Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

TUBERCULOSIS PARU OLEH KELOMPOK III LIZARNI DEVI MARIA IKSIR JAUHARI.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "TUBERCULOSIS PARU OLEH KELOMPOK III LIZARNI DEVI MARIA IKSIR JAUHARI."— Transcript presentasi:

1 TUBERCULOSIS PARU OLEH KELOMPOK III LIZARNI DEVI MARIA IKSIR JAUHARI

2 DEFENISI TB Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman menyerang Paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain (Dep Kes, 2003).  

3 ETIOLOGI Penyakit TB Paru disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA)

4

5 PATOGENESIS Penyebaran TB Paru dari penderita terjadi melalui nuklei droplet infeksius yang keluar bersama batuk, bersin dan bicara dengan memproduksi percikan yang sangat kecil berisi kuman TB. Kuman ini melayang layang di udara yang dihirup oleh penderita lain. Faktor utama dalam perjalanan infeksi adalah kedekatan dan durasi kontak serta derajat infeksius penderita dimana semakin dekat seseorang berada dengan penderita, makin banyak kuman TB yang mungkin akan dihirupnya

6 Patofisiologis Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosillier bronkus, dan terus berjalan sehinga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di Paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru, saluran linfe akan membawa kuma TB ke kelenjar linfe disekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberculin dari negatif menjadi positif.

7 Infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui berbagai jalan, yaitu:
Percabangan bronkhus Sistem saluran limfe Aliran darah

8

9 KLASIFIKASI TB PARU BERDSRK’ HSL PEMERIKSAAN :
TB Paru BTA Positif Disebut TB Paru BTA (+) apabila sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu) hasilnya positif, atau 1 spesimen dahak SPS positif disertai pemeriksaan radiologi paru menunjukan gambaran TB aktif. TB Paru BTA Negatif Apabila dalam 3 pemeriksaan spesimen dahak SPS BTA negatif dan pemeriksaan radiologi dada menunjukan gambaran TB aktif. TB Paru dengan BTA (-) dan gambaran radiologi positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan, bila menunjukan keparahan yakni kerusakan luas dianggap berat.

10 BERDSRK’ TIPE PENDERITA
Kasus baru Kambuh (relaps) Pindahan (transferin) Kasus berobat setelah lalai (default/drop out)

11

12 MANIFESTASI KLINIS Diagnosa TB berdasarkan gejala/manifestasi klinis dibagi menjadi 3, diantaranya: Gejala respiratorik meliputi: Batuk Batuk darah Sesak napas Nyeri dada

13 2. Gejala sistemik a. Demam Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari mirip demam influenza. b. Gejala sistemik lain : Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta malaise. 3. Gejala Tuberkulosis ekstra Paru Tergantung pada organ yang terkena, misalnya : limfedanitis tuberkulosa. Meningitsis tuberkulosa, dan pleuritis tuberkulosa.

14

15 Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan sputum (S-P-S) Pemeriksaan tuberculin Pemeriksaan Rontgen Thoraks   Pemeriksaan Laboratorium

16 Test tuberkulin (test mantoux).
Dengan menyuntikan 0,1 cc tuberkulin secara intrakutan, hasil : Indurasi 0 – 5 mm : mantoux (-). Indurasi 6 – 9 mm : meragukan. Indurasi 10 – 15 mm : mantoux (+). Indurasi > 16 mm : mantoux (+) kuat.

17 Pencegahan Pemeriksaan kontak Mass chest X-ray Vaksinasi BCG
Kemoprofilaksis Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE)

18 Pengobatan Untuk program nasional pemberantasan TB paru, WHO menganjurkan panduan obat sesuai dengan kategori penyakit. Kategori didasarkan pada urutan kebutuhan pengobatan dalam program. Untuk itu, penderita dibagi dalam empat kategori sebagai berikut:

19 Kategori I Kategori I adalah kasus baru dengan sputum positif dan penderita dengan keadaan yang berat seperti meningitis, TB milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis massif atau bilateral, spondiolitis dengan gangguan neurologis, dan penderita dengan sputum negatif tetapi kelainan parunya luas, TB usus, TB saluran perkemihan, dan sebagainya. Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam seminggu ( tahap lanjutan ).

