Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

CASE REPORT RHINITIS ALERGI

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "CASE REPORT RHINITIS ALERGI"— Transcript presentasi:

1 CASE REPORT RHINITIS ALERGI
FIORENTINA ELFA CLARA PEMBIMBING : dr. Bambang Suprayogi, SP THT-KL KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN THT PERIODE 21 DESEMBER 2016 – 12 JANUARI 2017 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA 2017

2 STATUS PASIEN IDENTITAS PASIEN Nama : TN. TUMEANG HUTABARAT
Umur : 28 TH Jenis Kelamin : LAKI -LAKI Alamat : CIPINANG ASEM NO. 16, JAKARTA TIMUR Pekerjaan : PNS Pendidikan : SARJANA Agama : KRISTEN Suku : BATAK STATUS PASIEN

3 ANAMNESIS KELUHAN UTAMA KELUHAN TAMBAHAN HIDUNG TERSUMBAT
BERSIN-BERSIN, SULIT BERNAFAS, HIDUNG TERASA GATAL

4 Riwayat Penyakit Sekarang (Autoanamnesis)
Seorang laki-laki usia 28 tahun datang ke RSU UKI dengan keluhan hidung tersumbat yang sudah dirasakan sejak 3-4 hari yang lalu, terutama pada pagi dan malam hari. Keluhan ini membuat pasien merasa terganggu setiap harinya, sehingga pasien merasa terganggu saat hendak tidur malam maupun bangun pagi dan juga saat beraktivitas. Pasien juga mengeluh hidungnya seringkali terasa gatal dan juga sering mengalami bersin-bersin hingga bisa lebih dari 5x. Cairan yang keluar dari hidung berwarna bening dan berbentuk encer. Pasien sudah mengobatinya namun keluhan ini seringkali muncul kembali. Keluhan ini sudah seringkali muncul namun, seringkali sembuh dengan sendirinya. Keluhan ini seringkali kambuh bila pasien terpapar udara dingin. pasien menggatakan bahwa dirinya mempunyai alergi pada udara dingin sehingga seringkali keluhan ini muncul. pasien tidak mempunyai keluhan pada kedua telinga dan tenggorokan.

5 Riwayat Penyakit Dahulu
pasien pernah mengalami hal seperti ini 1 bulan yang lalu. Riwayat alergi (+)

6 Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita seperti yang dikeluhkan oleh pasien.

7 Pemeriksaan Fisik STATUS GENERALIS Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis Kooperasi : Kooperatif Tekanan darah : - Thoraks : DBN Abdomen : DBN Ekstremitas : DBN Frekuensi nadi : 86 kali/menit Frekuensi napas : 20 kali/menit Suhu : 36,8oC Kepala : Normocephali Mata : CA -/-, SI -/- Leher : KGB tidak teraba membesar

8 Pemeriksaan Fisik Telinga
KANAN TELINGA LUAR KIRI Normotia Bentuk telinga luar Normal, nyeri tarik (-) Daun telinga Normal, nyeri tekan (-), tidak ada benjolan Retroaurikular Tidak ada Nyeri tekan tragus KANAN LIANG TELINGA KIRI Lapang Lapang / Sempit Merah muda Warna Epidermis Tidak ada Sekret ada (sedikit) Serumen Tidak ditemukan Kelainan Lain Pemeriksaan Fisik Telinga KANAN MEMBRAN TIMPANI KIRI Intak Bentuk Putih seperti mutiara Warna (+) Refleks Cahaya Tidak ada Perforasi Kelainan Lain

9 Tidak ada lateralisasi
Uji Pendengaran KANAN TELINGA KIRI Normal 5/6 Tes Berbisik ( + ) Rinne (+) Weber Tidak ada lateralisasi Sama dengan pemeriksa Schwabach Audiogram : tidak dilakukan pemeriksaan Uji Keseimbangan : tidak dilakukan pemeriksaan

10 Pemeriksaan Fisik Hidung
KANAN HIDUNG KIRI Normal Bentuk Hidung Luar Tidak ditemukan Deformitas Tidak ada Nyeri Tekan Dahi Pipi Krepitasi

