Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Oleh Karyanti, M.Pd karyanti982@gmail.com 081251693851 PSIKOLOGI PENDIDIKAN Oleh Karyanti, M.Pd karyanti982@gmail.com 081251693851.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Oleh Karyanti, M.Pd karyanti982@gmail.com 081251693851 PSIKOLOGI PENDIDIKAN Oleh Karyanti, M.Pd karyanti982@gmail.com 081251693851."— Transcript presentasi:

1 Oleh Karyanti, M.Pd karyanti982@gmail.com 081251693851
PSIKOLOGI PENDIDIKAN Oleh Karyanti, M.Pd

2 A. PENGANTAR Manfaat Psikologi Pendidikan
Psikologi Pendidikan = Ilmu Terapan Long Life Education

3 B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN
Pendidikan Informal Pendidikan Formal Pendidikan Non-formal

4 B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN 1. Pendidikan Informal
“Proses belajar yang relatif tak disadari yang kemudian menjadi kecapakan dan sikap hidup sehari-hari” Contoh: pendidikan di rumah, tempat ibadah, lapangan permainan, perpustakaan, radio, televisi, dsb.

5 B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN 2. Pendidikan Formal
“Pendidikan yang dilaksanakan dengan sengaja dengan tujuan dan bahan ajar yang dirumuskan secara jelas dan diklasifikasikan secara tegas”. Contoh: jenjang pendidikan sekolah (TK, SD, SMP, SMA, PT)

6 B. ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN 3. Pendidikan Non Formal
“Pendidikan yang dilaksanakan dengan sengaja tetapi tidak memenuhi syarat untuk termasuk dalam jenjang pendidikan formal”. Contoh: kursus menjahit, memasak, bahasa, musik, dsb.

7 C. DEFINISI PENDIDIKAN Definisi Awam Definisi Psikologi
Definisi Uu Sisdiknas No.2/2003

8 C. DEFINISI PENDIDIKAN 1. Definisi Awam
“Suatu cara untuk mengembangkan ketrampilan, kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi warga negara yang baik”. “Tujuannya untuk mengembangkan atau mengubah kognisi, afeksi dan konasi seseorang”.

9 C. DEFINISI PENDIDIKAN 2. Definisi Psikologi
PROSES “Mencakup segala bentuk aktivitas yang akan memudahkan dalam kehidupan bermasyarakat” HASIL “Mencakup segala perubahan yang terjadi sebagai konsekuensi atau akibat dari partisipasi individu dalam kegiatan belajar

10 D. SEJARAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN
DEMOCRITUS PLATO & ARISTOTELES ARISTOTELES JOHN AMOS COMENICUS ROUSSEAU JOHN LOCKE JOHN HEINRICH PESTALOZZI FRANCIS GALTON STANLEY HALL WILLIAM JAMES CATTEL BINET ABAD KE-20

11 E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI TEORI & PRAKTEK PENDIDIKAN 1
E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI TEORI & PRAKTEK PENDIDIKAN 1. Kontribusi Bagi Proses Pendidikan Penggunaan audio visual aids Membantu dalam pengelolaan sekolah Membantu dalam penyusunan jadwal pelajaran Membantu terhadap produksi buku pelajaran Memberi dasar bagi penyusunan kurikulum

12 2. Kontribusi Bagi Peserta Didik
Mengerti hakekat belajar Pendidikan yang lebih kooperatif dan demokratif bagi siswa Membantu perkembangan kepribadian siswa melalui kegiatan ekstra/intra kurikuler

13 3. Kontribusi Bagi Pendidik
Pendidik lebih terbuka terhadap perbedaan individu Mengetahui metode mengajar yang efektif Memahami permasalahan anak didik Membantu dalam evaluasi belajar Meningkatkan kemampuan meneliti Mengarahkan pendidik dalam menangani anak-anak khusus

14 F. METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN 1. Instrospeksi
Melakukan pengamatan ke dalam diri sendiri/self observation yaitu dengan melihat keadaan mental pada waktu tertentu.

15 Observasi Kegiatan melihat sesuatu di luar diri sehingga yang diperoleh merupakan data overt behavior (perilaku yang tampak).

