Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehLiani Widjaja Telah diubah "6 tahun yang lalu
1
The Equity Implication of Taxation: Tax incidence & Tax Inefficiencies
2
Perpajakan dan pengaruhnya terhadap perekonomian
Tax Incidence The Three Rules of Tax Incidence Tax Incidence Extensions General Equilibrium Tax Incidence Tax Inefficiencies Taxation and Economic Efficiency Optimal Commodity Taxation Optimal Income Taxes Tax-Benefit Linkages and the Financing of Social Insurance Programs
3
Dampak Perpajakan Terhadap Perekonomian
Terhadap Sistem Ekonomi Keseluruhan instrumen pajak dapat digunakan untuk mempengaruhi tingkat inflasi Penerapan pajak akan mengubah pola tabungan masyarakat Terhadap Komposisi Produksi Pajak menyebabkan pergeseran penggunaan faktor-faktor produksi Pola produksi berubah, baik dari jenis barang yg dihasilkan atau lokasi industri yg berpindah Besaran pengaruhnya bergantung pada elastisitas permintaan Terhadap Usaha Kerja Pajak memberikan disinsentif atas kemauan seseorang bekerja Besaran pengaruhnya bergantung pada elastisitas penawaran Terhadap Distribusi Pendapatan kebijakan perpajakan diterapkan untuk mengurangi kesenjangan pendapatan di masyarakat
4
Tax Incidence Tax incidence: teori yang menganalisa pelaku ekonomi mana yang sesungguhnya menanggung beban pajak Hal ini disebabkan pelaku ekonomi yg secara hukum wajib membayar pajak belum tentu menanggung sendiri Dengan kata lain pelaku tsb dapat memindahkan/membagi beban pajaknya kepada pelaku ekonomi yang lain (distribusi pembebanan)
5
The Three Rules of Tax Incidence
The statutory burden of a tax does not describe who really bears the tax (kewajiban membayar secara hukum tidak menggambarkan siapa yg sebenarnya menanggung beban pajak) The side of the market on which the tax is imposed is irrelevant to the distribution of tax burdens. Sisi pasar (konsumen/produsen) yang diatur untuk membayar pajak tidak dapat memastikan distribusi penanggungan pajak Parties with inelastic supply or demand bear taxes; parties with elastic supply or demand avoid them Pihak yg menghadapi kondisi permintaan/penawaran yang inelastis menanggung pajak lebih banyak, sebaliknya kondisi permintaan/penawaran yg elastis akan menanggung pajak lebih kecil
6
The Statutory Burden of a Tax Does Not Describe Who Really Bears the Tax
Statutory incidence: Penanggung pajak yang ditunjukkan dengan pihak yang berkewajiban untuk menyetor pajak kepada pemerintah. Mengabaikan reaksi pasar terhadap pengenaan pajak Economic incidence: Penanggungan pajak yang merupakan reaksi atas pengenaan pajak, diukur dengan perubahan aset/sumber daya akibat adanya pajak. Di pasar kompetitif, pengenaan pajak akan berdampak reaksi pelaku pasar yang menyebabkan perubahan atas harga The tax burden for consumers (harga akan relatif turun ): Consumer tax burden = (post-tax price – pre-tax price) + per-unit consumer tax For producers the tax burden (harga akan relatif naik) Producer tax burden = (pre-tax price – post-tax price) + per-unit producer tax
7
Burden of the Tax on Consumers and Producers
Tax wedge: selisih antara apa yang dibayar oleh konsumen dan apa yg diterima oleh produsenpada suatu transaksi (net of tax). Jika konsumen menanggung $0.30 dan produsen menanggung $0.20, maka tax wedge adalah $0.50.
