Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
CEDERA KEPALA
2
CEDERA KEPALA
3
Insiden Cedera Kepala (Head Injury)
Kepala adalah bagian yang paling sering mengalami cedera, (pada kecelakaan lalu-lintas yang fatal) Otopsi memperlihatkan bahwa cedera otak ditemukan pada 75% klien.
4
Pendahuluan ◊ Kerusakan otak bisa terjadi pada titik benturan dan pd sisi yang berlawanan. ◊ Cedera kepala yg berat dapat merobek, meremukkan atau menghancurkan saraf, pembuluh darah dan jaringan di dalam atau di sekeliling otak. Bisa terjadi kerusakan pada jalur saraf, perdarahan atau pembengkakan hebat.
5
Pendahuluan ◊ Perdarahan, penimbunan cairan (edema) dan pembengkakan memiliki efek yg = akibat pertumb massa di dlm tengkorak. ◊ Karena tengkorak tidak dapat bertambah luas, maka peningkatan tekanan bisa merusak/menghancurkan jaringan otak.
6
Pendahuluan ◊ Karena posisinya di dalam tengkorak, maka tekanan cenderung mendorong otak ke bawah. ◊ Otak sebelah atas bisa terdorong ke dalam lubang yg menghub otak dgn batang otak, keadaan ini disebut HERNIASI. ◊ Herniasi ini bisa berakibat fatal karena batang otak mengendalikan fungsi vital (denyut jantung dan pernafasan).
7
Pendahuluan ◊ Cedera kepala yang tampaknya ringan kadang bisa menyebabkan kerusakan otak yang hebat. ◊ Usia lanjut dan orang yg mengkonsumsi antikoagulan (obat pencegah darah membeku), sangat peka thdp terjadinya perdarahan di sekeliling otak (hematoma subdural).
8
Pendahuluan Di Amerika Serikat, kejadian cedera kepala kasus tiap tahunnya. ♦ 80 % mengalami cedera kepala ringan ♦ 10 % mengalami cedera kepala sedang ♦ 10 % mengalami cedera kepala berat ♦ 10 % meninggal sebelum tiba di RS
9
Pendahuluan ◊ Fokus utama dlm penanganan cedera kepala ialah mencegah cedera otak sekunder ◊ O2 yg adekuat & mempertahankan TD utk perfusi di otak mrpkan langkah penting dlm pencegahan cedera otak sekunder
10
Anatomi Kepala
13
KERUSAKAN PADA BAGIAN OTAK TERTENTU
Kerusakan pada lapisan otak paling atas (korteks serebri biasanya akan mempengaruhi kemampuan berfikir, emosi dan perilaku seseorang. Daerah tertentu pada korteks serebri biasanya bertanggungjawab atas perilaku tertentu, lokasi yg pasti dan beratnya cedera menentukan jenis kelainan yang terjadi.
14
Kerusakan fungsi pada Lobus otak
Kerusakan Lobus Frontalis Lobus frontalis pada korteks serebri terutama mengendalikan keahlian motorik : misalnya menulis, memainkan alat musik atau mengikat tali sepatu dan juga. mengatur ekspresi wajah dan isyarat tangan Efek perilaku dari kerusakan lobus frontalis bervariasi, tergantung kepada ukuran dan lokasi kerusakan fisik yang terjadi.
15
Gambar Lobus Frontalis
16
Kerusakan Lobus Frontalis ..... Lanjutan
● Kerusakan yg kecil, jika hanya mengelai 1 sisi otak, biasanya tdk menyebabkan perub perilaku yg nyata, walau kadang menyebabkan kejang. ● Kerusakan luas pd lobus frontalis belakang bisa menyebabkan apatis, ceroboh, lalai dan kadang inkontinensia ● Kerusakan luas pd bagian depan/samping lobus frontalis menyebabkan perhatian klien mudah beralih, kegembiraan yg berlebihan, suka menentang, kasar, kejam
17
2. Kerusakan Lobus Parietalis
● Lobus parietalis pada korteks serebri menggabungkan kesan dari bentuk, tekstur dan berat badan ke dalam persepsi umum. Sejumlah kecil kemampuan matematikan dan bahasa berasal dari daerah ini. ● Kerusakan kecil lobus parietalis depan menyebabkan mati rasa pada sisi tubuh yang berlawanan.