16 3. Metode Klinis Digunakan untuk mengumpulkan data secara lebih rinci mengenai perilaku penyesuaian dan kasus-kasus perilaku menyimpang. Studi Kasus Klinis Studi Kasus Perkembangan Longitudinal Cross-Sectional

17 4. Metode Diferensial Digunakan untuk meneliti perbedaan-perbedaan individual yang terdapat di antara anak didik. Menggunakan berbagai macam teknik pengukuran (contoh: tes, angket,dsb) serta menggunakan statistik untuk menganalisis.

18 5. Metode Ilmiah Merupakan prosedur yang sistematik dalam memecahkan permasalahan dan merupakan suatu pendekatan objektif yang terbuka untuk dikritik,dikonfirmasikan, dimodifikasi atau bahkan mungkin ditolak kebenarannya oleh penelitian berikutnya. Digunakan untuk menyelesaikan permasalahan perilaku yang lebih kompleks yang harus bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

19 6. Metode Eksperimen Melakukan pengontrolan secara ketat terhadap faktor-faktor atau variabel-variabel yang diperkirakan dapat mencemari atau mengotori hasil penelitian.

20 II. Mekanisme Perilaku Manusia
Beberapa Pandangan Psikologi tentang Hakekat Perilaku Manusia Pandangan Psikoanalitik Pandangan Holistik/ Humanistik Pandangan Behavioristik Pandangan Konvergensi

21 Pandangan Psikoanalitik
Tokoh : Sigmund Freud Asumsi dasar teori Freud adalah bahwa sebagian besar perilaku manusia berasal dari proses bawah sadar (unconcious) Sifat manusia pada dasarnya negatif; ia yakin bahwa kita didorong oleh instink dasar yang sama seperti hewan (terutama seks dan agresi) Dinamika perilaku ditentukan oleh id, ego, dan super ego

22 Teori Kepribadian STRUKTUR KEPRIBADIAN

23 Pandangan Kognitif SEBAGIAN KEMBALI PADA AKAR KOGNITIF DARI PSIKOLOGI PERSEPSI, DAYA INGAT, PENALARAN, PEMUTUSAN PILIHAN. SEBAGIAN LAGI REAKSI TERHADAP BEHAVIORISME PENELITIAN TENTANG KOGNISI MODERN DIDASARKAN PADA ASUMSI : 1) Hanya dengan mempelajari proses mental kita dapat sepenuhnya memahami apa yang dilakukan oleh suatu organisme 2) Kita dapat mempelajari proses mental secara obektif dengan memfokuskan pada perilaku spesifik, sama seperti yang dilakukan oleh ahli perilaku, tetapi menginterpretasikannya dalam kaitan proses mental dasar. \DALAM INTERPRETASI MENGGUNAKAN ANALOGI ANTARA PIKIRAN DAN KOMPUTER informasi yang masuk diproses dengan berbagai cara : dipilih, dibandingkan, dan dikombinasikan dg informasi lain yang telah ada dalam memori, ditransformasikan, disusun kembali dan seterusnya.

24 Contoh interpretasi kognitif
Respons jika seseorang dicemooh oleh orang yang tidak dikenal, dikenal, pernah menyakitkan Respons terhadap cemoohan orang yang tidak dikenal cenderung lemah/tidak diabaikan Respons terhadap cemoohan orang yang dikenal cenderung lebih kuat/lebih agresif dari pada respons kepada yang tidak dikenal Respons terhadap cemoohan orang yang pernah menyakitkan cenderung lebih agresif dan kuat dari pada respons kepada yang tidak dikenal atau dikenal saja. Pengetahuan yang ada dalam kognisi yang disebut dengan struktur kognitif (tidak dikenal, dikenal, dan pernah menyakitkan) yang mengendalikan perilaku

