudian Rasulullah saw membaca (ayat), "Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (Yunus: 62)" (HR. Ahmad: 5/343).
21
وَمِنْ مَنَازِلِ هَذَا الرُّكْنِ: اَلْمَحَبَّةُ اْلإِلَهِيَّةُ.
Di antara kedudukan rukun ukhuwah ini, adalah 'kecintaan ilahi'.
22
رَوَى اْلإِمَامُ مَالِكٌ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَجَبَتْ مَحَبَّتِيْ لِلْمُتَحَابِّيْنَ فِيَّ وَالْمُتَجَالِسِيْنَ فِيَّ، وَالْمُتَزَاوِرِيْنَ فِيَّ، وَالْمُتَبَاذِلِيْنَ فِيَّ. Imam Malik meriwayatkan, sesungguhnya Nabi saw bersabda, Allah swt berfirman, "Kecintaan-Ku akan didapat oleh orang-orang yang saling mencintai dan saling (menemani) duduk karena Aku, saling berkunjung karena Aku, serta saling memberi karena Aku." (Al Muwatha': 2/954. Kitabusy Syi'ri. Bab: Ma ja-a fil Mutahabbina Fillah).
23
وَرَوَى مُسْلِمٌ عَنْهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِِ وَ سَلَّمَ: أَنَّ رَجُلاً زَارَ أَخًا لَهُ فِيْ قَرْيَةٍ أُخْرَى، فَأَرْصَدَ اللهُ تَعَالَى عَلَى مَدْرَجَتِهِ - أَيْ طَرِيْقِهِ - مَلَكًا، فَلَمَّا أَتَى عَلَيْهِ قَالَ:أَيْنَ تُرِيْدُ؟ قَالَ: أُرِيْدُ أَخًا لِيْ فِيْ هَذِهِ الْقَرْيَةِ؟ قَالَ: هَلْ لَكَ عَلَيْهِ مِنْ نِعْمَةٍ تَرَبَّهَا عَلَيْهِ - أَيْ تَقُوْمُ بِهَا وَتَسْعَى فِيْ صَلاَحِهَا - قَالَ: لاَ، غَيْرَ أَنِّيْ أَحْبَبْتُهُ فِي اللهِ تَعَالَى، قَالَ الْمَلَكُ: فَإِنِّيْ رَسُوْلُ اللهِ إِلَيْكَ، بِأَنَّ اللهَ قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا أَحْبَبْتَهُ فِيْهِ»
24
Muslim meriwayatkan dari Rasulullah saw bahwa seseorang berkunjung kepada saudaranya di kampung lain, lantas Allah mengutus malaikat untuk menghadang perjalanannya. Maka malaikat bertanya saat bertemu dengan orang tersebut, "Hendak kemanakah anda?" Orang itu menjawab, "Saya mau ke (tempat) seorang saudaraku di kampung ini." Malaikat bertanya, "Apakah ada kenikmatan yang ingin kamu dapatkan darinya?" la menjawab, "Tidak, (aku berkunjung kepadanya karena) aku mencintainya karena Allah swt." Malaikat berkata, "Sesungguhnya aku ini utusan Allah kepadamu (untuk mengabarkan), bahwa sesungguhnya Allah mencintaimu karena kamu mencintai saudaramu karena-Nya." (HR. Muslim: 4/1988. Nomor Hadits: 2567).
25
وَلَقَدْ تَمَيَّزَتْ جَمَاعَةُ اْلإِخْوَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَنْ غَيْرِهَا بِاْلأُخُوَّةِ الصَّادِقَةِ فِي اللهِ، إِلَى حَدٍّ إِنْ لَمْ يَكُنْ إِيْثَارًا فَهُوَ أَقْرَبُ شَيْءٍ إِلَى اْلإِيْثَارِ فِعْلاً وَوَاقِعًا، وَلَعَلَّ هَذَا فِيْ فَهْمِ اْلأُخُوَّةِ فِي اللهِ، هُوَ مِنْ أَهَمِّ اْلأَسْبَابِ الَّتِيْ عَمِلَتْ عَلَى الصُّمُوْدِ فِيْ وَجْهٍ أَعْتَى الْمِحَنَ الَّتِيْ نَزَلَتْ بِهَا، وَلَعَلَّ الْفَهْمَ الْمُتَبادِلَ وَالْكَامِلَ لِْلأُخُوَّةِ فِي اللهِ هُوَ مِنْ أَسْبَابِ قُوَّةِ الْجَمَاعَةِ الَّتِيْ ظَنَّ الْبَعْضُ أَنَّهُ يَسْتَطِيْعُ أَنْ يُوْهِنَهَا أَوْ يَنَالَ مِنْهَا. فَتَحَطَّمَتْ رُؤُوْسٌ وَبَقِيَتِ اْلأُخُوَّةُ فِي اللهِ تَجْمَعُ هَذَا الصَّفَّ عَلَى مَا هُوَ عَلَيْهِ شُمُوْخًا وَشِدَّةً وَرُسُوْخًا،
26
Di antara keistimewaan yang membedakan jamaah Ikhwanul Muslimin dengan jamaah-jamaah lainnya adalah ukhuwah yang tulus karena Allah swt meskipun ukhuwah ini tidak sampai pada tingkat itsar, tetapi telah betul-betul mendekati itsar. Pemahaman ukhuwah seperti inilah yang menjadi salah satu faktor penyebab keteguhan serta kekokohan mereka dalam menghadapi ujian paling berat yang menimpa mereka. Pemahaman yang utuh dan interaktif tentang ukhuwah Islamiyah inilah yang menjadi penyebab kuatnya jamaah. Di mana sebagian orang menyangka bahwa mereka mampu melemahkannya, atau mengganggunya, maka binasalah kepala mereka, namun ukhuwah karena Allah tetap eksis dan menghimpun barisan ini sebagaimana mestinya, yaitu tetap gagah, kuat, dan kokoh.