8
The Statutory Burden of a Tax Does Not Describe Who Really Bears the Tax, and Is Irrelevant to the Tax Burden (a) Tax on producers S2 (b) Tax on consumers Price per gallon (P) Price per gallon (P) S1 S Tax = $0.50 B P2 = $2.00 D Consumer burden = $0.30 E P3 = $1.80 $1.80 C Consumer burden = $0.30 P1 = $1.50 A P1 = $1.50 A Producer burden = $0.20 C $1.30 P3 = $1.30 E Producer burden = $0.20 D P2 = $1.00 Tax = $0.50 B D D1 D2 Q2 = 80 Q3 = 90 Quantity in billions of gallons (Q) Q1 = 100 Quantity in billions of gallons (Q) Q1 = 100
9
Gross versus After-Tax Prices
Gross price: Harga yang terjadi di pasar. After-tax price: Harga gross price dikurangi nilai pajak (jika dibayar oleh produsen) atau ditambah nilai pajak (jika dibayar oleh konsumen). Pendekatan statutory rules (produsen/konsumen) menghasilkan gross prices yang berbeda untuk after- tax price yang sama.
10
Parties with Inelastic Supply or Demand Bear Taxes; Parties with Elastic Supply or Demand Avoid Them
The economic incidence of taxation does not depend on the statutory incidence. Namun ditentukan oleh elasticities of supply and demand, yaitu, seberapa responsif reaksi perubahan kuantitas yang ditawarkan/diminta terhadap perubahan harga Jika satu sisi pasar menunjukkan kondisi inelastis sempurna (perfectly inelastic), maka akan menggeser penuh (full shifting) seluruh tanggungan pajak kepadanya. Full shifting: Ketika satu pihak menanggung seluruh beban pajak.
11
Perfectly Inelastic Demand
Konsumen menanggung seluruh pajak
12
Perfectly Elastic Demand
produsen menanggung seluruh pajak
13
Kondisi umum Secara umum, jika permintaan elastis dibandingkan sisi penawaran, maka porsi pajak akan lebih banyak ditanggung sisi penawaran (produsen) Permintaan atas barang akan semakin elastis ketika terdapat banyak barang substitusinya Untuk produk yang tingkat permintaannya inelastis, maka beban pajaknya akan ditanggung sepenuhnya oleh konsumen.
14
Supply Elasticities
15
Tax Incidence in Factor Markets
16
Hambatan untuk Penyesuaian Nilai Upah
Analisis Tax incidence mengasumsikan bahwa harga dapat disesuaikan dengan bebas Namun, jika terdapat ketentuan mengenai upah minimum, maka nilai upah tidak bisa berada di bawah upah minimum Dengan kata lain, upah minimum menjadi barriers atas penyesuaian harga (upah) 16
17
Impediments to Wage Adjustment
(a) Tax on workers (b) Tax on firms Wage (W) S2 Wage (W) S1 Firm burden = $0.50 S1 B Tax = $1.00 W2 = $8.25 Firm burden = $1.00 W2 = $7.75 B A A C’ WM = $7.25 WM = $7.25 C W3 = $6.75 $6.75 C Tax = $1.00 Worker burden = $0.50 D1 D1 D2 H2 Hours of labor (H) H1 H3 H2 Hours of labor (H) H1 Dalam kondisi pajak dibayarkan oleh perusahaan (kondisi b), ekuilibrium akibat tax incidence tidak dapat terjadi karena ada batasan upah minimum, sehingga perusahaan akan menanggung lebih banyak
18
Balanced Budget Tax Incidence
Analisis Tax incidence pada umumnya hanya melihat dari sisi siapa yang menanggung pajak Balanced budget incidence: analisis tax incidence yang melihat baik pihak yang menanggung pajak maupun yang menerima manfaat pajak. Balanced budget incidence sangat sulit diterapkan karena sulit untuk menentukan siapa yang menerima manfaat atas kenaikan suatu pajak yg disetorkan ke negara
19
General Equilibrium Tax Incidence
Sejauh ini, tax incidence hanya dilihat pengaruhnya terhadap pasar itu sendiri (single market) Partial equilibrium tax incidence: Analysis that considers the impact of a tax on a market in isolation. General equilibrium tax incidence: analisis yang melihat pengaruh suatu kebijakan terhadap pasar (ekuilibrium) yang terjadi pada pasar lain yg terkait. Pajak di satu pasar berdampak pada harga untuk komoditas lainnya, intinya analisis menjadi lebih complicated.