25 Pandangan Behavioristik
PAHAMNYA DISEBUT BEHAVIORISME TOKOH : JOHN. B. WATSON PADA AWAL TAHUN 1990AN PERILAKU ADALAH AKTIVITAS SUATU ORGANISME YANG DAPAT DIDETEKSI, SEPERTI BERBICARA, TERTAWA, MENANGIS. PADA PERSPEKTIF INI YANG DILIHAT PERILAKU ORGANISME KETIMBANG PADA OTAK DAN SISTEM SYARAFTNYA SALAH SATU CABANG BEHAVIORISME ADALAH PSIKOLOGI STIMULUS RESPONS (S – R) S-R MEMPELAJARI STIMULI YANG RELEVAN DI LINGKUNGAN, RESPONS YANG DITIMBULKAN STIMULI TERSEBUT, DAN HADIAH ATAU HUKUMAN YANG TERJADI SETELAH RESPONS TERSEBUT

26 FORMULA PERILAKU MENURUT TEORI BEHAVIORISME S R, stimulus diterima, muncul respons S O R, stimulus diterima organisme, lalu organisme merespons

27 Pandangan Konvergensi
Teori konvergensi didalam ilmu psikologi merupakan sebuah teori yang tergolong masih baru dikarenakan teori ini merupakan gabungan dari teori nativisme dan teori empirisme yang kedua teori tersebut sangat erat kaitannya dengan paham filsafat.

28 Empirisme Teori empirisme : watak/kepribadian dibentuk oleh pengalaman-pengalaman yang diperoleh secara inderawi John Locke : satu filsuf Inggris yang sangat mempengaruhi aliran empirisme memperkenalkan suatu diktum sebagai berikut: “Andaikan pikiran manusia sebagai kertas putih yang tak ada sama sekali materi di dalamnya, lalu, pikirkan bagaimana manusia caranya pikiran manusia bisa memiliki banyak corak? Darimana asalnya semua penalaran dan pengetahuan yang ada dalam diri manusia? Hal itu cuma memiliki satu jawaban yaitu pengalaman Locke mengandaikan pikiran manusia sebagai sebuah kertas putih / batu tulis yang disebut sebagai tabula rasa (sebenarnya konsep tabula rasa ini pertama kali diungkapkan oleh Aristoteles) yang diisi oleh pengalaman-pengalaman inderawi manusia yang berasal dari lingkungan sekitarnya.

29 Nativisme Teori Nativisme menganggap bahwa manusia sudah memiliki watak/kepribadian yang bersifat pembawaan sejak lahir yang sering disebut sebagai innate / original idea (sebuah ide yang diperoleh tanpa melalui proses persepsi ataupun pengaruh dari lingkungan sekitarnya) selain itu hal ini seringkali berkaitan dengan konsep intelegensia seseorang.

30 Visulalisasi Proses Perilaku Manusia
PERUBAHAN YANG TERJADI PADA UNSUR PERILAKU MANUSIA, BAIK PADA : ASPEK PENGETAHUAN, SIKAP, MAUPUN KETRAMPILAN PERUBAHAN PERILAKU BERSIFAT MIKRO DAN BERBASIS INDIVIDU TERJADI PADA TINGKAT INDIVIDU DAN KELOMPOK YANG LEBIH BESAR YANG MELINGKUNGI INDIVIDU TSB.

31 Hakikat Prilaku Disiplin ilmu yang mempelajari prilaku manusia dibedakan atas tiga, yaitu: Psikologi yang mempelajari sebagian besar berfokus pada perilaku dalam individu; Sosiaologi yang mempelajari perilaku orang dalam kelompok atau lembaga; Antropologi yang mempelajari sebagian besar berfokus pada konteks yang lebih luas di berbagai perilaku budaya

32 TAHAPAN PERUBAHAN PERILAKU
PENGETAHUAN (Knowledge) - RECALLING - UNDERSTAND OF MEANING PERSETUJUAN/PENERIMAAN (Approval) - RESPOND - DISCUSS - THINK - APPROVE PENGETAHUAN (Knowledge) - RECOGNIZE - INTEND TO PRACTICE PELAKSANAAN (Practice) - CHOSE THE ALTERNATIVE - CONTINUE OF THE USE

33 Perbedaan Individual PENDAHULUAN INTELEGENSI BAKAT
LINGKUNGAN & HEREDITAS KELAS SOSIAL & IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN DIKOTOMI DESA-KOTA JENIS KELAMIN