11 Pemeriksaan Fisik Hidung
KANAN RINOSKOPI ANTERIOR KIRI Tenang Vestibulum Nasi Lapang Cavum nasi Tidak Lapang (Sempit) Pucat, Livid Mukosa Hipertrofi Konka Media Konka Inferior Ada sekret Meatus Nasi Tidak ada Deviasi Septum Ada Sekret Massa Kelainan Lain Pemeriksaan Fisik Hidung Kanan Rinoskopi Posterior Kiri Tidak dilakukan Koana Mukosa Konka Sekret Muara Tuba Eustachii Massa

12 Pemeriksaan Fisik Hidung
KANAN TRANSILUMINASI KIRI Terang (3) Sinus Frontal Terang (3) Sinus Maksila

13 Pemeriksaan Fisik Tenggorok
FARING Hasil Pemeriksaan Dinding Faring Tidak bergranul Mukosa Hiperemis Uvula Di tengah Arkus Faring Simetris Laringoskopi Indirek Hasil pemeriksaan Valekula Sulit dinilai Epiglotis Aritenoid Plika interaritenoid Plika ventrikularis Plika vokalis Sinus morgagni Sinus piriformis Cincin trakea Massa / Kelainan lain TONSIL Hasil Pemeriksaan Pembesaran T1-T1 Kripta Tidak melebar Detritus Tidak ada Perlekatan Sikatrik

14 RESUME ANAMNESIS Pasien datang dengan keluhan hidung tersumbat yang sudah dirasakan sejak 3-4 hari yang lalu, terutama pada pagi dan malam hari. Keluhan ini membuat pasien merasa terganggu setiap harinya, sehingga pasien merasa terganggu saat hendak tidur malam maupun bangun pagi dan juga saat beraktivitas ataupun sedang santai. Pasien juga mengeluh hidungnya seringkali terasa gatal dan juga sering mengalami bersin-bersin hingga bisa lebih dari 5x. Cairan yang keluar dari hidung berwarna bening dan berbentuk encer. Keluhan ini seringkali kambuh bila pasien terpapar debu dan udara dingin Riwayat alergi (+) pada debu dan udara dingin.

15 RESUME PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis dalam batas normal
Status THT Telinga kanan & kiri : Liang telinga lapang Tidak ada sekret pada telinga kiri dan kanan Membran timpani telinga kiri dan kanan intak. Warna putih seperti mutiara Refleks cahaya (+) Perforasi (-) Tes Rinne : (+) Tes webber : Tidak ada lateralisasi Tes Swabach : Sama dengan pemeriksa Hidung : Cavum nasi kiri : sempit Mukosa kiri dan kanan : pucat, livid Meatus nasi kiri dan kanan : sekret (+) Deviasi septum : ke kiri Sekret kiri dan kanan : (+) Tenggorok : dalam batas normal

16 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Skin Prick Test : Tes ini mudah dilakukan untuk mengetahui jenis alergen penyebab alergi. Eosinofil sekret hidung Foto polos sinus paranasal/CT Scan/MRI : apabila dicurigai sinusitis. Skin Prick Test : Tes ini mudah dilakukan untuk mengetahui jenis alergen penyebab alergi. Foto polos sinus paranasal/CT Scan/Mri : dilakukan bila ada indikasi keterlibatan sinus paranasal, seperti adakah komplikasi rinosinusitis.

17 Diagnosis Diagnosis Kerja Rhinitis Alergi Diagnosis Banding Rhinitis Vasomotor DD : rhinitis vasomotor, sinusitis, rhinitis medikamentosa .

18 DIAGNOSIS BANDING RINITIS VASOMOTOR adalah terdapatnya gangguan fisiologik lapisan mukosa hidung yang disebabkan bertambahnya aktivitas parasimpatis.

