Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Ikhlas dan Pengaruhnya dalam Amal

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Ikhlas dan Pengaruhnya dalam Amal"— Transcript presentasi:

1 Ikhlas dan Pengaruhnya dalam Amal

2 Menjelaskan pengertian hijrah.
Menjelaskan hubungan sabda, “Faman kanat hijratuhu….” Dan sabda sebelumnya, “Innama al-amalu binniyat…” Menjelaskan sebab munculnya hadits Menjelaskan bahwa diterima dan ditolaknya amal ditentukan oleh niat.

3 Menjelaskan jenis perbuatan yang bukan karena Allah dan rusaknya amal seorang mukmin
Menjelaskan maksud dari niat dengan pengertian yang disebutkan fuqaha, para ulama fiqih Menjelaskan pendapat para ulama tentang orang yang bersumpah dengan niat atau tidak dengan niat Menjelaskan hukum melafalkan niat dalam ibadah Mengambil intisari nilai-nilai dan hakikat tarbawiyah dari hadits

4 يَقُولُ سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ - رضى الله عنه - عَلَى الْمِنْبَرِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يَقُولُ « إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى ، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ »

5 مَنْزِلَةُ الْحَدِيْثِ
Kedudukan Hadits 1 ثلُثُ الدِّيْنِ يَدْخُلُ فِى سَبْعِيْنَ بَاباً مِنَ الْفِقْهِ مِنَ الأَحَادِيْثِ التَّىِ هِىَ أُصُوْلِ الدِّيْنِ مَنْزِلَةُ الْحَدِيْثِ مِنْ أُصُوْلِ السُّنَّةِ مِنْ أَعْمِدَةِ الدِّيْنِ

6 Hadits-hadits Terpenting
1 2 3 4 5 أُصُولُ الْإِسْلَامِ عَلَى ثَلَاثَةِ أَحَادِيثَ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ الْحَلَالُ بَيِّنٌ وَالْحَرَامُ بَيِّنٌ أَرْبَعَةُ أَحَادِيثَ هِيَ مِنْ أُصُولِ الدِّينِ إِنَّ خَلْقَ أَحَدِكُمْ يُجْمَعُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ مَنْ صَنَعَ فِي أَمْرِنَا شَيْئًا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ فَإِذَا مَدَارُ أَرْبَعَةِ آلَافِ حَدِيثٍ عَلَى أَرْبَعَةِ أَحَادِيثَ (رُبُعُ الْعِلْمِ) الْحَلَّالُ بَيِّنٌ وَالْحَرَامُ بَيِّنٌ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا، وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ   4 لَا يَكُونُ الْمُؤْمِنُ مُؤْمِنًا حَتَّى لَا يَرْضَى لِأَخِيهِ إِلَّا مَا يَرْضَى لِنَفْسِهِ الْفِقْهُ يَدُورُ عَلَى خَمْسَةِ أَحَادِيثَ لَا ضَرَرَ وَلَا ضِرَارَ الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ الدِّينُ النَّصِيحَةُ مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوهُ «وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ أُصُولُ السُّنَنِ فِي كُلِّ فَنٍّ أَرْبَعَةُ أَحَادِيثَ ازْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبَّكَ اللَّهُ، وَازْهَدْ فِيمَا فِي أَيْدِي النَّاسِ يُحِبَّكَ النَّاسُ

7 Kedudukan hadits: Kedudukan Hadits 1 sama dengan kedudukan Hadits 6:
Sepertiga agama Masuk ke dalam 70 bab fiqh Termasuk hadits yang menjadi prinsip agama Di antara prinsip sunnah Di antara tiang agama

8

9 Intisari Hadits: makna niyyat : maksud dan keinginan Tujuan niyyat:
membedakan amal antara satu dengan yang lain membedakan tujuan dengan amal Syarat diterima adalah ikhlasunniyyah dan mengikuti syari’ah Penyebab rusaknya amal adalah riya dan bid’ah Macam amal selain karena Allah: Riya murni yang biasa dilakukakan oleh orang kafir Amal karena Allah teapi tercampuri riya sering dilakukan orang mukmin Sumpah tidak dengan niyyat tidak sangsi baginya Hukum melafadzkan niyat dalam ibadah tidak disyaratkan melafadzkan niyyat Hijrah : Makna Hijrah perpindahan Macam hijrah : tempat dan maknawi

10 Niat menurut pendapat para ulama mempunyai dua pengertian
والنِّيَّة فِي كَلاَمِ العُلَمَاءِ تَقَعُ بِمَعْنَيَيْنِ : أَحَدُهُمَا : بِمَعْنَى تَمْيِيْزِ الْعِبَادَاتِ بَعْضِهَا عَنْ بَعْضٍ Pertama, untuk membedakan sebagian ibadah dengan ibadah lainnya,