20
Effects of a Restaurant Tax: A General Equilibrium Example
Dengan asumsi kondisi elastisitas permintaan adalah elastis sempurna, maka beban pajak ditanggung sepenuhnya oleh restaurant
21
General Equilibrium Tax Incidence
19.3 General Equilibrium Tax Incidence
22
Effect of Time Period on Tax Incidence: Short Run versus Long Run
Faktor-faktor produksi yang bersifat inelastis baik dari sisi permintaan & penawaran secara jangka pendek ataupun panjang akan menanggung beban pajak dalam jangka panjang Dalam jangka pendek, investasi bersifat irreversible, sehingga penawaran atas modal bersifat inelastis. Namun dalam jangka panjang, Investors memiliki berbagai opsi untuk memilih investasinya sehingga penawaran atas investasi elastis dalam jangka panjang 25
23
Effect of Tax Scope on Tax Incidence
Pengaruh Tax incidence bergantung pada seberapa luas pajak tersebut diterapkan Semakin luas coverage pajak tersebut, maka semakin sulit pajak tersebut dihindari, sehingga reaksi dari produsen dan konsumen terhadap pengenaan pajak akan relatif kecil dan lebih inelastis Pajak atas restoran lokal memiliki dampak yang berbeda dengan pajak yang dikenakan terhadap seluruh restoran
24
Spillovers between Product Markets
Jika melihat pajak yang dikenakan thd restoran, after-tax price yang lebih besar memiliki 3 efek pada barang lainnya: Income effect dari lower real income. Substitution effect terhadap barang yang merupakan substitusi dari produk yg disediakan restoran. Complementary effect: Konsumen dapat mengurangi konsumsi atas barang dan jasa yang merupakan komplemen dari produk restoran.
25
Tax inefficiencies
26
Tax Inefficiencies and Their Implications for Optimal Taxation
Biasanya, mekanisme pasar mengarah pada outcome yang efisien. Pajak mengganggu pasar karena mengurangi efisiensi. Orang-orang mensubstitusi barang yg dipajaki dengan barang alternatif yg kurang efisien. Beberapa pajak menyebabkan ‘efficiency costs’ yang besar.
27
Taxation and Economic Efficiency: Graphical Approach
Tanpa adanya pajak: Harga = social marginal benefit = social marginal cost Pajak menyebabkan adanya wedge antara SMB dan SMC, mengagalkan keuntungan perdagangan yg optimal. Unit produksi ke-90 dan akan menghasilkan surplus konsumen dan produsen. Surplus yang tidak dimanfaatkan (foregone surplus) akibat pajak menimbulkan the deadweight loss (DWL). Ukuran DWL bergantung pada elastisitas B C Price per gallon (P) Quantity in billions of gallons (Q) S1 D1 P1 = $1.50 Q1 = 100 S2 E Tax = $0.50 Q2 = 90 P2 = $1.80 P3 = $1.30 F G D A Deadweight loss, DWL
28
Elasticities Determine Tax Inefficiency
(a) Inelastic demand (b) Elastic demand S2 S2 Price per gallon (P) Price per gallon (P) S1 S1 Tax Tax B B P2 DWL P2 A P1 P1 A C C D1 DWL D1 Q2 Q1 Quantity in billions of gallons (Q) Q2 Q1 Quantity in billions of gallons (Q)
29
Elasticities Determine Tax Inefficiency
Deadweight loss menyebabkan individu dan perusahaan membuat pilihan konsumsi dan produksi yang inefisien guna menghindari pajak. Inefisiensi pajak ditentukan oleh seberapa besar konsumen dan produsen mengubah perilakunyauntuk menghindari pajak. Semakin elastis permintaan dan penawaran, maka semakin besar DWL.
