Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
KEBUDAYAAN SUMATERA UTARA
Nama kelompok : Siti Asiah Dahlia Rahmaiar Denisa Kartika Sari Deni Priatman Dody H
2
SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU ANTROPOLOGI
PENGERTIAN KEBUDAYAAN ANTROPOLOGI
3
Pengertian Antropologi
Antropologi adalah ilmu tentang manusia, masa lalu, dan kini yang menggambarkan manusia melalui pengetahuan ilmu sosial dan ilmu hayati (alam), dan juga humaniora. Antropologi berasal dari kata Yunani anthropos yang berarti ‘manusia’ atau ‘orang’ dan logos yang berarti ‘wacana’ (dalam pengertian “bernalar”, “berakal”) atau secara etimologis antropologi berarti ilmu yang mempelajari manusia. Antropologi bertujuan untuk lebih memahami dan mengapresiasi manusia sebagai spesies homo sapiens dan makhluk sosial dalam kerangka kerja yang interdisipliner dan komprehensif.
4
Pengertian Antropologi
Ilmu antropologi mengenal juga ilmu-ilmu bagian, yaitu: Antropologi Fisik dalam Arti Luas, yaitu : Paleo-antropologi dan Antropologi fisik. Antropologi Budaya, yaitu : Etnolinguistik, Prehistori, dan Etnologi.
5
Sekilas Tentang Sumatera Utara
Sumatera Utara adalah provinsi dengan ibukota Medan, berada di Pulau Sumatera berdekatan dengan Provinsi Aceh. Suku bangsa di Sumatera Utara sangat beraneka ragam antara lain: Batak (Batak Toba, Karo, Mandailing, Simalungun, Pak-Pak, Angkola), Nias, Melayu, Tionghoa, Minangkabau, Banjar, dan lain-lain. Nama suku bangsa bangsa “ Batak “ itu sebenarnya bukan terjadi begitu saja, didalam buku “hang tuah” cetakan ke III yang diterbitkan oleh Balai Pustaka (1956) disebutkan bahwa perkataan “Negeri Batak” telah dijumpai juga ditanah melayu (mungkin sebelum ada terjadi kesultanan Malaka). “Bataha” adalah salah satu diantara kampong atau negeri dibunna siam dahulu yaitu negeri asal orang batak sebelum berkembang ke kepulauan Nusantara. Maka dari kata “Bataha” inilah berubah menjadi Batak
6
Sejarah Perkembangan Ilmu Antropologi
Koentjaraningrat menyusun perkembangan ilmu Antropologi menjadi 4 fase, sebagai berikut : Fase Pertama (sebelum 1800) Fase Kedua (Kira-kira Pertengahan Abad ke-19) Fase Ketiga (Permulaan Abad ke-20) Fase Keempat (Sesudah Kira-kira 1930)
7
Kebudayaan Sematera Utara Sistem Kemasyarakatan
Sistem Pencaharian Sistem Kemasyarakatan Sistem Reliigi Kesenian Bahasa Upacara Adat
8
Kebudayaan Sumatera Utara
1. Sistem Mata Pencaharian Pada umumnya mata pencaharian masyarakat Batak adalah bertani, beternak, menangkap ikan bagi masyarakat yang tinggal disekitar pinggir Danau toba dan kerajinan tangan. 2. Sistem Kemasyakaratan Stratifikasi sosial orang batak dalam kehidupan sehari-hari mungkin tidak jelas kelihatan, namun dapat kita golongkan berdasarkan 3 prinsip : Perbedaan usia, Pendidikan, Materi (kekayaan)
9
Kebudayaan Sumatera Utara
3. Sistem Religi Sebaran agama di Sumatera Utara adalah sebagai berikut: Islam : dipeluk oleh suku Melayu, Pesisir, Minangkabau, Jawa, Aceh, Mandailing, Angkola, sebagian Karo, Simalungun dan Pakpak Kristen (Protestan dan Katolik) : terutama dipeluk oleh suku Batak Toba, Karo, Simalungun, dan Nias. Hindu : terutama dipeluk oleh suku Peranakan di Perkotaan Buddha : terutama dipeluk oleh suku Peranakan di Perkotaan Parmalim : dipeluk oleh sebagian suku Batak yang berpusat di Huta Tinggi Animisme : masih dipeluk oleh suku Batak, yaitu Pebelegu Parhabonaron dan kepercayaan sejenisnya.
10
Kebudayaan Sumatera Utara
4. Kesenian Seni pada masyarakat Batak umumnya meliputi : Seni Sastra : Seni sastra dikalangan suku bangsa Batak meliputi Sastra lisan dan tulisan yang terdiri dari prosa, prosa lisan dan puisi. Seni Musik : Musik tradisional Batak Cuma mengenal 5 nada. Seni Tari : Nilai seni tari (tor-tor) pada semua orang batak adalah sama. Tarian ditujukan kepada tuhan dan orang tua. Seni tari juga dapat bernilai gerak badan untuk menyehatkan jasmani ataupun memperlihatkan gerak keindahan.