19 RENCANA PENGOBATAN HINDARI ALERGEN OLAHRAGA MENGGUNAKAN MASKER
NON MEDIKAMENTOSA HINDARI ALERGEN OLAHRAGA MENGGUNAKAN MASKER MAKAN MAKANAN YANG BAIK DAN BERGIZI MINUM OBAT TERATUR SAMPAI HABIS KONTROL KE DOKTER JIKA KELUHAN MASIH ADA MEDIKAMENTOSA CIPROFLOXASIN 500MG 2X1 RHINOS SR 2X1 TANTUM VERDE RINSE 2X1 MEDIKAMENTOSA ANTIBIOTIK ANTIHISTAMIN DEKONGESTAN KORTIKOSTEROID : mengurangi efek inflamasi

20 Komplikasi Sinusitis Polip hidung Otitis media

21 Prognosis Ad vitam : bonam Ad functionum : dubia ad bonam
Ad sanationum : dubia

22 Rhinitis Alergi

23 Definisi Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulang dengan alergen spesifik tersebut. Definisi menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal, dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai ig E.

24 BERDASARKAN CARA MASUKNYA ALERGEN
ETIOLOGI Kelainan mukosa hidung yang mengaktifkan reaksi hipersensitivitas tipe I BERDASARKAN CARA MASUKNYA ALERGEN - Tungau debu rumah - Kecoa - Serpihan epitel kulit binatang - Rerumputan - Serta jamur. Alergen injektan Alergen inhalan - Penisilin - Sengatan lebah masuk melalui suntikan atau tusukan masuk bersama dengan udara pernapasan - Susu - Sapi - Telur - Coklat - Ikan laut - Udang - Kepiting - Kacang-kacangan Alergen kontaktan Alergen ingestan Berdasarkan cara masuknya alergen dibagi atas:1,3,5 1.Alergen inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernapasan, misalnya tungau debu rumah, kecoa, serpihan epitel kulit binatang, rerumputan, serta jamur. 2.Alergen ingestan yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu, sapi, telur, coklat, ikan laut, udang kepiting, dan kacang-kacangan. - Bahan kosmetik - Perhiasan masuk melalui kontak kulit atau jaringan mukosa masuk ke saluran cerna

25 KLASIFIKASI Intermitten (kadang-kadang) Persisten (menetap)
Berdasarkan WHO Initiative ARIA, rinitis alergi berdasarkan sifat berlangsungnya Intermitten (kadang-kadang) Bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang dari 4 minggu Persisten (menetap) Bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan lebih dari 4 minggu. Berdasarkan sifat berlangsungnya rinitis alergi dibagi menjadi :1,6,7 1. Rinitis alergi musiman (seasonal, hay fever, polinosis). Rinitis hanya ada di negara yang mempunyai 4 musim. Allergen penyebabnya spesifik, yaitu tepungsari (pollen), rerumputan, dan spora jamur. 2. Rinitis alergi sepanjang tahun (perennial). Gejala penyakit ini timbul intermiten atau terus menerus, tanpa variasi musim. Penyebab yang paling sering ialah alergen inhalan dan alergen ingestan. Berdasarkan WHO Initiative ARIA, rinitis alergi berdasarkan sifat berlangsungnya dibagi menjadi:1,11 1. Intermitten (kadang-kadang): bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang dari 4 minggu. 2. Persisten/ menetap bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan lebih dari 4 minggu. Sedangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit, rinitis alergi dibagi menjadi:1 1. Ringan bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan akivitas harian, bersantai, berolahraga, belajar, bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu. 2. Sedang-berat bila terdapat salah satu atau lebih dari gangguan tersebut di atas.

26 Untuk tingkat berat ringannya penyakit, rinitis alergi dibagi menjadi
KLASIFIKASI Untuk tingkat berat ringannya penyakit, rinitis alergi dibagi menjadi Ringan Bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan akivitas harian, bersantai, berolahraga, belajar, bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu. Sedang-berat Bila terdapat salah satu atau lebih dari gangguan tersebut di atas. Berdasarkan sifat berlangsungnya rinitis alergi dibagi menjadi :1,6,7 1. Rinitis alergi musiman (seasonal, hay fever, polinosis). Rinitis hanya ada di negara yang mempunyai 4 musim. Allergen penyebabnya spesifik, yaitu tepungsari (pollen), rerumputan, dan spora jamur. 2. Rinitis alergi sepanjang tahun (perennial). Gejala penyakit ini timbul intermiten atau terus menerus, tanpa variasi musim. Penyebab yang paling sering ialah alergen inhalan dan alergen ingestan. Berdasarkan WHO Initiative ARIA, rinitis alergi berdasarkan sifat berlangsungnya dibagi menjadi:1,11 1. Intermitten (kadang-kadang): bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang dari 4 minggu. 2. Persisten/ menetap bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan lebih dari 4 minggu. Sedangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit, rinitis alergi dibagi menjadi:1 1. Ringan bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan akivitas harian, bersantai, berolahraga, belajar, bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu. 2. Sedang-berat