11 وَالْمَعْنَى الثَّانِي : بِمَعْنَى تَمْيِيْزِ الْمَقْصُوْدِ بِالْعَمَلِ
Kedua, untuk membedakan yang menjadi tujuan amal perbuatan

12 إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
A1-Hafidz Abul Hasan Thahir bin Mufawwiz Al Muafiri A1-Andalusi me­lantunkan syair, “Landasan agama menurut kami Adalah empat kalimat dan sabda manusia terbaik Yaitu jauhilah syubhat, zuhudlah, Tinggalkan apa yang tidak ada manfaatnya bagimu, dan berbuatlah dengan niat”

13 ويحتمل أن يكون التقدير في قوله : " الأعمال بالنيات " الأعمالُ صالحة ، أو فاسدة أو مقبولة ، أو مردودة، أو مثابُ عليها ، أو غير مثاب عليها ؛ بالنيات ، فيكون خبراً عن حكم شرعي ، وهو أنَّ صلاح الأعمال وفسادها بحسب صلاح النيات وفسادها ، كقوله  : " إنما الأعمال بالخواتيم " () أي :إن صلاحها وفسادها وقبولها وعدمه بحسب الخاتمة . () رواه من حديث سهل بن سعد البخاري (6493) و ( 6607).

14 Ada kemungkinan lain bahwa maksud sabda Rasulullah saw, “Seluruh amal perbuatan itu dengan niat,“ ialah bahwa seluruh amal perbuatan itu shalih, atau rusak, atau diterima, atau ditolak, diberi pahala, atau tidak diberi pahala, tergantung dengan niatnya. Jadi hadits tersebut menjelaskan tentang hukum syar’i bahwa baik tidaknya amal perbuatan seseorang itu tergantung kepada baik tidaknya niat amal perbuatan tersebut

15 seperti sabda Rasulullah saw,
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيْم “Sesungguhnya amal perbuatan itu dengan penutup (akhir)“ mak­sudnya, sesungguhnya baik tidaknya amal perbuatan dan diterima tidaknya itu tergantung kepada penutup (akhir) perbuatan tersebut

16 Sebagian ulama membedakan antara kata niat dengan iradat (keinginan)
bahwa niat itu dikhususkan dengan amal perbuatan orang yang meniatkannya, sedang ke­inginan tidak, misalnya seseorang menginginkan Allah mengampuninya dan ia tidak meniatkannya.

17      
Niat seringkali dibahasakan dengan kata iradat (keinginan/ menginginkan) di Al Qur’anTa’ala,       “Di antara kalian ada orang yang menginginkan dunia dan di antara kalian ada orang yang menginginkan akhirat “(Ali Imran: 152).

18 Syarat diterima amal adalah ikhlasunniyyah dan mengikuti syari’ah

19 Beberapa lafazh yang berhubungan dengan niat dalam hadits Nabi
" مَنْ غَزَا فِي سَبِيْلِ الله ، وَلَمْ يَنْوِ إِلاَّ عِقَالاً ، فَلَهُ مَا نَوَى"(). "Barangsiapa berperang di jalan Allah dan tidak meniatkan selain (mendapatkan) tali kekang, ia hanya akan mendapatkan apa yang diniatkan." (HR Ahmad dan Nasa'i) () رواه أحمد 5/315 و 320 ، والنسائي 6/24 . ورواه أيضاً الدارمي 2/208 ، وصححه ابن حبان (4638).

20 Imam Ahmad meriwayatkan hadits dari Ibnu Mas’ud ra dari Nabi saw yang bersabda
" إِنَّ أَكْثَرَ شُهَدَاءَ أُمَّتِي لأَصْحَابِ الفُرشِ ، وَرُبَّ قَتِيْلٍ بَيْنَ الصَّفَّيْنِ الله أَعْلَمُ بِنِيَّتِهِ " (). “Sesungguhnya syuhada’ umatku yang paling banyak ialah yang meninggal di atas tempat tidur, bisa jadi orang terbunuh di antara dua barisan itu Allah lebih tahu tentang niatnya.” (HR Ahmad) () هو في " المسند " 1/397 ، وهو ـ على إرساله ـ فيه ابن لهيعة ، وهو ضعيف .

21 " يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى نِيَّاتِهِمْ " () .
Ibnu Majah meriwayatkan hadits dari Jabir ra dari Nabi saw yang bersabda, " يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى نِيَّاتِهِمْ " () . “Manusia dikumpulkan sesuai dengan niat mereka.” (HR Ibnu Majah) () هو في " سنن ابن ماجه " ( 4230 ) ، وهو مع كون أحد رواته ـ وهو شريك القاضي ـ سيء الحفظ ، صحيح بشواهده ، وصححه الحاكم 2/452.

