Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehYulia Iskandar Telah diubah "6 tahun yang lalu
1
VISUAL WARDROBE SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI
Pertemuan 2 VISUAL WARDROBE SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI
2
Visual Wardrobe sebagai Media Komunikasi
Sebagai representasi dan media komunikasi non verbal (wujud sebuah objek rancangan) untuk menyampaikan sebuah pesan, kesan, ataupun citraan tertentu, maka fungsi komunikasi beserta peran-peran terkecilnya pun harus dimengerti dengan lebih luwes, sebagaimana yang dikatakan Yasraf Amir Piliang di dalam pengantar bukunya Sebuah Dunia yang Dilipat; Realitas Kebudayaan Menjelang Milenium Ketiga dan Matinya Posmodernisme (1998): Kini kita tidak lagi berbincang dengan orang-orang akan tetapi dengan objek-objek. Sistem komunikasi dan interaksi sosial kini lebih merupakan fungsi dan kepemilikan objek-objek dan perantaraannya lewat berbagai media.
3
Lewat media desain Visual Wardrobe kita dapat menanamkan
nilai apa pun secara representatif. Mulai dari identitas, simbol- simbol tertentu, muatan ekpresi perasaan, konsep diri, nilai filosofis, pesan dan kesan, persuasi, hasutan, sensasi, citraan gaya hidup, hingga hal-hal yang mengarah kepada provokasi tertentu. Karena sifatnya yang visual (dapat dilihat; terlihat) maka Visual Wardrobe adalah sebuah tontonan, bagian yang harus di- show up dari sebuah pertunjukan, pameran, atau pun eksibisi. Dan karena sebuah pertunjukan, pameran, ataupun eksibisi itu membutuhkan penonton, jelas ia harus menarik dan memiliki daya pikat tertentu. Visual Wardrobe harus memiliki nilai komoditif jika ia dimaksudkan untuk kepentingan advertising,
4
broadcasting, maupun komunikasi visual. Daya ungkap kreatif
dan idiom-idiom (konstruksi makna) yang menarik mutlak diperlukan. Berbagai gagasan adaptasi bentuk, simbolisasi, mitos, kebaruan, maupun gaya-gaya masa lalu boleh saja dituangkan ke dalam konsep desain Visual Wardrobe. Salahsatu ungkapan kreatif yang sering dituangkan di dalam konsep desain Visual Wardrobe dalam budaya populer saat ini misalnya adalah ungkapan yang bersifat ‘parodi’ dan ‘fetis (fetish)’. Parodi menurut glosarium Yasraf Amir Piliang adalah sebuah komposisi sastra atau seni yang di dalamnya gagasan, gaya, atau ungkapan khas seorang seniman dipermainkan sedemikian rupa, sehingga membuatnya tampak absurd.
5
Sementara fetis (fetish) adalah setiap objek yang di dalamnya
dianggap bersemayam ruh atau kekuatan tertentu, sehingga menimbulkan pengaruh magis dan daya pesona (dalam antropologi) dan rangsangan seksual tertentu (dalam seksualitas). Dengan mengacu kepada konsep-konsep ungkapan di atas, maka penyimpangsiuran, penyalahgunaan, dan pembajakan tanda-tanda (yang berarti juga maknanya) direpresentasikan secara komunikatif dan berbahasa di dalam desain Visual Wardrobe. Misalnya pembajakan identitas kultural wanita (sifat feminin) oleh pria, yang tujuannya adalah sebagai parodi tanda dan identitas pria (sifat maskulin), atau pun kebalikannya.
6
Pria yang memakai gelang, anting-anting, cat kuku, aksesori
kelap-kelip, ikat rambut, dan sebagainya – juga wanita dengan pakaian balap, memakai celana cowboy, kostum sepakbola, bercukur ala skinhead dengan aksesorinya adalah sebuah contoh parodi. Tersedianya model pakaian dan komoditi lainnya yang biseks, berkembangnya model aksesori pakaian dalam fashion yang memutarbalikan identitas, berkembangnya acuan image di dalam televisi dan media massa lainnya, yang merupakan parodi dari nilai-nilai tabu, mitos dan spiritual, adalah contoh bahwa desain Visual Wardrobe sangat terbuka terhadap gagasan ataupun konsep apa pun, hanya kita yang tinggal cerdas-bijak mempertanggungjawabkannya. Left Brain & Right Brain Human Information Processing HIPS
7
“Aku berbicara lewat pakaianku”, begitu kata Dick Hebdige
(Subculture: The Meaning of Style, Routledge, 1979 hal.100) Beberapa contoh aplikasi Visual Wardrobe dengan mudah dapat disaksikan di dalam televisi, mulai dari apa yang dipakai MC acara kuis, band The Virgin, pakaian muslim, hingga riasan face painting ataupun body painting. Mulai dari yang mengusung konsep lokal tradisional, budaya subkultur Amerika, kebanci- bancian, keliaran alam, hingga konsep yang bersifat religius. Mulai dari yang minimalis hingga yang lebay-heboh.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.