27 Patofisiologi Pada rinitis alergi, sel-sel inflamasi yang berperan: sel mast, CD4- positif sel T, sel B, makrofag, dan eosinofil. Sel inflamasi masuk ke lapisan hidung saat terpapar alergen (tungau, debu, serangga, bulu binatang, dan serbuk sari) Setelah terpapar alergen  infiltrasi sel T (Th2) pada mukosa hidung dan terjadi pelepasan sitokin(IL-3, IL-4, IL-5, dan IL-13) yang kemudian akan merangsang pembentukan Ig E yang di produksi oleh sel plasma. Produksi IgE dapat memicu pelepasan mediator-mediator seperti histamin dan leukotrin. Pelepasan mediator tsb dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah, peningkatan permeabilitas kapiler, gatal-gatal, rinore, sekresi mukus, dan kontraksi otot polos Mediator dan sitokin dilepaskan selama reaksi fase cepat dari respon imun saat terpapar alergen. Kemudian akan memicu respon inflamasi lanjut selama 4 – 8 jam (respon inflamasi tipe lambat) yang menyebabkan gejala rekurensi (biasanya hidung tersumbat)

28 DIAGNOSIS ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis rinitis alergi ditegakkan berdasarkan:1 Anamnesis Pada anamnesis didapati keluhan serangan bersin yang berulang. Bersin ini merupakan gejala pada RAFC dan kadang-kadang RAFL sebagai akibat dilkepaskannya histamin. Gejala lain adalah keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan banyak keluar air mata (lakrimasi).1 Riwayat penyakit alergi dalam keluarga perlu ditanyakan. Pasien juga perlu ditanya gangguan alergi selain yang menyerang hidung, seperti asma, eczema, urtikaria, atau sensitivitas obat. Keadaan lingkungan kerja dan tempat tinggal juga perlu ditanya untuk mengaitkan awitan gejala. 3,4 Pemeriksaan Fisik Pada rinoskopi anterior tampak mukosa edema basah, berwarna pucat atau livid disertai adanya secret encer yang banyak. Bila gejala persisten, mukosa inferior tampak hipertofi.1 Gejala spesifik lain pada anak adalah adanya bayangan gelap di daerah bawah mata yang terjadi karena stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung. Gejala ini disebut allergic shiner. Selain itu juga tampak anak menggosok-gosok hidung, karena gatal dengan punggung tangan. Keadaan ini disebut allergig salute. Menggosok-gosok hidung mengakibatkan timbulnya garis melintang di dorsum nasi bagian sepertiga bawah yang disebut allergic crease. Mulut sering terbuka dengan lengkung langit-langit yang tinggi, sehingga akan menyebabkan gangguan pertumbuhan gigi-geligi (facies adenoid). Dinding posterior faring tampak granuler dan edema (cobblestone appearance), serta dinding lateral faring menebal. Lidah tampak seperti gambaran peta (geographic tongue).1,3,7,8 Pemeriksaan Penunjang1 Invitro : Hitung eosinofil dalam darah tepi dapat normal atau meningkat. Demikian pula pemeriksaan IgE total seringkali menunjukkan nilai normal. Invivo : Allergen penyebab dapat dicari dengan cara pemeriksaan tes cukit kulit, uji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau berseri (Skin End-Point Titration/ SET). SET dilakukan untuk allergen inhalan dengan menyuntikkan allergen dalam berbagai konsentrasi yang bertingkat kepekatannya. Untuk allergen makanan, uji kulit Intracutaneus Provocative Dilutional Food Test (IPDFT), namun sebagai baku emas dapat dilakukan dengan diet eliminasi dan provokasi (Challenge Test).

