Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
2
Oleh : Asep Suryanto, S.Ag., M.Ag
المطلق و المقيّد Oleh : Asep Suryanto, S.Ag., M.Ag
3
Definisi Mutlaq : “lafal yang menunjukkan satuan yang tidak dibatasi oleh satuan batasan yang mengurangi keseluruhan jangkauannya”. Muqayyad : “lafal yang menunjukkan satuan-satuan tertentu yang dibatasi oleh batasan yang mengurangi keseluruhan jangkauannya”.
4
العم المطق المطلق
5
Perbedaan العم dan المطلق
Menunjukkan pd seluruh satuan dari satuan-satuan yg ada. Mencakup seluruh satuan2 yg dapat dimasukan ke dalamnya. المطلق Menunjukkan pd satu satuan yg tergolong dalam satuan itu sj (tdk seluruh satuan). Tidak dapat mencakup seluruh satuan, selain hanya satuan yg dapat dimasukan ke dalamnya.
6
Mahasiswa itu berpakaian
Contoh : Mahasiswa itu berpakaian Mutlaq
7
Mahasiswa itu berpakaian warna kuning
Apa ciri muqoyyad ? Mahasiswa itu berpakaian warna kuning Muqoyyad
8
Kaidah-Kaidah Mutlaq - Muqoyyad
1. Hukum Mutlaq : اَلْمُطْلَقُ يَبْقٰى عَلَى إِطْلَاقِهِ مَالَمْ يَقُمْ دَلِيْلٌ عَلَى تَقْيِيْدِهِ “Mutlaq itu ditetapkan menurut kemutlakannya selama belum ada bukti yang membatasinya”. (Ahmad Muhammad asy Syafi’I, 1983 : 322)
9
Contoh : QS. An Nisa : 23 حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ أُمَّهٰتُكُمْ وَ بَنَاتُكُمْ وَ أَخَوٰتُكُمْ وَ عَمّٰتُكُمْ وَ خٰلٰتُكُمْ وَ بَنَاتُ الْأَخِ وَ بَنَاتُ الْأُخْتِ وَ أُمَّهٰتُكُمُ الَّتِى أَرْضَعْنَكُمْ وَ أَخَوٰتُكُمْ مِنَ الرَّضٰعَةِ و َأُمَّهٰتُ نِسَاىِٕكُمْ ... “Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan, saudara-saudara ibumu yang perempuan, anak-anak perempuan dari dari saudaramu yang laki-laki, anak-anak perempuan dari saudaramu yang perempuan, ibu-ibumu yang menyusui kamu, saudara perempuan sepersusuan, ibu-ibu istrimu (mertua)…”. (Mutlaq)
10
Kaidah-Kaidah Mutlaq - Muqoyyad
2. Hukum Muqayyad : اَلْمُقَيَّدُ بَاقِىٌ عَلَى تَقْيِيْدِهِ مَا لَمْ يَقُمْ دَلِيْلٌ عَلَى إِطْلَاقِهِ “Muqayyad itu ditetapkan berdasarkan batasannya selama belum ada dalil yg menyatakan kemutlakannya”. (Ahmad Muhammad asy Syafi’I, 1983 : 232)
11
Contoh : Hukum kafarat Zihar
وَالَّذِيْنَ يُظٰهِرُوْنَ مِنْ نِّسَائِهِمْ ثُمَّ يَعُوْدُوْنَ لِمَا قَالُوْا فَتَحْرِيْرُ رَقَبَةٍ مِنْ قَبْلُ أَنْ يَتَمَاسَّا ُذٰلِكُمْ توْعَظُوْنَ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ “Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al Mujadillah, 58 : 3)
12
فَمَنْ لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَتَمَاسَّا فَمَنْ لَّمْ يَسْتَطِعْ فَإِطْعَامُ سِتِّيْنَ مِسْكِيْنًا “Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak), maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur. Maka siapa yang tidak kuasa (wajiblah atasnya) memberi makan enam puluh orang miskin. ”. (QS. Al Mujadillah, 58 : 4) ---Muqayyad