18
Letak Lobus Parietalis
19
2. Kerusakan Lobus Parietalis ...lanjutan
● Kerusakan kecil lobus parietalis depan menyebabkan mati rasa pd sisi tubuh yg berlawanan. ● Kerusakan yg luas menyebabkan hilangnya kemampuan utk melakukan serangkaian pekerjaan (keadaan ini disebut APRAKSIA) dan utk menentukan arah kiri-kanan.
20
2. Kerusakan Lobus Parietalis ...lanjutan
● Kerusakan yang luas bisa mempengaruhi kemampuan klien mengenali bagian tubuhnya atau ruang di sekitarnya atau bahkan bisa mempengaruhi ingatan akan bentuk yg sebelumnya dikenal dgn baik (misalnya bentuk kubus atau jam dinding). ● Penderita bisa menjadi linglung atau mengigau & tidak mampu berpakaian maupun melakukan pekerjaan sehari-hari lainnya.
21
3. Kerusakan Lobus Temporalis
● Lobus temporalis berfungsi mengolah kejadian yg baru saja terjadi, mengingatnya sbg memori jangka panjang, memahami suara & gambaran, menyimpan memori dan jalur emosional. ● Kerusakan lobus temporalis kanan menyebabkn gangguannya ingatan akan suara dan bentuk ● Kerusakan lobus temporalis kiri menyebabkan gangguan pemahaman bahasa & menghambat klien dalam mengekspresikan bahasanya.
22
Letak Lobus Temporalis
23
Penyebab Head Injury Kecelakaan kendaraan bermotor di usia remaja
Terjatuh pada usia anak-anak Brain injury association (2007):cedera kepala dapat disebabkan berbagai keadaan seperti : Terjatuh (28%), kecelakaan lalu lintas (20%), Benturan (19%) Serangan pukulan (11%) Dan sisanya karena kecelakaan industri/olah raga, luka persalinan
24
Pengertian Cedera Kepala (Head Injury)
Merupakan cedera yang mengenai kulit kepala hingga tengkorak (Cranium dan bagian bawah) Head injury ini biasanya berkaitan dengan cedera yang mengenai tengkorak atau otak atau keduanya (Hickey, 2003) Cedera yang mengenai kepala atau otak (atau keduanya) yang terjadi ketika trauma mendadak menyebabkan kerusakan pada otak (institude of neurological disorder and stroke).
25
Cedera kepala adalah cedera yang terjadi pada kulit, tulang kepala dan otak.
Disebut juga kranioserebral trauma yang disertai dengan penurunan atau perubahan kesadaran, walau sedikit. Insiden ini sangat tinggi, terutama pada usia produktif (usia dewasa muda 15 – 44 tahun).
26
Mekanisme cedera
28
Kup & Kontra Kup
30
Patofisiologi Kerusakan otak dapat diakibatkan cedera primer atau cedera sekunder pada kepala. Cedera primer terjadi akibat trauma itu sendiri. Cedera sekunder terjadi akibat pembengkakan (swelling), perdarahan (hematom), infeksi, hipoksia cerebral, atau iskemia yang terjadi setelah cedera primer. Cedera sekunder dapat terjadi dalam waktu yang cepat, dalam hitungan jam dari terjadinya cedera primer (Porth, 1998 dalam Lemote & Burke, 2000)
31
Kontusi/benturan memar otak/cedera otak.
Fenomena coup dan counter coup kerusakan di dua sisi area otak. Pada kontusio, kejadian perdarahan minimal, namun ishemia, nekrosis dan infark terjadi akibat edema yang berkembang disebabkan oleh respon inflamasi jaringan otak yang cedera pompa Na & K tdk optimal fungsi axon putus
32
• Akibat perdarahan dan edema ialah tekanan intrakranial meninggi
• Bila terjadi laserasi akibat pecahnya batok kepala, kejadian perdarahan risikonya sangat besar. • Akibat perdarahan dan edema ialah tekanan intrakranial meninggi Tekanan Normal : mmHg atau antara mmH2O Tekanan > 250 mmH2O disebut PTIK
33
GEJALA PENINGKATAN TIK • Penurunan tingkat kesadaran, gelisah (nyeri kepala berat), iritebel, papil edema, muntah proyektil (TriasTIK). • Penurunan fungsi neurologis seperti : perub bicara, reaksi pupil, sensori motorik. • Sakit kepala, mual, muntah dan diplopia • TTV tidak stabil • Triad Cushing yaitu tekanan sistolik meningkat, nadi besar, napas iregular merupakan respon PTIK terlalu tinggi (indikasi herniasi)
34
KLASIFIKASI CEDERA KEPALA
Secara praktis dikenal 3 klasifikasi cedera kepala yang didasarkan pada: a. Mekanisme : Tumpul, Tembus b. Berat : Ringan, Sedang, Berat c. Morfologinya : Fraktur tengkorak Lesi intrakranial
35
Klasifikasi Head Injury berdasarkan Mekanisme
1. Cedera kepala tumpul Biasanya berkaitan dengan kecelakaan mobil-motor, jatuh/pukulan benda tumpul. 2.Cedera kepala tembus Disebabkan oleh peluru atau tusukan. Adanya penetrasi selaput dura menentukan apakah suatu cedera kepala termasuk cedera tembus atau cedera tumpul.
