Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Pendahuluan Bab ini membahas perkembangan kongnitif siswa dengan pendidikan ilmu – ilmu sosial Pertanyaan utama pada bab ini adalah apakah kemampuan berfikir.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Pendahuluan Bab ini membahas perkembangan kongnitif siswa dengan pendidikan ilmu – ilmu sosial Pertanyaan utama pada bab ini adalah apakah kemampuan berfikir."— Transcript presentasi:

1 Pendahuluan Bab ini membahas perkembangan kongnitif siswa dengan pendidikan ilmu – ilmu sosial Pertanyaan utama pada bab ini adalah apakah kemampuan berfikir & emosi siswa sudah siap untuk di ajak berfikir keilmuan

2 Pendahuluan Untuk menjawab pertanyaan di atas bisa mengunakan dua teori psikologi perkembangan Pertama adalah mengunakan teori perkembangan Piaget Kedua adalah mengunakan teori perkembangan Bruner Kedua teori ini berhubungan dengan perkembangan kongnitif karena dalam ranah keilmuan , persoalan utama adalah dalam ranah kongnitif

3 BERFIKIR ABSTRAK DALAM ILMU-ILMU SOSIAL
Setiap disiplin ilmu selalu berhubungan dengan kemampuan berfikir abstrak. Kemampuan berfikir abstrak tersebut merupakan sesuatu yang tak dapat dielakan. Dalam kajian disiplin ilmu-ilmu sosial selalu berhubungan dengan kehidupan sosial manusia. Kehidupan sosial adalah kehidupan yang berada jauh lebih tinggi dari kehidupan biotik untuk hewan dan tumbuhan. Kehidupan sosial manusia tidak mungkin terlepas dari kemampuan anggota masyarakat dalam berfikir abstrak. Kemampuan berfikir abstrak dalam belajar disiplin ilmu-ilmu sosial adalah suatu persyaratan yang mutlak harus dimilki siswa. Tanpa kemampuan berfikir abstrak maka siswa hanya akan belajar sesuatu yang bersifat permukaan dari apa yang dihasikan disiplin ilmu-ilmu sosial. BERFIKIR ABSTRAK DALAM ILMU-ILMU SOSIAL

4 Secara sederhana proses berfikir abstrak dalam displin ilmu-ilmu sosial dapat terlihat bahwa seseorang yang belajar ilmu-ilmu sosial mengamati kegiatan-kegiatan yang dilakukan masyarakat. Dari apa yang dilakukan masyarakat tersebut dikumpulkan data (informasi). Kemampuan berfikir abstrak yang lebih tinggi ditutut dalam merumuskan generalisasi dan teori. Secara sederhana genereasi dikembang dari konsep-konsep. Keterhubungan antara satu konsep dengan konsep lainnya teruji berdasarkan data lapangan yang dikumpulkan. Dalam merumuskan generalisasi menjadi konsep diperlukan kemampuan berfikir menterjemahkan sesuatu yang umum menjadi sesuatu yang khusus dan ini yang dinamakan dengan proses “berfikir deduktif”.

5 Persoalan lain yang juga memerlukan kemampuan berfikir abstrak adalah apa yang dinamakan kausalita. Kausalita digunakan pada saat suatu hipotesis dirumuskan. Seserang yang belajar mengenai ilmu-ilmu sosial tidak mungkin dapat memahami apalagi menerapkan dan menganalisis konsep, generalisasi, teori ilmu-ilmu sosial yang dipelajari. Sesuatu yang abstrak baru dapat dipahami dengan baik melalui kemampuan berfikir abstrak pula. Jika sesuatu yang abstrak diturunkan tingkat abstraksinya sehingga menjadi sesuatu yang kongkret maka ia akan kehilangan makna.

6 Proses Perubahan Skema
Teori Piaget Teori piaget menyatakan proses terjadi apabila terjadi proses pengolahan data yang aktif di pihak yang belajar. Sehingga seseorang baru dapat dikatakan belajar kalau skemanya berkembang jadi pendidikan baru bermakna kalau skema siswa ke arah yang lebih maju. Dalam proses perubahan skema terjadi proses awal bekenaan dengan apa yang disebut : Asimilasi, proses penyesuaian informasi yang akan diterima sehingga menjadi sesuatu yang dikenal oleh siswa. Menyebabkan apa yang akan dipelajari mudah dicerna oleh siswa Proses Perubahan Skema Akomodasi, informasi yang baru diterima tadi menjadi bagian yang utuh dari skema yang lama maka skema lama berkembang menjadi suatu skema baru yang siap sebagai dasar baru untuk menerima informasi baru.