22 " إنما يُبعثُ النَّاسُ على نِيَّاتِهم " ().
Ibnu Majah juga meriwayatkan hadits dan Abu Hurairah ra dari Nabi saw yang bersabda, " إنما يُبعثُ النَّاسُ على نِيَّاتِهم " (). “Sesungguhnya manusia dibangkitkan sesuai dengan niat mereka.” () هو في " سنن ابن ماجه " ( 4229 ) . ورواه أيضاً أحمد 2/392 ، وحسنه الحافظ المنذري في " الترغيب والترهيب " 1/57.

23 Penyebab rusaknya amal adalah riya dan bid’ah

24                         “Barangsiapa menginginkan kehidupan sekarang (duniawiyah), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami inginkan dan Kami tentukan baginya neraka Jahannam; ia akan mema­sukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan Barangsiapa menginginkan kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik.“ (Al lsra’: 18-19).

25 . Di dalamnya, beliau bersabda,
Muslim meriwayatkan di Shahihnya hadits dari Aisyah ra dari Nabi saw tentang makna hadits di atas . Di dalamnya, beliau bersabda, " يَهْلِكُوْنَ مُهْلِكاً وَاحِداً ، وَيَصْدُرُونَ مَصَادِرَ شَتَّى ، يَبْعَثُهُمُ الله عَلَى نِيَّاتِهِمْ " “Mereka binasa dengan kebinasaan yang sama dan dibangkitkan dari sumber yang berbeda. Allah membangkitkan mereka sesuai dengan niat mereka.”

26 وخرّج الإمام أحمد وابن ماجه من حديث زيد بن ثابت عن النبي ، قال: "مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ ، فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ ، وَلَمْ يَأتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ مَا كُتِبَ لَهُ ، وَمَنْ كَانَتِ الآخِرَةُ نِيَّتُهُ ، جَمَعَ اللهُ لَهُ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ "

27 Imam Ahmad dan Ibnu Majah meriwayatkan hadits dari Zaid bin Tsabit ra dari Nabi saw yang bersabda,
“Barangsiapa dunia menjadi obsesinya, Allah memecah belah urusannya, menjadikan kefakiran di depannnya, dan dunia tidak datang kepadanya kecuali sebatas yang ditentukan baginya. Barangsiapa akhirat menjadi niatnya, Allah menyatukan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia datang kepadanya dalam keadaan tunduk.

28 Ibnu Abu Ad-Dunya meriwayatkan dengan sanad dhaif dari Ibnu Mas’ud ra yang berkata
لاَ يَنْفَعُ قَوْلٌ إِلاَّ بِعَمَلٍ ، وَلاَ يَنْفَعُ قَوْلٌ وَعَمَلٌ إِلاَّ بِنِيَّةٍ ، وَلاَ يَنْفَعُ قَوْلٌ وَعَمَلٌ وَنِيَّةٌ إلاَّ بِمَا وَافَقَ السُّنَّةَ . “Perkataan tidak bermanfaat kecuali dengan perbuatan. Perbuatan dan perkataan tidak bermanfaat kecuali dengan niat. Perbuatan dan niat tidak bermanfaat kecuali sesuai dengan Sunnah.”

29 Lafazh yang berhubungan dengan niat menurut para sahabat, para tabiin dan tabiit tabiin.
وعن مطرِّف بن عبد الله قال : صَلاَحُ الْقَلْبِ بِصَلاَحِ الْعَمَلِ ، وَصَلاَحُ الْعَمَلِ بِصَلاَحِ النيَّةِ (). Mutharrif bin Abdullah berkata, "Kebaikan hati tergantung kebaikan amal dan kebaikan amal tergantung kebaikan niat." () " حلية الأولياء " 2/199.

30 مَنْ سرَّه أَنْ يَكْمُلَ لَهُ عَمَلُهُ ، فَلْيُحْسِنْ نِيَّتَهُ ، فَإِنَّ الله عَزَّ وَجَلَّ يَأْجُرُ الْعَبْدَ إِذَا حَسُنَتْ نِيَّتُهُ حَتَّى بِاللُّقْمَةِ . Seorang salafus shalih berkata, "Barangsiapa suka ingin amalnya sempurna hendaknya memperbaiki niatnya. Karena Allah Azza wa Jalla memberi pahala seorang hamba jika niatnya baik. Sampai sesuap makanan".

31 ُبَّ عَمَلٍ صَغِيْرٍ تُعَظِّمُهُ النِّيَّةُ ، وَرُبَّ عَمَلٍ كَبِيْرٍ تُصَغِّرُهُ النِّيَّةُ .
Ibnu Al-Mubarak berkata, "Bisa jadi ada amal kecil dibesarkan oleh niat dan bias jadi ada amal besar dikecilkan niat."