13
Kaidah-Kaidah Mutlaq - Muqoyyad
3. Hukum Mutlaq yang sudah dibatasi : اَلْمُطْلَقُ لَايَبْقٰى عَلَى إِطْلَاقِهِ إِذَا يَقُوْمُ دَلِيْلٌ عَلَى تَقْيِيْدِهِ “Lafal Mutlaq tidak boleh dinyatakan mutlak karena telah ada batasan yang membatasinya”. (Ahmad Muhammad asy Syafi’I, 1983 : 323)
14
Contoh : Ketentuan jumlah harta wasiat
مِنْ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوْصِى بِهَا أَوْ دَيْنٍ “Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya.”. (QS. An Nisa, 4 :11) Ayat tersebut bersifat mutlaq
15
Contoh : Ketentuan jumlah harta wasiat
الثُّلُثُ، وَالثُّلُثُ كَثِيْرٌ أَوْ كَبِيْرٌ إِنَّكَ أَنْ تَذَرَ وَرَثَتَكَ أَغْنِيَاءَ خَيْرٌ مِنْ أَنْ تَذَرَهُمْ عَالَةً يَتَكَفَّفُوْنَ النَّاسَ “Sepertiga, Sepertiga itu banyak dan besar. Karena jika kamu meninggalkan ahli waris dalam keadaan yan berkecukupan adalah lebih baik daripada jika kamu meninggalkan mereka dalam keadaan miskin yang meminta-minta kepada orang banyak.”. (HR. Bukhari dan Muslim) Hadits ini bersifat Muqayyad
16
Kaidah-Kaidah Mutlaq - Muqoyyad
4. Hukum Muqayyad yang dihapuskan batasannya: اَلْمُقَيَّدُ لَا يَبْقٰى عَلَى تَقْيِيْدِهِ ِإِذَا يَقُوْمُ دَلِيْلٌ عَلَى إِطْلَاقِهِ “Muqayyad tidak tetap dinyatakan kemuqayyadannya karena ada dalil lain yang menunjukkan kemutlakannya”. (Ahmad Muhammad asy Syafi’I, 1983 : 324)
17
Contoh : حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ أُمَّهٰتُكُمْ ... وَرَبٰئِبُكُمُ الّٰتِى فِى حُجُوْرِكُمْ مِنْ نِّسَائِكُمُ الّٰتِى دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَإِنْ لَّمْ تَكُوْنوْا دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ “Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu..., anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya…”. (QS. An Nisa, 4 :23) “dalam pemeliharaan” dari “isteri yang telah kamu campuri”--- (Taqyid) “belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan)”---(Penghilang taqyid)
18
Kaidah-Kaidah Mutlaq - Muqoyyad
5. Variasi Ketentuan Mutlaq dan Muqayyad: a. Jika Hukum dan Sebab sama : اَلْمُطْلَقُ يُحْمَلُ عَلَى الْمُقَيَّدِ إِذَا اتَّفَقَا فِى السَّبَبِ وَالْحُكْمِ “Mutlak dibawa ke muqayyad jika sebab dan hukumnya sama”. (Ahmad Muhammad asy Syafi’I, 1983 : 324)
19
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيْرِ...
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi (QS. al Maidah : 3) (Mutlaq) قُلْ لَاأَجِدُ فِى مَا أُوْحِيَ إِلَىَّ مُحَرَّمًا عَلٰى طَاعِمٍ يَطْعَمُهُ إِلَّا أَنْ يَكُوْنَ مَيْتَةً أَوْ دَمًا مَسْفُوْحًا Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir..” (QS. al An’am :145) (Muqayyad)
20
Kasus : Bagaimana hukumnya tentang darah?