27
قَدْ تَخْتَلِفُ اْلآرَاءُ، وَقَدْ تَتَّسِعُ قُوَّةُ الْخِلاَفِ، لَكِنَّ اْلأُخُوَّةَ لاَ يَشُوْبُ صَفَاءَهَا شَائِبَةٌ وَلاَ كَدَرٌ، وَقَدْ يَأْتِي الشَّيْطَانُ يُوَسْوِسُ، لأَنَّ الشَّيْطَانَ يَغِيْظُ اجْتِمَاعَ الْكَلِمَةِ فَيُحَاوِلُ أَنْ يَنْزِغَ وَيُفَرِّقَ، وَاللهُ يُحَذِّرُنَا مِنْ ذَلِكَ فَيَقُوْلُ: ﴿وَقُلْ لِعِبَادِيْ يَقُوْلُوْا الَّتِيْ هِىَ أَحْسَنُ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْزِغُ بَيْنَهُمْ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِْلإِنْسَانِ عَدُوًّا مُبِيْنًا﴾
28
Boleh jadi pendapat berbeda-beda dan boleh jadi perbedaan itu semakin meluas, namun kemurnian ukhuwah tidak terkotori atau terkeruhkan olehnya. Boleh jadi syaitan datang untuk menebarkan kebencian, sebab syaitan tidak suka kalau terjadi kesatuan kata di antara kaum muslimin, maka syaitan berusaha mengganggu dan memecah belah persatuan tersebut. Akan tetapi, Allah swt memberikan peringatan kepada kita dengan firman-Nya, "Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, 'Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sebab sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia." (Al Isra': 52).
29
وَلَقَدْ بَيَّنَ اْلإِمَامُ مَرَاتِبَ اْلأُخُوَّةِ فَقَالَ: إِنَّ أَدْنَى مَرَاتِبِهَا سَلاَمَةُ الصَّدْرِ وَأَعْلاَهَا اْلإِيْثَارُ، فَاحْرِصْ عَلَى سَلاَمَةِ صَدْرِكَ نَحْوَ إِخْوَانِكَ، وَجَاهِدْ نَفْسَكَ لِتَصِلَ وَمَنْ مَعَكَ إِلَى مَرْتَبَةِ اْلإِيْثَارِ، وَالتَّفْرِيْطُ فِيْ هَذَا الرُّكْنِ أَوِ النَّكْثُ فِيْهِ كَالنَّكْثِ فِيْ رُكْنِ الْجِهَادِ يُؤَدِّيْ إِلَى أَوْخَمِ الْعَوَاقِبِ، فَلَوْ هَبَطَ اْلأَفْرَادُ عَنْ أَدْنَى مَرَاتِبِ اْلأُخُوَّةِ فَسَتَبْدَأُ الْفُرْقَةُ، وَيَسُوْدُ التَّنَازُعُ، وَهُوَ يُؤَدِّيْ إِلَى الْهَزِيْمَةِ:
30
Imam Asy-Syahid telah menjelaskan tingkatan- tingkatan ukhuwah, ia berkata, "Tingkatan ukhuwah yang paling rendah adalah bersihnya hati dari buruk sangka dan yang tertinggi adalah mengutamakan orang lain. Karena itu berupayalah untuk membersihkan hatimu dari berbagai perasangka buruk dan perasaan tidak enak terhadap saudaramu, dan berjihadlah terhadap jiwamu untuk mencapai tingkatan itsar.
31
Sebab kelengahan atau pelanggaran pada rukun (ukhuwah) ini sama dengan kelengahan atau pelanggaran pada rukun jihad, yakni dapat mengantarkan pada akibat yang sangat buruk. Andai setiap anggota mengalami penurunan dari tingkatan ukhuwah yang paling rendah (yaitu salamatush shadr), maka perpecahan akan muncul dan pertentangan akan semakin meluas. Kedua hal ini dapat mengantarkan jamaah pada kekalahan dan kehancuran.
32
وَلاَ تَنَازَعُوْا فَتَفْشَلُوْا وَتَذْهَبَ رِيْحُكُمْ..﴾
Allah swt berfirman, "Dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu..." (Al Anfal: 46).
33
وَمَا أَصْدَقَ كَلِمَاتُ اْلإِمَامِ مُوَجِّهًا اْلإِخْوَانَ: «تَحَابُّوْا فِيْمَا بَيْنَكُمْ وَاحْرَصُوْا كُلَّ الْحِرْصِ عَلَى رَابِطَتِكُمْ، فَهِيَ سِرُّ قُوَّتِكُمْ، وَعِمَادُ نَجَاحِكُمْ، وَاثْبُتُوْا حَتَّى يَفْتَحِ اللهُ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ قَوْمِكُمْ بِالْحَقِّ وَهُوَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ»
34
Sungguh indah dan tulus kata-kata yang diucapkan oleh Imam Asy-Syahid kepada para anggota Ikhwan, "Hendaklah kalian saling mencintai dengan sesama. Hendaklah kalian sangat peduli pada ikatanmu, sebab dialah rahasia kekuatan dan keberhasilanmu. Dan tetaplah tegar sehingga Allah memberikan keputusan dengan haq antara kalian dan kaummu. Dia adalah sebaik-baik pemberi keputusan." (Bainal Amsi Wal Yaum, hal. 111).
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.