32 لاَ يَصْلُحُ الْعَمَلُ إِلاَّ بِثَلاَثٍ : التَّقْوَى لله ، وَالنِّيَّةُ الْحَسَنَةُ ، وَالإِصَابَةُ . Ibnu Ajlan berkata, "Amal itu jika menjadi baik kecuali dengan tiga hal: takwa kepada Allah, niat yang baik, dan ketepatan." إِنَّمَا يُرِيْدُ الله عَزَّ وَجَلَّ مِنْكَ نِيَّتَكَ وَإِرَادَتَكَ . Al-Fudhail bin 'Iyadh berkata, “Yang Allah Azza wajalla kehendaki dari kalian adalah niat dan keinginan dari mu."

33 وَرَوَى فِيْهِ بِإِسْنَادٍ مُنْقَطِعٍ عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، قَالَ : أَفْضَلُ الأَعْمَالِ أَدَاءُ مَا اِفْتَرَضَ الله عَزَّ وَجَلَّ ، وَالْوَرَعُ عَمَّا حرَّم اللهُ عَزَّ وَجَلَّ ، وَصِدْقُ النِّيَّةِ فِيْمَا عِنْدَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ . Sebaik-baik amal adalah menunaikan kewajiban Allah Azza wa Jalla, menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah, dan kejujuran niat pada apa yang ada di sisi Allah Azza wa Jalla."

34 Menjelaskan sebab hadits niat, hadits “man ahdatsa fi amrina” dan hadits “Al-halalu bayyinun” menjadi hukum dasar Islam.

35 وعن إسحاق بن راهويه ، قال : أربعةُ أحاديث هي من أصول الدين :
حديث عُمَر : إنما الأعمال بالنيات " وحديث : الحلالُ بيَّن والحرام بيَّن " ،وحديث " إنَّ خَلقَ أحدكم يُجمع في بطن أمه " ، وحديث " مَنْ صنع في أمرنا شيئاً ليس منه ، فهو رَدٌّ " .

36 وروى عثمان بنُ سعيد عن أبي عُبيدٍ ، قال : جَمَعَ النبي  جميعَ أمر الآخرة في كلمةٍ : " من أحدث في أمرنا ما ليس منه ، فهو رَدٌّ " ، وجمع أمر الدُّنيا كلَّه في كلمةٍ : " إنما الأعمالُ بالنَّيات " يدخلان في كل باب .

37 وعن أبي داود ، قال () : نظرتُ في الحديث المُسند ، فإذا هو أربعة آلاف حديثٍ ، ثمَّ نظرتُ ، فإذا مدارُ الأربعة آلافِ حديث على أربعةِ أحاديث : حديث النُّعمان بن بشير : " الحلالُ بيَّن والحرامُ بيِّنٌ والحرامُ بيَّنَ " ، وحديث عمر : " إنما الأعمالُ بالنيات " ، وحديث أبي هريرة : " إن الله طيِّبٌ لا يقبلُ إلا طيباً ، وإن الله أمر المؤمنين بما أمرَ به المُرسلين " الحديث ، وحديث : " من حُسن إسلام المرء تركُهُ ما لا يعنيه ". قال : فكلُّ حديث من هذه ربعُ العلم . () انظر " التمهيد " لابن عبد البر 9/201 ، و " طرح التثريب " 2/506.

38 وعن الإمام أحمد قال:() أصول الإسلام على ثلاثة أحاديث : حديث عمر: "الأعمال بالنيات " ، وحديث عائشة : " من أحدث في أمرنا ما ليس منه ، فهو رد " ، وحديث النُّعمان بن بشير : " الحلالُ بيِّن ، والحرامُ بين " . وقال الحاكمُ : حدئَّونا عن عبد الله بن أحمد ، عن أبيه أنَّه ذكر قوله عليه الصلاة والسلام : " الأعمال بالنيات " ، وقوله : " إنَّ خلْقَ أحدكُم يجمع في بطن أمه أربعين يوماً " ، وقوله : " من أحدث في ديننا ما ليس منه فهو رد " فقال : ينبغي أن يُبدأ بهذه الأحاديث في كل تصنيف ، فإنها أصول الحديث () انظر " طرح التثريب ط 2/5 ، و " الفتح ، 1/11 .