34 A. PENDAHULUAN Bakat & intelegensi merupakan kemampuan mental individu

35 B. INTELEGENSI Sejarah Intelegensi Pengertian Intelegensi
Teori-teori Intelegensi Pengukuran Intelegensi Kurve Normal Dalam Intelegensi

36 B. INTELEGENSI 1. Sejarah Intelegensi
Wundt(Jerman), Galton(Inggris), Cattel(AS) tes untuk anak-anak. Hasilnya:ada perbedaan ketepatan dan kecepatan individu dalam mengerjkan tes. Pra 1800-an  tes hanya untuk mengukur satu kemampuan 1880  Ebbinghause menemukan berbagai tes memori Alfred Binet & Theopile Simon  membedakan intelegensi anak normal dengan anak lemah pikir  Tes Binet-Simon Tes Binet  direvisi 1916 menjadi Tes Stanford Binet

37 B. INTELEGENSI 2. Pengertian Intelegensi
 TERMAN  Suatu kemampuan untuk berpikir berdasarkan atas gagasan yang abstrak.  BINET  Intelegensi mencakup 4 hal yaitu:pemahaman, hasil penemuan, arahan dan pembahasan.  STREN  Kapasitas umum dari individu yang secara sadar dapat menyesuaikan jiwa yang umum dengan masalah dan kondisi hidup baru.  THORNDIKE  Daya kekuatan respon yang baik dari sudut pandang kebenaran dan kenyataan. Tiga aspek intelegensi: ketinggian, keluasan dan kecepatan.

38 B. INTELEGENSI 3. Teori-teori Intelegensi
CHARLES SPEARMAN  Dua faktor intelegensi, yaitu:  Faktor G: mencakup semua kegiatan intelektual dan dimiliki oleh semua orang.  Faktor S: mencakup semua faktor khsusus tertentu yang relevan dengan tugas tertentu.

39 B. Intelegensi 3. Teori-teori Intelegensi
THURSTONE  Intelegensi beroperasi pada empat tingkat trial & error yaitu :  Perilaku nyata (trial & error)  Perseptual (trial & error)  Ideational  Konseptual  dijadikan acuan bagi pengukuran intelegensi

40 B. INTELEGENSI 3. Teori-teori Intelegensi
KEMAMPUAN KONSEPTUAL THURSTONE: Verbal Comprehention (V) Number (N) Spatial Relation (S) Word Fluency (W) Memory (M) Reasoning (R)

41 B. INTELEGENSI 4. Pengukuran Intelegensi
KUALITATIF  Perbedaan intelegensi disebabkan karena kualitas individu yang berbeda. KUANTITATIF  Perbedaan intelegensi disebabkan karena terdapat perbedaan kuantitas individu.

42 B. INTELEGENSI 4. Pengukuran Intelegensi
ALFRED BINET  TES STANFORD BINET IQ = MA X 100 CA IQ = Intelligence Quotient MA = Mental Age CA = Chronological Age

43 B. INTELEGENSI 4. Pengukuran Intelegensi Klasifikasi IQ Menurut Stanford-Binet

44 B. INTELEGENSI 4. Pengukuran Intelegensi
DAVID WECHSLER  Wechsler-Bellevue Intellegence Scale (1939)  Wechsler Intellegence Scale for Children (1949)  Wechsler Adult Intellegence Scale (1955)

45 B. INTELEGENSI 4. Pengukuran Intelegensi Klasifikasi IQ Menurut Wechsler

46 B. INTELEGENSI 5. Kurve Normal Dalam Intelegensi

47 C. BAKAT Sejarah Bakat Pengertian Bakat Bakat & Intelegensi
Pengukuran Bakat

48 C. Bakat 1. Sejarah Bakat Pendidikan = Bakat Ideal
Aplikasi Bakat pendidikan & lapangan kerja Thorndike Tiga jenis intelegensi : Abstrak Mekanis Sosial Spearman Teori faktor G & faktor S dalam intelegensi

49 C. Bakat 2. Pengertian Bakat
Crow dan Crow : Bakat merupakan kualitas yang dimiliki oleh semua orang dalam tingkat yang beragam William B. Michael : bakat adalah kapasitas seseorang dalam melakukan tugas, yang dedikit sekali dipengaruhi atau tergantung dari latihan Brigham : Bakat kondisi, kualitas, atau sekumpulan kualitas yang dititik beratkan pada apa yang dapat dilakukan individu (segi performance/kinerja) setelah individu mendapat latihan.