30
APPLICATION: Tax Avoidance in Practice
Keynes: “The avoidance of taxes is the only pursuit that still carries any reward.” beberapa contoh penghindaran pajak: The Papal States mengenakan pajak atas garam, sehingga pembuat roti di Tuscan berhenti menggunakan garam. Hingga saat ini roti Tuscan masih tanpa garam (saltless). Pada awal 80an, Cyprus mengenakan pajak untuk struktur bangunan yg sudah selesai. Para pemilik property menaruh besi-besi di atas atap menandakan proses pembuatan rumah belum selesai. Thailand memajaki business sign yang ditaruh di luar dan terutama yg ditulis dalam bahasa Inggris. Sehingga banyak signs yang tertulis dalam bahasa/tulisan Thai dan disimpan di pojok atau bagian dalam toko.
31
Determinants of Deadweight Loss
Rumus perhitungan DWL: DWL ditentukan oleh elastisitas permintaan dan penawaran, besaran tarif pajak, serta kuantitas & harga DWL meningkat sebesar tarif pajak dikuadratkan, sehingga peningkatan tarif pajak memperbesar DWL Marginal DWL: tambahan deadweight loss untuk setiap penambahan unit pajak (peningkatan tarif pajak)
32
Marginal DWL Rises with Tax Rate
20.1 Marginal DWL Rises with Tax Rate S3 Price of gas Tax = $0.10 S2 D S1 P3 B P2 Tax = $0.10 P1 A DWL C E D1 Q3 Q2 Q1 Quantity of gas
33
Progressive Tax Systems Can Be Less Efficient
Penerapan pajak progresif tidak lebih efisien dibanding pajak proporsional mengingat DWL meningkat sejalan dengan kuadrat tarif pajak Upah sama dengan marginal product of labor, sehingga high-wage worker memiliki marginal product of labor yg tinggi Jika high-wage workers mengurangi jam kerjanya, masyarakat kehilangan 2 kali lebih banyak dibandingkan pengurangan jam kerja low-wage worker No Tax Proportional Tax Progressive Tax Tax rate below $10,000 20% 0% Tax rate above $10,000 60% Low wage hours 1,000 864 Low wage DWL $115.7 High wage hours 837 High wage DWL $231.4 $566.8 Total DWL $347.1
34
Progressive Tax Systems Can Be Less Efficient: Graphical Approach
35
Governments Should “Smooth” Tax Rates Over Time
Semakin stabil (konstan) tarif pajak yang dikenakan oleh pemerintah akan meningkatkan efisiensi Tarif pajak yg fluktuatif (tinggi pada periode tertentu kemudian rendah pada periode lainnya akan menyebabkan DWL yang lebih besar.
36
Fundamental Issue (Recap)
Hal yang fundamental dalam merancang kebijakan pajak adalah equity-efficiency trade-off. Tax efficiency mengacu pada dua prinsip kunci: Semakin elastis suatu barang, maka semakin besar deadweight loss. Semakin tinggi tarif pajak, semakin besar tambahan deadweight loss
37
Tax-Benefit Linkages and the Financing of Social Insurance Programs
Tax-benefit linkages: hubungan antara pajak yang dibayar dengan manfaat yang diterima. Benefits Quantity of labor (L) S1 = SMC D2 W1 L1 W2 L2 Taxes A B C D1 = SMB S2 D E F G L3
38
Tax-Benefit Linkages: Graphical Representation
20.4 Tax-Benefit Linkages: Graphical Representation
39
Perfect Linkage Eliminates the DWL
20.4 Perfect Linkage Eliminates the DWL
40
Issues Raised by Tax-Benefit Linkage Analysis
Why doesn’t the private sector provide these benefits? Market failures may plague the market. When are there tax-benefit linkages? The tax-benefit linkage is strongest when taxes paid are linked directly to a benefit for workers. What Is the evidence on tax-benefit linkages? Financing is borne by workers in the form of lower wages and not lower employment. 54
41
Finish Selamat Menempuh Ujian Akhir Semester
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.