36
Klasifikasi Head Injury berdasarkan Beratnya
1. Cedera Kepala Ringan dengan GCS 13-15 2. Cedera Kepala Sedang dengan GCS 9-12 3. Cedera Kepala Berat dengan GCS 3-8 Berdasarkan nilai GCS (Glasgow Coma Scale) Yang dinilai dari tiga komponen yaitu : ◊ Membuka Mata nilai tertinggi 4, terendah 1 ◊ Respon thp suara nilai tertinggi 5, terendah 1 ◊ Respon Motorik nilai tertinggi 6, terendah 1
38
Cara Menilai GCS KOMPONEN MATA (EYES) • Membuka Mata Spontan (4)
• Membuka Mata Dengan Stimulus Suara (3) • Membuka Mata Dengan Stimulus Nyeri (2) • Tidak Dapat Membuka Mata (1) Misalnya klien membuka mata spontan (4). Cara Penulisannya E4 ; E3 ; E2 ; E1
39
Menilai GCS Lanjutan B. KOMPONEN SUARA (VERBAL) • Orientasi Baik (5) • Gelisah (confused) (4) • Kata tidak jelas (in-apropriate) (3) • Suara yang tidak jelas artinya (2) •Tidak ada suara (1) Misalnya klien tahu orang/tempat/waktu maka (5). Cara Penulisannya V5 ; V4 ; V3 ; V2 ; V1
40
Menilai GCS Lanjutan C. KOMPONEN REAKSI MOTORIK (MOTORIK) • Mengikuti perintah (6) • Melokalisir nyeri (5) • Menghindari nyeri (4) • Reaksi fleksi (3) • Reaksi ektensi (2) • Tidak ada reaksi (1) Misalnya klien dapat mengikuti perintah maka (5). Cara Penulisannya M6 ; M5 ; M4 ; M3 ; M2 ; M1
41
Pemeriksaan Penunjang Head Injury
Foto tengkorak : menget adanya fraktur tengkorak (simple, depresi, kommunit), fragman tulang. Foto servikal : menget adanya fraktur sevikal CT. Scan : kemungkinan adanya subdural hematom, intra serebral hematom, keadaan ventrikel MRI : CT Scan EEG Lumbal fungsi Pemeriksaan darah: Hb, Ht, trombosit, elektrolit
42
Ciri-ciri Cedera Kepala Ringan (CKR)
1. Klien bangun dan orientasinya baik 2. GCS diantara Kehilangan kesadaran atau amnesia < dari 30 menit 4.Tdk terdapat fraktur tengkorak, kontusio, hematom
43
Ciri-ciri Cedera Kepala Sedang (CKS)
Klien mungkin konfusi/samnolen, namun tetap mampu untuk mengikuti perintah sederhana Nilai GCS diantara 9-12 3. Kehilangan kesadaran atau amnesia > dari 30 menit tetapi < 24 jam 4. Dapat disertai fraktur tengkorak, disorientasi ringan
44
Ciri-ciri Cedera Kepala Berat (CKB)
Klien tidak mampu mengikuti perintah walau untuk mengikuti perintah sederhana krn penurunan kesadaran Nilai GCS diantara 3-8 3. Kehilangan kesadaran atau amnesia > 24 jam 4. Mengalami kontusio serebral, laserasi, hematoma intrakranial
45
Klasifikasi Head Injury berdasarkn morfologi
1. FRAKTUR KRANIUM a. Patah tulang tengkorak bisa melukai arteri dan vena, yg kemudian mengalirkan darahnya ke rongga di sekeliling jaringan otak. b. Patah tulang di dasar tengkorak bisa merobek meningens (selaput otak). Cairan serebrospinal (cairan yang beredar diantara otak dan meningens) bisa merembes ke hidung atau telinga. .