Hukumnya : sama ---Hukum memakan darah adalah Haram (QS. al Maidah : 3) Hukum memakan darah = Haram (Mutlak) (QS. al An’am : 145) Hukum memakan darah yang mengalir = Haram (Muqayyad) Sebab : Sama (=Keadaan berupa darah)
21
Kaidah-Kaidah Mutlaq - Muqoyyad
4. Variasi Ketentuan Mutlaq dan Muqayyad: b. Jika Hukum sama, tetapi Sebabnya berbeda : اَلْمُطْلَقُ يُحْمَلُ عَلَى الْمُقَيَّدِ وَإِنِ اخْتَلفَا فِى السَّبَبِ “Mutlak dibawa ke muqayyad jika berbeda sebabnya”. (Ahmad Muhammad asy Syafi’I, 1983 : 324)
22
وَالَّذِيْنَ يُظٰهِرُوْنَ مِنْ نِّسَائِهِمْ ثُمَّ يَعُوْدُوْنَ لِمَا قَالُوْا فَتَحْرِيْرُ رَقَبَةٍ مِنْ قَبْلُ أَنْ يَتَمَاسَّا ُذٰلِكُمْ توْعَظُوْنَ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ “Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al Mujadillah, 58 : 3) وَمَنْ قَتَلَ مُؤْمِنًا خَطَئًا فَتَحْرِيْرُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ وَدِيَةٌ مُّسَلَّمَةٌ إِلىٰ أَهْلِهِ “…barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat[335] yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu)…”. (QS. an Nisa : 92)
23
Kafarat Zihar memerdekakan budak (QS
Kafarat Zihar memerdekakan budak (QS. al Mujadillah : 3) (Mutlak) Kafarat pembunuhan tidak sengaja memerdekakan budak yang beriman (QS. an Nisa : 92) (Muqayyad) Hukum = sama (memerdekakan Budak Sahaya) Sebab = berbeda (Zihar dan membunuh tanpa sengaja)
24
Kaidah-Kaidah Mutlaq - Muqoyyad
4. Variasi Ketentuan Mutlaq dan Muqayyad: c. Jika Hukum Berbeda, tetapi Sebabnya sama : اَلْمُطْلَقُ لَا يُحْمَلُ عَلَى الْمُقَيَّدِ وَإِذَا اخْتَلفَافِى الْحُكْمِ “Mutlak tidak dibawa ke muqayyad jika berbeda hukumnya”. (Ahmad Muhammad asy Syafi’I, 1983 : 324)
25
يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا إِذَا قُمْتُمْ إِلىٰ الصَّلوٰةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلىٰ الْمَرَافِقِ فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا فَا مْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَأَيْدِيْكُمْ مِنْهُ
26
Hukum Berbeda : Tayamum dan Berwudhu
(QS. al Maidah : 6) Hukum Berbeda : Tayamum dan Berwudhu Mengusap tangan (Tayamum) (Mutlak) Membasuh tangan sampai dg siku (Wudhu) (Muqayyad) Sebab sama = Menghilangkan hadats/Hendak melakukan salat.
27
Kaidah-Kaidah Mutlaq - Muqoyyad
4. Variasi Ketentuan Mutlaq dan Muqayyad: d. Jika Sebab dan Hukumnya Berbeda : اَلْمُطْلَقُ لَا يُحْمَلُ عَلَى الْمُقَيَّدِ وَإِذَا اخْتَلفَا فِى السَّبَبِ وَالْحُكْمِ “Mutlak tidak dibawa ke muqayyad jika sebab dan hukumnya berbeda”. (Ahmad Muhammad asy Syafi’I, 1983 : 324)
28
وَ السَّارِقُ وَ السَّارِقَةُ فَاقْطَعُوْا أَيْدِيَهُمَا جَزَاءً بِمَا كَسَبَا نَكٰلًا مِّنَ اللهِ وَاللهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. al Maidah : 38) ----- (Mutlaq)
29
يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا إِذَا قُمْتُمْ إِلىٰ الصَّلوٰةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلىٰ الْمَرَافِقِ “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku,… (QS. Al Maidah, 5 : 6) --- (Muqayyad)
30
Hukum Potong tangan bagi pencuri (QS
Hukum Potong tangan bagi pencuri (QS. al Maidah : 38) --- (Mutlak) Sebab : karena mencuri Hukum Berwudhu membasuh tangan sampai dengan siku (QS. al Maidah : 6) --- (Muqayyad) Sebab : Hendak melakukan salat Hukum = Berbeda Sebab = Berbeda
31
وَالسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.