50 C. Bakat 2. Pengertian Bakat
Woodworth dan Marquis : bakat adalah prestasi yang dapat diramalkan dan dapat diukur melalui tes khusus. Bakat merupakan kemampuan yang memiliki tiga arti, yaitu: 1. Achievement Kemampuan aktual 2. Capacity Kemampuan potensial 3. Aptitude Kualitas

51 C. Bakat 2. Pengertian Bakat
Guilford : bakat adalah kemampuan kinerja yang mencakup dimensi perseptual, dimensi psikomotor, dan dimensi intelektual Suryabrata : Analisis mengenai bakat selalu merupakan analisis mengenai tingkah laku. Tingkah laku mengandung tiga aspek : aspek tindakan (performance/act) aspek sebab atau akibatnya (a person causes a result) aspek ekspresif Aspek kedua banyak dibahas terutama bila dikaitkan dengan bakat

52 C. Bakat 3. Bakat dan Intelegensi
Binet dan Weschler menekankan pada berfungsinyaseluruh kemampuan mental individu. Hasil tes intelegensi bisa mengukur bakat. Pengukuran intelegensi bersifat meramalkan tentang keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan beberapa tugas pekerjaan yang memerlukan kemampuan mental. Pengukuran bakat bertujuan menunjukkan kemampuan yang berhasil dalam bidang khusus.

53 C. Bakat 4. Pengukuran Bakat
Prosedur pengukuran bakat (Suryabrata, 1995) : a. Analisis jabatan/lapangan b. Deskripsi jabatan/lapangan studi c. Menemukan persyaratan yang diperlukan d. Menyusun alat pengungkap bakat, biasanya berbentuk tes

54 D. LINGKUNGAN & HEREDITAS
Studi terhadap keluarga Studi terhadap anak kembar

55 D. Lingkungan & Hereditas
1. Studi terhadap Keluarga Galton orang tua IQ tinggi = IQ anak tinggi Asumsi dulu: IQ dipengaruhi faktor keturunan Asumsi sekarang: IQ kemungkinan dipengaruhi faktor lingkungan

56 D. Lingkungan & Hereditas 2. Studi terhadap Anak Kembar
Penelitian Hardy dan Heyes, 1988: Kembar monozigotik dibesarkan bersama:  IQ hampir sama faktor nature berperan besar  IQ yang berbeda jauh faktor nuture berperan besar Kembar monozigotik dibesarkan, terpisah  IQ hampir sama faktor nature berperan kecil  IQ yang berbeda jauh faktor nuture berperan kecil

57 E. KELAS SOSIAL Havighurst  kelas sosial & intelegensi, laki-laki & perempuan Makin tinggi kelas sosial, makin tinggi tingkat intelegensi Tidak ada perbedaan laki-laki & perempuan

58 F. DIKOTOMI DESA-KOTA Crow & Crow (1989)  intelegensi anak kota  anak desa Colleman, dkk  prestasi anak metropolitan  anak non metropolitan

59 G. JENIS KELAMIN Intelegensi laki-laki = perempuan (Cage & Berliner, 1979;Crow & Crow, 1989)

60 G. JENIS KELAMIN Perbedaan laki-laki & perempuan (Cage & Berliner, 1979): Kemampuan verbal (p  l) Kemampuan matematika (l  p) Kemampuan spasial (l  p) Problem solving (l  p) Orientasi prestasi

61 BAB III KEMAMPUAN KHUSUS INDIVIDU & ANTISIPASI PENDIDIKAN
PENDAHULUAN PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT PENDIDIKAN BAGI SLOW LEARNER PENDIDIKAN ANAK KHUSUS