39 " الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ "
Prinsip-Prinsip Islam ialah tiga hadits; 1. Hadits riwayat Umar bin Khaththab, " الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ " ‘Sesungguhnya seluruh amal perbuatan itu dengan niat’

40 الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ "
Amal perbuatan secara batiniyah dimaksudkan untuk mencari keridhaan Allah Azza wa Jalla seperti dikandung hadits riwayat Umar bin Khaththab, الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ " ‘Sesungguhnya seluruh amal perbuatan itu dengan niat’

41 أحدهما : أن يكون العمل في ظاهره على موافقة السنة ،
وهذا هو الذي تضمنه حديث عائشة : " من أحدث في أمرنا ما ليس منه ، فهو رد " . Realisasi ajaran agama bisa sempurna dengan dua hal; 1. Amal perbuatan secara lahiriyah sesuai dengan Sunnah. Inilah makna yang dikandung hadits riwayat Aisyah, ‘Barangsiapa menciptakan hal-hal baru dalam perkara kami yang tidak berasal darinya, ia tertolak.’

42 والثاني أن يكون العملُ في باطنه يُقصد به وجهُ الله عز وجل ،كما تضمنه حديث عمر : " الأعمالُ بالنيات "
2. Amal perbuatan secara batiniyah dimaksudkan untuk mencari keridhaan Allah Azza wa Jalla seperti dikandung hadits riwayat Umar bin Khaththab, ‘Sesungguhnya seluruh amal perbuatan itu dengan niat’

43 Tentang firman Allah Ta’ala,
        “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kalian, siapa di antara kalian yang paling baik amalnya dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. “(Al Mulk: 2).

44 Hadits riwayat Aisyah, " مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ " ‘Barang siapa menciptakan hal-hal baru dalam perkara kami yang tidak berasal darinya, ia tertolak’

45 Amal perbuatan secara lahiriyah sesuai dengan Sunnah
Amal perbuatan secara lahiriyah sesuai dengan Sunnah. Inilah makna yang dikandung hadits riwayat Aisyah, ‘Barangsiapa menciptakan hal-hal baru dalam perkara kami yang tidak berasal darinya, ia tertolak.’

46 Hadits riwayat An-Nu’man bin Basyir,
" الْحَلاَلُ بيِّنٌ وَالْحَرَامُ بَيِّنٌ ‘Halal itu jelas dan haram juga jelas.

47 وعن أبي داودَ أيضاً ، قال : كتبتُ عن رسول الله  خمس مئة ألف حديث ، انتخبتُ منها ما ضمَّنته هذا الكتاب ـ يعني كتابَ " السنن " ـ جمعت فيه أربعة آلاف وثمان مئة حديث () ، ويكفي الإنسان لدينه من ذلك أربعةُ أحاديث : أحدُها : قولُه : " الأعمالُ بالنَّيات " ، والثَّاني : قوله  : " من حُسن إسلام المرء تركُهُ ما لا يعنيه " ، والثالث : قولُه  : " لا يكونُ المؤمن مؤمناً حتى لا يرضى لأخيه إلا ما يرضى لنفسه " ، والرَّابع : قولُه  : " الحلال بيِّن والحرام بيِّن " . () عدد الأحاديث في المطبوع من " سنن أبي داود " برواية اللؤلؤي (5274) حديثاً .

48 وفي رواية أخرى عنه أنه قال : الفقه يدورُ على خمسة أحاديث : " الحلال بيَّنٌ والحرامُ بيِّن " ، وقوله  : " لا ضرر ولا ضرار " ، وقوله : " الأعمال بالنيات " ، وقوله : " الدين النصيحة " ، وقوله : " وما نهيتكم عنه ، فاجتنبوه ، وما أمرتُكم به ، فائتوا منه ما استطعتم " .

49 وللحافظ أبي الحسن طاهر بن مفوِّز المعافري الأندلسي ()
عُمدَةُ الدِّين عندنا كلماتُ   أربعُ من كلام خير البريَّه اتق الشبهات وازهد ودع ما   ليس يعنيك واعملَنَّ بنيَّه () هو الإمام الحافظ الناقدي المجود : أبو الحسن طاهر بن مفوز بن أحمد بن مفوز المعافريي ، تلميذ أبي عمر بن عبد البر وخصيصه . كان إماماً ، من أوعية العلم وفرسان الحديث ، وأهل الإتقان والتحرير ، مع الفضل والورع، والتقوى والوقار والسمت . توفي سنة 484هـ . انظر ترجمته في " سير أعلام النبلاء " 19 /88 . وانظر الأبيات في " الفتوحات الربانية " لابن علان 1/64 ، و " شرح النسائي " للسيوطي 7/242.

50 وقال الفضل بن زياد : سألتُ أبا عبد الله ـ يعني أحمد ـ عن النية في العمل ، قلت : كيف النية ؟ قال : يُعالجُ نفسه ، إذا أراد عملاً لا يريد به الناس . وقال أحمد بن داود الحربي : حدَّث يزيدُ بنُ هارون بحديث عمر : " الأعمال بالنيات " وأحمد جالس ، فقال أحمد ليزيد : يا أبا خالد ، هذا الخناقُ .