20 Kategori II Kategori II adalah kasus kambuh atau gagal dengan sputum tetap positif.  diberikan kepada : Penderita kambuh Penderita gagal  terapi Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat

21 Kategori III Kategori III adalah kasus sputum negatif tetapi kelainan parunya tidak luas dan kasus TB di luar paru selain yang disebut dalam kategori I. Kategori IV Kategori IV adalah tuberkulosis kronis. Prioritas pengobatan rendah karena kemungkinan keberhasilan rendah sekali.

22 Obat obat Anti Tuberculosis
INH Rifampisin Pyrazinamid Ethambutol Streptomicin

23 Asuhan Keperawatan Pengkajian : Identitas Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit dahulu Riwayat penyakit klrg Pengkajian psikososiospiritual Pemeriksaan fisik

24 Diagnosa Keperawatan Bersihan jalan nafas tak efektif, berhubungkan dengan sekret kental / sekret darah, upaya batuk buruk, dapat ditandai dengan: Frekuensi pernafasan, irama, kedalaman tak normal. Bunyi nafas tak normal, ( ronchi, mengi ) stridor. Dispnoe. Gangguan pertukaran gas berhubungan penurunandengan permukaan efektif, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret kental, tebal, dan edema bronchial.

25 Sambungan>>>>
Resiko tinggi infeksi ( penyebaran / aktivitas ulang ) berhubungan dengan pertahanan primer tak adekuat, penurunan kerja silia / statis sekret, malnutrisi, kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan proses peradangan ditandai dengan peningkatan suhu tubuh (hypertermi).

26 Intervensi ( u/ dx 1 ) Bersihan jalan nafas tak efektif, berhubungkan dengan sekret kental / sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema tracheal / faringeal dapat ditandai dengan: Frekuensi pernafasan, irama, kedalaman tak normal. Bunyi nafas tak normal, ( ronchi, mengi ) stridor. Dispnoe.

27 Rencana jangka pendek :
Membersihkan nafas pasien. Mengeluarkan sekret tanpa bantuan. Rencana jangka panjang : Menunjukan perilaku untuk memperbaiki / mempertahankan bersihan jalan nafas.

28 Rencana keperawatan Berikan pasien posisi semi atau fowler tinggi, bantu pasien untuk latihan nafas dalam. Rasional : Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan, ventilasi meksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret kedalam jalan nafas besar untuk dikeluarkan.

29 Bersihkan sekret dari mulut dan trakea ; pengisapan sesuai dengan keperluan. Rasional : Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal ( misalnya ; efek infeksi dan atau tidak   adekuat hydrasi ) sputum berdarah kental atau darah cerah diakibatkan oleh kerusakan ( kapitasi ) paru atau luka bronkial, dan dapat memerlukan evaluasi / intervensi lanjut. Mencegah obstruksi / aspirasi, penghisapan dapat diperlukan bila pasien tidak mampu  mengeluarkan sekret

30 Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif, catat karakter, jumlah sputum dan adanya hemoptisis. Kaji fungsi pernafasan, contoh bunyi nafas, kecepatan, irama dan kedalaman serta penggunaan otot aksesori. Rasional : Penurunan bunyi nafas dapat menunjukan atelektasis, ronchi, mengi, menunjukan  akumulasi sekret/ketidakmampuan untuk membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan penggunaan otot aksesori pernafasan dan peningkatan kerja pernafasan.

31


Download ppt "TUBERCULOSIS PARU OLEH KELOMPOK III LIZARNI DEVI MARIA IKSIR JAUHARI."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google