29 ANAMNESIS Anamnesis sangat penting, karena seringkali serangan tidak terjadi dihadapan pemeriksa. Hampir 50% diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis. Gejala rinitis alergi yang khas adalah terdapatnya serangan bersin berulang. Sebetulnya bersin merupakan gejala yang normal, terutama pada pagi hari atau bila terdapat kontak dengan sejumlah besar debu. Hal ini merupakan mekanisme fisiologik, yaitu proses membersihkan sendiri (self cleaning process). Bersin dianggap patologik bila terjadinya lebih dari lima kali setiap serangan  Gejala lain ialah keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan banyak air mata keluar (lakrimasi).

30 Allergic Shiner pada pasien Rhinitis Alergi
PEMERIKSAAN FISIK Pada rinoskopi anterior tampak mukosa edema, basah, berwarna pucat atau livid disertai adanya sekret encer yang banyak. Bila gejala persisten, mukosa inferior tampak hipertrofi. Pemeriksaan nasoendoskopi dapat dilakukan bila fasilitas tersedia. Gejala spesifik lain pada anak adalah terdapatnya bayangan gelap di daerah bawah mata yang terjadi karena stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung. Gejala ini disebut allergic shiner Allergic Shiner pada pasien Rhinitis Alergi

31 (Kiri ke Kanan) Allergic Crease dan Allergic Sallute
Selain dari itu sering juga tampak anak menggosok-gosok hidung, karena gatal, dengan punggung tangan. Keadaan ini disebut sebagai allergic salute. Keadaan menggosok ini lama kelamaan akan mengakibatkan timbulnya garis melintang di dorsumnasi bagian sepertiga bawah, yang disebut sebagai allergic crease (Kiri ke Kanan) Allergic Crease dan Allergic Sallute

32 Facies Adenoid Geographic Tongue
Mulut sering terbuka dengan lengkung langit-langit yang tinggi, sehingga akan menyebabkan gangguan pertumbuhan gigi geligi (facies adenoid). Dinding posterior faring tampak granuler dan edema (cobblestone appearance), serta dinding lateral faring menebal. Lidah tampak seperti gambaran peta (geographic tongue). Facies Adenoid Geographic Tongue

33 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes Diagnostik lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi bahwa alergi yang mendasari rinitis tersebut. jenis Alegen tertentu yang ditusukan pada kulit daerah lengan bawah (intrakutan) tunggu 15 – 20 menit daerah yang disuntikan akan terlihat pucat dan sekelilingnya kemerahan, pemukaan tidak rata Skin Prick-test Pemeriksaan IgE Spesifik RASTs (Radioallergosorbent test)

34 PENATALAKSANAAN 1. NONMEDIKAMENTOSA Terapi yang paling ideal adalah dengan menghindari kontak dengan allergen penyebabnya (avoidance) dan eliminasi 2. Medikamentosa Antihistamin Dekongestan Antikolinergik Kortikosteroid Lainnya

35 ANTI-HISTAMIN Antihistamin yang dipakai adalah antagonis histamin H-1 yang bekerja secara inhibitor kompetitif pada reseptor H-1 sel target. Pemberian dapat dalam kombinasi atau tanpa kombinasi dengan dekongestan secara peroral. Antihistamin dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan antihistamin generasi-1 (klasik) dan generasi-2 (non-sedatif) : A.) Antihistamin generasi-1 bersifat lipofilik sehingga dapat menembus sawar darah otak dan plasenta serta mempunyai efek kolinergik. B.) Antihistamin generasi-2 bersifat lipofobik, sehingga sulit menembus sawar darah otak. Bersifat selektif mengikat reseptor H-1 perifer dan tidak mempunyai efek antikolinergik, antiadrenergik dan efek pada SSP minimal (non-sedatif). Antihistamin Antihistamin generasi II : desloratadine [Aerius], fexofenadine [Allegra] dan loratadine [Claritin]  lini pertama pengobatan farmakologis direkomendasikan pada pasien Rhinitis Alergi Efektif: mengurangi bersin, gatal dan rhinorrhea, jika diminum secara teratur pada saat gejala maksimal atau sebelum paparan alergen. Antihistamin generasi 1 : Brompheniramine, Chlorpheniramine, Clemastine, Diphenhydramine. Antihistamin generasi 2 : Citirizine, Desloratadine, Fexofenadine, Loratadine. Antihistamin bekerja dengan memblok reseptor histamin. Dikenal 3 macam reseptor histamin yaitu H1,H2 dan H3. Reseptor histamin yang di blok pada pengobatan rinitis lergi adalah H1 yang terdapat di bronkus, gastrointestinal, otot polos, dan otak .