51 وعلى هذا القول ، فقيل : تقدير الكلام : الأعمال واقعة أو حاصلة بالنيات ، فيكون إخباراً عن الأعمال الاختيارية أنها لا تقع إلا عن قصد من العامل هو سبب عملها ووجودها ، ويكون قولُه بعد ذلك : " وإنما لامرئ ما نوى " إخباراً عن حكم الشرع ، وهو أن حظ العامل من عمله نيَّتُه ، فإن كانت صالحة ، فعملُهُ صالحُ ، فله أجره ، وإن كانت فاسدة ، فعمله فاسدُ ، فعليه وزره .

52 ويحتمل أن يكون التقدير في قوله : " الأعمال بالنيات " الأعمالُ صالحة ، أو فاسدة أو مقبولة ، أو مردودة، أو مثابُ عليها ، أو غير مثاب عليها ؛ بالنيات ، فيكون خبراً عن حكم شرعي ، وهو أنَّ صلاح الأعمال وفسادها بحسب صلاح النيات وفسادها ، كقوله  : " إنما الأعمال بالخواتيم " () أي :إن صلاحها وفسادها وقبولها وعدمه بحسب الخاتمة . () رواه من حديث سهل بن سعد البخاري (6493) و ( 6607).

53 وقوله بعد ذلك: " وإنما لامرئ ء ما نوى " إخبارُ أنَّه لا يحصلُ له من عمله إلا ما نواه به ، فإن نوى خيراً ، حصل له خيراً ، حصل له شر ، وليس هذا تكريراً محضاً للجملة الأولى ، فإن الجملة الأولى دلت على أن صلاح العمل وفساده بحسب النية المقتضية لإيجاده ، والجملة الثانية دلَّت على أن ثواب العامل على عمله بحسب نيته الصالحة ، وأن عقابه عليه بحسب نيته الفاسدة ، وقد تكون نيته مباحة ، فيكون العمل مباحاً ، فلا يحصل له به ثوابُ ولا عقابٌ ، فالعملُ في نفسه صلاحُه وفساده وإباحته بحسب النية الحاملة عليه ، المقتضية لوجوده ، وثوابُ العامل وعقابُه وسلامته بحسب نيَّته التي بها صار العملُ صالحاً ، أو فاسداً ، أو مباحاً .

54 واعلم أنَّ النية في اللغة نوعُ من القصد والإرادة ، وإن كان قد فُرق بين هذه الألفاظ بما ليس هذا موضع ذكره . والنِّيَّة في كلام العُلماء تقع بمعنيين :

55 لما ذكر  أنَّ الأعمال بحسب النيات ، وأنَّ حظ العامل من عمله نيته من خير أو شر ، وهاتان كلمتان جامعتان ، وقاعدتان كليتان ، لا يخرُجُ عنهما شيء ، ذكر بعد ذلك مثالاً من أمثال الأعمال التي صُورتُها واحدة ، ويختلف صلاحُها وفسادُها باختلاف النيات ، وكأنه يقول : سائر الأعمال على حذو هذا المثال .

56 Hijrah وَأَصْلُ الْهِجْرَةِ : هِجْرَانُ بَلَدِ الشِّرْكِ ، وَالاِنْتِقَالُ مِنْهُ إِلَى دَارِ الإِسْلاَمِ Asal kata hijrah ialah meninggalkan negeri syirik dan pindah ke negeri Islam.

57 وقولُه : " فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله ، فهجرتُهُ إلى
الله ورسوله ، ومن كانت هجرته إلى دنيا يُصيبُها ، أو امرأة ينكحُها ، فهجرته إلى ما هاجر إليه " .

58 Di sabda Rasulullah saw, “Maka hijrahnya kepada apa yang menjadi tujuan hijrahnya,“ terdapat penghinaan terhadap dunia yang menjadi incarannya dimana Rasulullah saw tidak menyebutkan dengan kalimat yang menjadi syaratnya, yaitu, “Dan Barangsiapa hijrahnya karena dunia yang didapatkannya atau wanita yang dinikahinya.”

59 Selain itu, hijrah kepada Allah dan Rasul-Nya adalah satu dan tidak terbagi-bagi di dalamnya. Oleh karena itu, kalimat jawabnya, yaitu, “Barangsiapa hijrahnya kepada Allah dan Rasul­-Nya,“ dibuat sama dengan kalimat syaratnya yaitu, “Maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya.”