7 Teori Piaget Tingkat Perkembangan
Perkembangan skema dipengaruhi antara lain oleh kematangan bio-psikologis seseorang. Maka secara umum dapat sikatakan bahwa orang akan melalui tingkatan – tingkatan perkembangan tertentu. Tingkat Sensorimotor (0 – 18 bulan), seseorang anak mulai mengembangkan kesadaran akan dunia diluar dirinya dan mulai mengadakan verbal. Tingkatan Konkret (18 bulan – 6 tahun), mulai terjadi perkembangan skema kognitif yang lebih jelas. Daya ingat seseorang sudah semakin kuat. Tingkat Perkembangan Tingakat Operasi Konkret (7-12 tahun), mereka mulai mengembangkan kemampuan berpikir beraneka. Dalam tingkatan ini struktur kognitif siswa sudah relatif stabil.

8 TEORI BRUNER Menurut Bruner ada tiga tahapan berpikir yang dialami oleh seseorang, yaitu: enactive, iconic, dan simbolic(Good dan Brophy,1977;Bruner,1980). Adapun penjelasan tahapan berpikir menurut teori Bruner, diantaranya Pada tahapan Enactive ini terjadi pada masa kanak-kanak sehingga apa yang dipelajari, dikenal, ataupun diketahui hanya sebatas dalam ingatan. Jadi didalam tahapan ini seorang anak berpikirnya masih terbatas pada ruang, waktu, dan informasi yang diterimanya sebagaimana adanya. Pada tahap iconic anak sudah dapat mengembangkan kemampuan berpikir lebih jauh, karena mereka sudah dapat menggali informasi yang lebih jauh dari apa yang tertera dalam tulisan atau informasi yang diberikan. Sehingga kemamppuan berpikir logisnya sudah dapat mereka lakukan walaupun harus dikatakan bahwa tingkat abstraksi konsep masih sangat rendah. Pada tahapan symbolic anak sudah mampu berpikir abstrak. Artinya, kondisi semacam ini terjadi ketika anak berusia remaja (usia SMP dan diatasnya), anak sudah mampu diajak berpikir analisis, sintesis maupun evaluatif pada tingkat abstrasi yang sama seperti yang dikemukakan Piaget dalam jenjang operasi formal.

9 Selanjutnya, Bruner (1960:23-26) mengatakan bahwa ada 4 keuntungan pengajaran disiplin ilmu. Keempat keuntungan tersebut ialah: Pemahaman terhadap struktur keilmuan akan menyebabkan bahan pelajaran menjadi semakin komprehensif. Penguasaan struktur suatu disiplin ilmu akan menyederhanakan cara menyimpan dan menggunakan ingatan (memory). Penguasaan struktur disiplin ilmu merupakan jembatan bagi terciptanya transfer of training. Dengan mempelajari struktur disiplin ilmu secara tetap, maka siswa memiliki kesempatan untuk mengembangkan ketajamannya dalam hal analisis sehingga mereka dapat merasakan perbedaan yang sifatnya tipis tapi prinsipil anatara “ pengetahuan dasar” dengan “ pengetahuan yang lebih maju”.

10 Kesimpulan Bruner jelas tergambar bahwa Bruner merupakan seorang penganut esensialis dalam pendidikan. Meskipun demikian harus disadari bahwa posisi itu di anut oleh Bruner bukan berdasarkan keyakinan normatif semata namun di dasarkan ataspemikiran kemampuan anak didik untuk menerima pendidikan suatu disiplin ilmu, jadi setiap pandangan yang dikemukakan oleh Bruner dapat dijadikan dasar yang kuat untuk mengembangkan suatu kegiatan pendidikan terkecuali apabila ada pertimbangan kependidikan lainnya yang dapat mengabaikan apa yang dikemukakan Bruner. Adapun hasil penelitian yang dilakukan Raudanbush, Rowan, dan Yuk (1993) mendukung pendapat Bruner tersebut.


Download ppt "Pendahuluan Bab ini membahas perkembangan kongnitif siswa dengan pendidikan ilmu – ilmu sosial Pertanyaan utama pada bab ini adalah apakah kemampuan berfikir."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google