62 A. PENDAHULUAN Aplikasi konsep-konsep bakat & intelegensi pada lapangan pendidikan Pendidikan harus sesuai dengan kondisi peserta didik

63 B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
Kondisi di manca negara(AS, Jepang, Inggris, Korea, Taiwan) dan di Indonesia Anak berbakat Identifikasi anak berbakat Model identifikasi Layanan pendidikan anak berbakat

64 B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 1. Di Mancanegara dan Indonesia
1958; Amerika mencoba memikirkan pendidikan untuk menjaring anak berbakat. Aplikasi teori psikologi (teori belajar dan konsep kognitif) dan pengkajian teknologi merupakan hal yang berpengaruh terhadap masalah bakat dan aktualisasi diri di AS. Jepang menggunakan “Sistem Nasional Pendidikan Universal” untuk mengidentifikasi anak berbakat. Inggris tidak mengenal pengelompokkan Gifted & Talented. Hal itu akan membuat anak di luar kelompok itu merasa inferior secara intelektual. Identifikasi anak berbakat merupakan tugas guru

65 B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 1. Di Mancanegara dan Indonesia
Korea. Pengembangan pendidikan anak berbakat melalui dua tingkat: a. Tingkat Nasional b. Tingkat Swasta Untuk penjaringan anak berbakat dengan: a. Akselerasi b. Undang-undang (1996) yang mengatur beragam ukuran untuk menjamin adanya suatu bentuk belajar mengajar yang berbeda-beda yang diarahkan pada diversifikasi, kebutuhan individual pengajar dan untuk memaksimalkan pengembangan potensi individu.

66 B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 1. Di Mancanegara dan Indonesia
Taiwan. Faktor dalam pengembangan pendidikan di taiwan: kebutuhan nasional akan pendidikan bagi Gifted & Talented, kebutuhan akan pengembangan individual dan kebutuhan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Taiwan SEL (Special Education Laws) 1984, mengartikan Gifted & Talented meliputi individu yang memiliki satu atau lebih kualitas di bawah ini: a. Gifted dalam kemampuan umum b. Gifted dalam bakat akademik c. Gifted dalam talent khusus

67 B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 1. Di Mancanegara dan Indonesia
1974, beasiswa bagi anak unggulan yang tidak mampu 1980, pilot project untuk identifikasi dan seleksi anak berbakat Prosesnya: 1. Penjaringan umum % anak berbakat dari populasi sekolah. Berdasarkan penilaian guru, nilai rapor dan tes IQ. 2. Proses seleksi dengan baterai tes IQ, tes kreativitas, skala perilaku siswa dan tes hasil belajar. 1989, UU No.2/1989 (Sisdiknas) ps 8:”Warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus.

68 B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 2. Anak Berbakat
Keberbakatan: beberapa anak berbakat (child giftted) yang memilik kinerja dengan tingkat potensi aktivitas manusia yang bernilai dan secara konsisten luar biasa. (Paul Witty) Gifted (berbakat): 1.memiliki suatu derajat kemampuan intelektual yang tinggi, IQ > 140 atau lebih; 2.memiliki satu bakat non-intelektual, misalnya musik atau olahraga sampai pada tingkat tinggi sekali. Talent: suatu bentuk kemampuan khusus, seperti kemungkinan musikal yang diwarisi orang tua dan memungkinkan seseorang memperoleh keuntungan dari hasil latihannya sampai tingkat yang tinggi (bakat) (sumber:Chaplin, 1995).