60 Seluruh amal perbuatan pada dasarnya seperti hijrah pada hadits di atas dimana baik tidaknya tergantung kepada niatnya yang menjadi motivator amal perbuatan tersebut , seperti jihad, haji, dan sebagainya. Rasulullah saw pernah ditanya tentang perbedaan niat orang-orang dalam jihad, riya’ yang dimaksudkan dengan jihad tersebut , memperlihatkan heroisme, fanatisme, dan lain sebagainya. Pertanyaan tersebut ialah, “Manakah di antara hal-hal tersebut yang termasuk di jalan Allah?” Rasulullah saw bersabda,

61 فَقَالَ : " مَنْ قَاتَلَ لِتَُكُوْنَ كَلِمَةَ اللهِ هِيَ الْعُلْيَا ، فَهُوَ فِي سَبِيْلِ اللهِ “Barangsiapa berperang agar kalimat Allah menjadi yang paling tinggi, ia di jalan Allah.” Dengan jawaban tersebut, semua tujuan duniawi tidak termasuk dalam katagori di jalan Allah.

62 ففي الصحيحين " عن أبي موسى الأشعري أن أعرابياً أتى النبي  ، فقال : يا رسول الله : الرجُلُ يُقاتل للمغنم ، والرجلُ يقاتل للذكر ، والرجُلُ يقاتل ليُرى مكانُهُ ، فمن في سبيل الله ؟ فقال رسول الله  : " من قاتل لتكون كلمة الله هي العليا ، فهو في سبيل الله " .

63 Di Shahih Al Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan hadits dari Abu Musa Al Asy’ari bahwa seorang Arab Badui datang kepada Nabi SAW kemudian berkata, “Wahai Rasulullah, seseorang berperang karena harta rampasan perang, seseorang berperang agar dikenang, dan seseorang berperang agar kedudukannya diketahui, siapakah di antara mereka yang berada di jalan Allah?” Rasulullah saw, bersabda, “Barangsiapa berperang agar kalimat Allah menjadi yang tentinggi, ia di jalan Allah.”

64 وخرَّج النسائي من حديث أبي أمامة ، قال : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَرَأَيْتَ رَجُلًا غَزَا يَلْتَمِسُ الْأَجْرَ وَالذِّكْرَ مَالَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا شَيْءَ لَهُ فَأَعَادَهَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ يَقُولُ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا شَيْءَ لَهُ ثُمَّ قَالَ إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبَلُ مِنْ الْعَمَلِ إِلَّا مَا كَانَ لَهُ خَالِصًا وَابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ

65 An-Nasai meriwayatkan hadits dan Abu Umamah ra yang berkata, “Seseorang datang kepada Nabi saw kemudian berkata, ‘Bagaimana pendapatmu tentang orang yang berperang karena mencari pahala dan nama, apa yang ia dapatkan?’ Rasulullah saw bersabda, ‘Ia tidak mendapatkan apa-apa.’ Beliau bersabda lagi, ‘Sesungguhnya Allah tidak menerima amal perbuatan kecuali amal perbuatan yang ikhlas dan di­maksudkan untuk mencari keridhaan-Nya’.”

66 في رواية لمسلم : سُئل رسولُ الله  عن الرَّجُل يُقاتل شجاعة ، ويقاتل حميَّة ، ويقاتل رياءً ، فأيُّ ذلك في سبيل الله ؟ فذكرَ الحديث . وفي رواية له أيضاً : الرجُلُ يقاتل غضباً ، ويُقاتلُ حميَّةً (). وخرَّج النسائي من حديث أبي أمامة ، قال : جاء رجلُ إلى النبي  ، فقال : أرأيت رجلاً غزا يلتمس الأجر والذكر ، ما لهُ ؟ فقال رسول الله  : " لا شيء له " ، ثمَّ قال رسول الله  : " إنَّ الله لا يقبلُ من العمل إلا ما كان خالصاً ، وابتغى به وجهه" (). () رواه البخاري ( 123 ) و ( 2810 ) و ( 3126 ) و ( 7458 ) ، ومسلم ( 1904 ) ، وأبو داود (2517) ، والترمذي ( ) ، والنسائي 6/23 ، وابن ماجه (2783) . () رواه النسائي 6/25 ، والطبراني ( 7628 ) وحسَّنه الحافظ العراقي في " تخريج أحاديث الإحياء 4/384 ،وجود إسناده ا لمصنفٌ ص 14 ، والسيوطي في " الدر المنثور " 5/472 .