36 DEKONGESTAN Golongan obat ini tersedia dalam bentuk topikal maupun sistemik. Onset obat topikal jauh lebih cepat daripada preparat sistemik. Namun, dapat menyebabkan rhinitis medikamentosa (suatu kelainan hidung berupa gangguan respon normal vasomotor) bila digunakan dalam jangka waktu lama sehingga menyebabkan sumbatan hidung menetap. Obat dekongestan sistemik yang sering digunakan adalah pseudoephedrine HCl dan Phenylpropanolamin HCl. Obat ini dapat menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah. Dosis obat ini 15 mg untuk anak 2-5 tahun, 30 mg untuk anak tahun, dan 60 mg untuk dewasa, diberikan setiap 6 jam. Efek samping dari obat-obatan ini yang paling sering adalah insomnia (sulit tidur) dan iritabilitas (peka terhadap rangsangan). ANTIKOLINERGIK Preparat antikolinergik topikal adalah ipratropium bromide, bermanfaat untuk mengatasi rinore, karena aktifitas inhibisi reseptor kolinergik pada permukaan sel efektor.

37 KORTIKOSTEROID Preparat kortikosteroid dipilih bila gejala terutama sumbatan hidung akibat respon fase lambat tidak berhasil diatasi dengan obat lain. Yang sering dipakai adalah kortikosteroid topikal (beklometason, budesonid, flunisolid, flutikason, mometason, furoat dan triamsinolon). Kortikosteroid topikal bekerja untuk mengurangi jumlah sel mastosit pada mukosa hidung, mencegah pengeluaran protein sitotoksik dari eosinofil, mengurangi aktifitas limfosit, mencegah bocornya plasma. Hal ini menyebabkan epitel hidung tidak hiperresponsif terhadap rangsangan allergen (bekerja pada respon cepat dan lambat). Lainnya Pengobatan baru lainnya untuk riniris alergi adalah anti leukotrien (zafirlukast/montelukast), anti IgE, DNA rekombinan. Menurut penelitian yang dilakukan pada tahun 2006, membuktikan bahwa pseudoephedrine dan montelukast memiliki efek yang serupa dalam mengatasi gejala dan memperbaiki kualitas hidup pasien Operatif Tindakan konkotomi parsial, konkoplasti atau multiple outfractured, inferior turbinoplasty perlu dipikirkan bila konka inferior hipertrofi berta dan tidak berhasil dikecilkan dengan cara kauterisasi memakai AgNO3 25% atau triklor asetat. Edukasi Pasien Memberikan edukasi pada pasien utnuk menghindari bahan-bahan yang merupakan allergen.

38 PROGNOSIS Kebanyakan gejala rintis alergi dapat diobati.
Pada kasus yang lebih parah dapat memerlukan imunoterapi. Beberapa orang (terutama anak-anak) semakin dewasa akan semakin kurang sensitif terhadap alergen. Jika suatu zat menjadi penyebab alergi bagi seorang individu, maka zat tersebut dapat terus mempengaruhi orang itu dalam jangka panjang Kebanyakan gejala rintis alergi dapat diobati. Pada kasus yang lebih parah dapat memerlukan imunoterapi. Beberapa orang (terutama anak-anak) semakin dewasa akan semakin kurang sensitif terhadap. Namun, sebagai aturan umum, jika suatu zat menjadi penyebab alergi bagi seorang individu, maka zat tersebut dapat terus mempengaruhi orang itu dalam jangka panjang.14

39 Terima Kasih


Download ppt "CASE REPORT RHINITIS ALERGI"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google