11
Kebudayaan Sumatera Utara (Kesenian)
Seni Bangunan : Bangunan didirikan dengan bahan-bahan yang banyak dijumpai di tanah Batak. Tempat kediaman diperbuat dari kayu dengan tiang-tiang besar dan kokoh. Atapnya dari ijuk dan dindingnya dari papan. Seni Kerajinan Tangan : Seni kerajinan tangan ulos dikaitkan dengan angka, warna dan struktur sosial religious.
12
Kebudayaan Sumatera Utara
5. Bahasa Bahasa yang digunakan secara umum adalah Bahasa Indonesia Suku Melayu Deli mayoritas menuturkan Bahasa Indonesia Pesisir Timur seperti wilayah Serdang Bedagai, Pangkalan Dodek, Batubara, Asahan, dan Tanjung Balai, memakai Bahasa Melayu dialek “o” begitu juga di Labuhan Batu dengan sedikit perbedaan ragam Kabupaten Langkat masih menggunakan Bahasa Melayu dialek “e” yang sering juga disebut Bahasa Maya-maya Masyarakat Jawa di daerah perkebunan, menuturkan Bahasa Jawa sebagai pengantar sehari-hari.
13
Kebudayaan Sumatera Utara (Bahasa)
Di Medan, orang Tionghoa lazim menuturkan Bahasa Hokkian selain Bahasa Indonesia. Di pegunungan, masyarakat Batak menuturkan Bahasa batak yang terbagi atas empat logat (Silindung-Samosir-Humbang-Toba). Bahasa Nias dituturkan di Kepulauan Nias oleh suku Nias orang-orang di pesisir barat seperti Kota Sibolga, Kabupaten Tapanuli Tengah, dan Natal menggunakan bahasa Minangkabau
14
Kebudayaan Sumatera Utara
6. Upacara Adat a. Upacara Kematian Dalam tradisi Batak, orang yang mati akan mengalami perlakuan khusus, terangkum dalam sebuah upacara adat kematian. Upacara adat kematian tersebut diklasifikasi berdasarkan usia dan status orang yang meninggal dunia, yakni: Untuk yang meninggal ketika masih dalam kandungan (mate di bortian) belum mendapatkan perlakuan adat (langsung dikubur tanpa peti mati). Mati ketika masih bayi (mate poso-poso) Mati saat anak-anak (mate dakdanak) Mati saat remaja (mate bulung) Mati saat sudah dewasa tapi belum menikah (mate ponggol)
15
Kebudayaan Sumatera Utara (Upacara Adat)
Upacara adat kematian semakin sarat mendapat perlakuan adat apabila orang yang mati: Telah berumah tangga namun belum mempunyai anak (mate di paralang-alangan/mate punu) Telah berumah tangga dengan meninggalkan anak-anaknya yang masih kecil (mate mangkar) Telah memiliki anak-anak yang sudah dewasa, bahkan sudah ada yang kawin, namun belum bercucu (mate hatungganeon) Telah memiliki cucu, namun masih ada anaknya yang belum menikah (mate sari matua) Telah bercucu tapi tidak harus dari semua anak-anaknya (mate saur matua).
16
Kebudayaan Sumatera Utara (Upacra Adat)
b. Upacara Pernikahan Mangaririt : ajuk-mengajuk hati atau memilih gadis yang akan dijadikan menjadi calon istrinya sesuai dengan kriterianya sendiri dan kriteria keluarga. Mangalehon Tanda : memberikan tanda yang apabila laki-laki sudah menemukan perempuan sebagai calon istrinya, maka keduanya kemudian saling memberikan tanda. Marhusip : perundingan atau pembicaraan antara utusan keluarga calon pengantin laki-laki dengan wakil pihak orang tua calon pengantin perempuan, mengenai jumlah mas kawin yang harus di sediakan oleh pihak laki-laki yang akan diserahkan kepada pihak perempuan
17
Kebudayaan Sumatera Utara (Upacara Adat)
Martumpol : Acara pertunangan namun secara harafiah martupol adalah acara kedua pengantin di hadapan pengurus jemaat gereja diikat dalam janji untuk melangsunkan perkawinan. Marhata Sinamot : perkenalan resmi antara orang tua laki-laki dengan orang tua perempuan. Martonggo Raja : orang tua calon pengantin akan mengumpulkan semua anggota keluarga di rumah mereka masing-masing
18
Kebudayaan Sumatera Utara (Upacara Adat)
Marunjuk : saat berlangsungnya upacara perkawinan, upacara perkawinan pada masyarakat Batak Toba ada dua macam yaitu alap dan taruhon jual. Paulak Une : langkah agar kedua belah pihak bebas saling kunjung mengunjungi setelah beberapa hari berselang setelah upacara perkawinan yang biasanya dilaksanakan seminggu setelah upacara perkawinan, pihak pengantin laki-laki dan kerabatnya, bersama pengantin pergi ke rumah pihak orang tua pihak pengantin perempuan Maningkir Tangga : Upacara ini pihak perempuan pergi mengunjungi pengantin dirumah pihak laki-laki, dimana mereka makan bersama melakukann pembagian jambar
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.