67 وخرَّج النسائي من حديث أبي أمامة ، قال : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَرَأَيْتَ رَجُلًا غَزَا يَلْتَمِسُ الْأَجْرَ وَالذِّكْرَ مَالَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا شَيْءَ لَهُ فَأَعَادَهَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ يَقُولُ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا شَيْءَ لَهُ ثُمَّ قَالَ إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبَلُ مِنْ الْعَمَلِ إِلَّا مَا كَانَ لَهُ خَالِصًا وَابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ

68 An-Nasai meriwayatkan hadits dan Abu Umamah ra yang berkata, “Seseorang datang kepada Nabi saw kemudian berkata, ‘Bagaimana pendapatmu tentang orang yang berperang karena mencari pahala dan nama, apa yang ia dapatkan?’ Rasulullah saw bersabda, ‘Ia tidak mendapatkan apa-apa.’ Beliau bersabda lagi, ‘Sesungguhnya Allah tidak menerima amal perbuatan kecuali amal perbuatan yang ikhlas dan di­maksudkan untuk mencari keridhaan-Nya’.”

69 Abu Daud meriwayatkan hadits dan Abu Hurairah ra yang berkata bahwa seseorang datang berkata, وخرَّج أبو داود () من حديث أبي هريرة أَنَّ رَجُلاً قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ رَجُلٌ يُرِيدُ الْجِهَادَ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَهُوَ يَبْتَغِى عَرَضًا مِنْ عَرَضِ الدُّنْيَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :« لاَ أَجْرَ لَهُ ». فَسَأَلَهُ الثَّانِيَةَ وَالثَّالِثَةَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :« لاَ أَجْرَ لَهُ » () برقم ( 2516) ، وفي سنده رجل مجهول ، ومع ذلك صححه الحاكم 2/58 ، ووافقه الذهبي ‍!.

70 “Wahai Rasulullah, seseorang ingin Jihad, namun ia juga mencari salah satu kekayaan dunia?” Rasulullah saw bersabda, ia tidak mendapatkan pahala. “Orang tersebut bertanya lagi hingga tiga kali sedang Nabi saw tetap bersabda, “Ia tidak men­dapatkan pahala

71 Imam Ahmad dan Abu Daud meriwayatkan hadits dari Muadz bin Jabal ra dari Nabi saw yang bersabda,
وخرَّج الإمام أحمد وأبو داود من حديث مُعَاذِ بن جَبَلٍ، عَن ْرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:"الْغَزْوُ غَزْوَانِ: فَأَمَّا مَنْ غَزَا ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ، وَأَطَاعَ الإِمَامَ وَأَنْفَقَ الْكَرِيمَةَ، وَوَاسى الشَّرِيكَ، وَاجْتَنَبَ الْفَسَادَ فِي الأَرْضِ، فَإِنَّ نَوْمَهُ وَسَهَرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَأَمَّا مَنْ غَزَا فَخْرًا وَرِيَاءً وَسُمْعَةً، وَعَصَى الإِمَامَ وَأَفْسَدَ فِي الأَرْضِ، فَإِنَّهُ لا يَرْجِعُ بِالْكَفَافِ"

72 “Perang itu ada dua. Barang siapa mencari keridhaan Allah taat kepada pe­mimpin, menginfakkan harta yang baik, lunak dengan mitra usaha, dan menjauhi kerusakan, maka seluruh tidur dan tidak tidurnya adalah pahala. Sedang orang yang berperang karena sombong, riya dan sum’ah, tidak taat ke­pada pemimpin, dan berbuat kerusakan di bumi, maka ia tidak pulang dengan membawa rezki yang cukup. “

73 Ada ancaman keras bagi orang yang mempelajari ilmu tidak karena meng­harap keridhaan Allah, seperti hadits yang driwayatkan Imam Ahmad, Abu Daud, dan Ibnu Majah dan Abu Hurairah ra dari Nabi saw yang bersabda, قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم- : «مَن تعلَّمَ عِلما مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجهُ اللهُ ، لا يتعَلَّمُه إِلا ليُصِيبَ بِهِ عَرَضا مِن الدُّنيا ، لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الجَنَّةِ يومَ القِيامَةِ (). () حديث صحيح رواه أحمد 2/338 ، وأبو داود ( 3664 ) ،وابن ماجه ( 252 ) ،وصححه ابن حبان (78) والحاكم 1/85 ، ووافقه الذهبي .

74 “Barang siapa mempelajari ilmu yang dimaksudkan untuk mencari keridhaan Allah, namun ia tidak mempelajarinya melainkan untuk mendapatkan kekayaan dunia dengan ilmu tersebut , ia tidak mencium aroma surga namun Hari Kiamat “

75 Di Shahih Muslim disebutkan hadits dari Abu Hurairah ra dari Nabi saw yang bersabda
وفي " صحيح مسلم " عن أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى غَيْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ ».

76 “Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman, ‘Aku paling tidak membutuhkan sekutu. Barangsiapa mengerjakan amal perbuatan dimana ia menyekutukan orang lain bersama-Ku di dalamnya, Aku meninggalkannya bersama seku­tunya.”


Download ppt "Ikhlas dan Pengaruhnya dalam Amal"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google