46
1. FRAKTUR KRANIUM .......Lanjutan
c. Dapat terjadi pada atap (kalvaria) atau dasar tengkorak. Pada kalvaria dapat berbentuk garis bintang, depresi-nondepresi dan terbuka-tertutup, Sedangkan pada dasar tengkorak terbagi menjadi dengan atau tanpa kebocoran CSS dan dengan atau tanpa paresis nervus VII (saraf fasialis).
47
1. FRAKTUR KRANIUM .......Lanjutan
d. Tanda-tanda klinis fraktur basis kranii antara lain : Ekimosis periorbita (Racoon eyes sign) Kebocoran CSS (rhinorrhea, otorrhea) Paresis nervus fasialis
48
Gambar Battle Sign dan Raccoon Eyes
49
Gambar Rhinorrhea dan Otorrhea
50
2. LESI INTRA KRANIAL a. Diklasifikasikan mjd lesi fokal & lesi difus
2. LESI INTRA KRANIAL a. Diklasifikasikan mjd lesi fokal & lesi difus. 1. Lesi fokal yaitu Pendarahan epidural, pendarahan subdural, dan kontusio atau pendarahan intra serebral). 2. Lesi difus Umumnya menunjukkan gambaran CT- Scan yang normal namun keadaan neurologis klien sangat buruk bahkan keadaan koma.
51
Pengkajian Cedera Kepala
• Pasien cedera kepala seringkali berada di bawah pengaruh alkohol dan atau obat-obatan, sehingga sulit untuk kooperatif dan dikontrol. • Hal-hal yang harus dilakukan penolong pada saat mengevaluasi pasien.
52
Survei Primer Mengamankan jalan nafas dengan menstabilkan tulang servikal dan mengecek tingkat kesadaran awal Mengkaji pernafasan status pernafasan Mengkaji sirkulasi dan mengendalikan pendarahan utama. (lakukan tindakan jika diperlukan sebelum melakukan pemeriksaan sekunder)
53
Survei Sekunder S – Symtoms (gejala) A – Alergies (alergi) M – Medication (pengobatan) P – Post medical history (riwayat penyakit masa lalu) L – Last oral intake (intake oral terakhir) E – Events preceding the accident (kejadian yang mempercepat kecelakaan)
54
Survei Sekunder ........Lanjutan
TTV Pengkajian head to toe (termasuk neurologi). Catat keutuhan batok kepala, termasuk adanya rhinorhea (perdarahan hidung) dan otorhea (perdarahan telinga). Kaji adanya kemungkinan tanda-tanda fraktur servikal
55
Penatalaksanaan CKR di IGD
1.Riwayat: Jenis dan saat kecelakaan, kehilangan kesadaran, amnesia, nyeri kepala 2. Pemeriksaan umum utk menegakkan cedera sistemik 3. Pemeriksaan neurologis 4. Radiografi tengkorak 5. Radiografi servikal dan lain-lain atas indikasi 6. Kadar alkohol darah & urine utk skrining toksik 7. CT scan idealnya dilakukan bila didapatkan tujuh pertama dari kriteria rawat
56
Kriteria Rawat klien CKR
1. Amnesia post traumatika jelas ( > dari 1 jam) 2. Riwayat kehilangan kesadaran ( >15 menit) 3. Penurunan tingkat kesadaran 4. Nyeri kepala sedang s/d berat 5. Intoksikasi alkohol atau obat 6. Fraktura tengkorak (fraktur kranium) 7. Kebocoran CSS, otorrhea atau rhinorrhea 8. Cedera penyerta yang jelas 9. Tdk punya org serumah yg dpt dipertanggungjawabkan 10. CT scan abnormal
57
Penatalaksanaan CKS di IGD
1. Riwayat: jenis dan saat kecelakaan, kehilangan kesadaran amnesia, nyeri kepala 2. Pemeriksaan umum guna menyingkirkan cedera sistemik 3. Pemeriksaan neurologis 4. Radiograf tengkorak 5. Radiograf tulang belakang leher 6. Kadar alkohol darah & urine utk skrining toksik 7.Contoh darah untuk penentuan golongan darah 8. Tes darah dasar dan EKG 9. CT scan kepala 10. Dirawat untuk pengamatan bahkan bila CT scan normal
58
Setelah dirawat Pemeriksaan neurologis setiap setengah jam