69 B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 3. Identifikasi Anak Berbakat
Penjaringan Anak Berbakat. A. Didasarkan pada anggapan bahwa dalam skala makro terdapat 1 % dari seluruh populasi adalah anak berbakat unggul (Ward dalam Semiawan, 1994). B. Pada populasi anak berbakat terdapat 10 % dengan IQ = (moderately gifted) C. Sampel identifikasi awal = % (Penelitian Balitbang dalam Semiawan, 1994)

70 B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 3. Identifikasi Anak Berbakat
Penyaringan Anak Berbakat Tujuan: memberikan dasar terhadap penilaian pada kemampuan, sifat, sikap atau perilaku seseorang. Penyaringan berguna bagi peramalan tentang kinerja tertentu pada masa yang akan datang. Identifikasi anak berbakat harus meliputi semua aspek secara komprehensif yaitu IQ, kreativitas, motivasi dan kepemimpinan. Berbagai kemampuan tersebut merupakan manifestasi dari berbagai bakat sebagai kapasitas mental (Semiawan, 1994)

71 B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 4. Model Identifikasi Renzulli
IQ > Rata-rata Task comitment Kreativitas THREE-RINGS INTERACTION

72 B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 4. Model Identifikasi Triandis
Sekolah Teman Sebaya Keuletan Kreativitas Anak cerdas tinggi Intelegensi Keluarga

73 B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 5. Layanan Pend.Anak Berbakat
Menurut Ward, Kitano & Kirby (dalam Semiawan, 1994): Pendidikan anak berbakat seyogyanya berbeda dengan menekankan pada aspek intelektual. Diwarnai kecepatan dan tingkat kompleksitas sesuai kemampuan anak berbakat di atas rata-rata. Penekanan pada perkembangan kreatif dan proses berpikir tinggi. Penekanan pada orientasi penemuan dan pendekatan induktif. Memerlukan pertimbangan khsusus dalam pendidikan. Kurikulum berdiferensiasi (Semiawan, 1994)

74 C. MENTAL RETARDATION Karakteristik MR Kategori MR
Faktor-faktor penyebab MR

75 C. MENTAL RETARDATION 1. Karakteristik MR Menurut PPDGJ III:
a. IQ = 75 ke bawah b. Kesulitan dalam memenuhi tuntutan sosial c. Adaptive behavior buruk MR merupakan fenomena sosiokultural yang kompleks karena melibatkan hal-hal yang kompleks: hubungan antar keluarga menjadi beban semua orang hambatan bagi pembangunan

76 C. MENTAL RETARDATION 2. Kategori MR 1). Ditinjau dari skala IQ
a. Mild MR - Stanford Binet : - Wechsler : b. Moderate MR - Stanford Binet : - Wechsler :

77 C. MENTAL RETARDATION 2. Kategori MR c. Severe MR
- Stanford Binet : - Wechsler : d. Profound MR - Stanford Binet : <= 19 - Wechsler : <= 24

78 C. MENTAL RETARDATION 2. Kategori MR
2). Ditinjau dari istilah dalam psikologi dan kesehatan: a. Debil : IQ b. Imbicil : IQ c. Idiot : IQ < 25 3). Ditinjau dari istilah dalam pendidikan: a. Dull : IQ b. Educable : IQ c. Trainable : IQ d. Hanya mampu rawat : IQ < 25

79 C. MENTAL RETARDATION 3. Faktor Penyebab MR Sebab Biologis
A). Pranatal: infeksi, detoksifikasi, virus rubella, oabt, AIDS, herphes simplex, siphilis, hypoxia, radiasi, kelainan metabolisme. B). Masa pranatal dengan penyebab tidak jelas: microcephallus, hydrocephallus, meningocelle, kelainan kromosom, BB < minimum, bayi dari ibu psikosis Sebab Psikologi dan sosial Disebabkan karena dibesarkan dalam lingkungan primitif (masa pekanya terlewati tanpa adanya stimulasi)

80 D. EXCEPTIONAL PEOPLE Pengertian Kategori individu khusus

81 D. EXCEPTIONAL PEOPLE 1. Pengertian
Individu yang secara jelas/signifikan dan sifatnya menetap berbeda dari yang normal dan mengalami hambatan untuk mencapai suskes dalam aktivitas sosial, personal dan pendidikan yang sangat dasar (Harring, 1982). Beberapa istilah terkait: Disabled Impaired Disordered Handicaped Exceptional

82 TERIMA KASIH


Download ppt "Oleh Karyanti, M.Pd karyanti982@gmail.com 081251693851 PSIKOLOGI PENDIDIKAN Oleh Karyanti, M.Pd karyanti982@gmail.com 081251693851."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google