2. CT scan ulangan hari ketiga atau lebih awal bila ada perburukan neurologis 3. Pengamatan TIK dan pengukuran lain seperti untuk cedera kepala berat akan memperburuk pasien 4. Kontrol setelah pulang biasanya pada 2 minggu, 3 bu- lan, 6 bulan dan bila perlu 1 tahun setelah cedera
59
Penatalaksanaan Cedera Kepala Berat di IGD
Definisi CKB : Pasien tidak mampu mengikuti bahkan perintah sederhana karena gangguan kesadaran. Riwayat: Usia, jenis dan saat kecelakaan Penggunaan alkohol atau obat-obatan Perjalanan neurologis, TTV, Muntah, aspirasi, anoksia atau kejang Riwayat penyakit sebelumnya, termasuk obat-obatan yang dipakai serta alergi
60
Penatalaksanaan Cedera Kepala Berat di IGD ..........Lanjutan
2. Stabilisasi Kardiopulmoner: Jalan nafas, intubasi dini Tekanan darah, normalkan segera dengan Salin normal atau darah Foley, NGT Film diagnostik: tulang belakang leher, abdomen, pelvis, tengkorak, dada, ekstremiras 3. Pemeriksaan Umum 4.Tindakan Emergensi untuk cedera yang menyertai: Trakheostomi Tube, Stabilisasi leher: kolar kaku, tong Gardner-Wells dan traksi Parasentesis abdominal
61
Penatalaksanaan Cedera Kepala Berat di IGD ..........Lanjutan
5.Pemeriksaan Neurologis: Kemampuan membuka mata, Respons motor, Respons verbal, Reaksi cahaya pupil Okulosefalik (dolls) Okulovestibular (kalorik) 6.Obat-obat Terapeutik: Bikarbonat sodium Fenitoin (?) Steroid (???) Manitol Hiperventilasi 7. Tes Diagnostik: (dependen menurut yang diminati) CT scan Ventrikulogram udara Angiogram
62
Di Unit Perawatan Intensif (UPI/ICU)
Kelompok ini terdiri dari : Klien yg tdk mampu mengikuti perintah sederhana bahkan setelah stabilisasi kardiopulmonal. Walau definisi tersebut memasukan cedera otak dalam spektrum yang luas, ia mengidentifikasikan kelompok dari penderita yang berada pada risiko maksimal atas morbiditas dan mortalitas.
63
Di Unit Perawatan Intensif (UPI/ICU)
Pendekatan 'tunggu dan lihat' sangat mencelakakan dan diagnosis serta tindakan tepat adalah paling penting. Pengelolaan klien dibagi lima tingkatan : Stabilisasi kardiopulmoner, (2) Pemeriksaan umum, (3) Pemeriksaan neurologis, (4) Prosedur diagnostik, dan (5) Indikasi operasi.
64
Diagnosa Kep klien Head Injury
1. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d kerusakan aliran darah otak sekunder, edema serebri, hematom 2.Pola nafas tidak efektif b.d kerusakan neuromuskular, kontrol mekanisme ventilasi, komplikasi pada paru-paru 3. Resiko defist volume cairan b.d terapi diuretik, pembatasan cairan 4. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan neuromusluler, imobilisasi
65
intervensi untuk diagnosa kep 1
1. Kaji tingkat kesadaran dengan GCS 2. Kaji pupil, ukuran, respon trhdp cahaya, gerakan mata 3. Kaji reflek kornea dan refleks gag 4. Monitor TTV 5.Pertahankan kepala tempat tidur derajat dengan posisi leher tidak menekuk
66
intervensi untuk diagnosa kep 1
6. Anjurkan klien untuk tidak menekuk lututnya, batuk, bersin, mengejan 7. pertahankan kepatenan jalan napas: pemberian oksigen 8. Berikan obat sesuai program
67
intervensi untuk diagnosa kep 2
Kaji frekuensi napas, kedalaman, irama. 2. Pertahankan kebersihan jalan napas, suction jika perlu, berikan oksigen sebelum section 3. Tempatkan pada posisi semifowler 4. Monitor AGD 5. Berikan oksigen sesuai program
68
sekian terimakasih
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.