Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehHandoko Jayadi Telah diubah "6 tahun yang lalu
1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AKIBAT : MENINGITIS
Kelompok : Anis Gusniawati P Derina Fitriani L P Dinar Nurhasanah P Eviana Sidauruk P Nidha Nazla Napilah P Tsurayya Ulfah F P Widya Ayu Putri Y P Tingkat II - C
2
Meningitis Pengertian
Meningitis adalah infeksi akut pada selaput meningen (Selaput yang menutupi otak dan medula spinalis). Meningitis bakterial (bacterial meningitis adalah inflamasi arakhnoid dan piameter yang mengenai CSS. Infeksi menyebar ke subarakhnoid dari otak dan medula spinalis biasanya dari ventrikel. Hampir semua bakteri yang masuk ke dalam tubuh menyebabkan meningitis. (Batticaca, 2008)
3
Anatomi Fisiologi
4
Etiologi
5
Patofisiologi
6
Bacterial Meningitis - fulminant - video - Animation by Cal Shipley, M
Bacterial Meningitis - fulminant - video - Animation by Cal Shipley, M.D..mp4
7
Manifestasi Klinik Gejala klinis yang timbul pada meningitis bakterial berupa sakit kepala Lemah Menggigil Demam Mual dan muntah nyeri punggung kaku kuduk Kejang peka pada awal serangan kesadaran menurun menjadi koma.
8
Gejala meningitis akut berupa
Bingung Stupor semi-koma peningkatan suhu tubuh sedang frekuensi nadi dan pernapasan meningkat TD biasanya normal klien biasanya menunjukan gejala iritasi meningeal seperti kaku pada leher, tanda Brudzinski (Brudzinki`s sign) positif, dan tanda Kernig (Kernig`s sign) positif.
9
Klasifikasi Menurut Smeltzer. S.C and Brenda. G. Bare (2001 : 2175) klasifikasi meningitis dibagi menjadi 3 tipe utama yaitu Meningitis asepsis Meningitis Sepsis Meningitis Tuberkulosis Sedangkan menurut Arief Mansyur (2000 : 11) berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, meningitis dibagi dalam 2 golongan yaitu Meningitis serosa Meningitis purulenta
10
Klasifikasi atas dasar gejala klinik yang dapat meramalkan prognosis penyakit menurut Medical Research Council of Great Britain sebagai berikut : Stadium I : Klien menunjukan sedikit atau tanpa gejala klinis meningitis, tanpa parese, dalam keadaan umum yang baik dan kesadaran yang penuh. Stadium II : Klien dengan keadaan diantara stadium I dan III Stadium III : Klien tampak sakit berat, kesadaran stupor atau koma dan terdapat parese yang berat (hemiplegi atau paraplegi).
11
Komplikasi Ventrikulitis atau abses intraserebral Trombosis septik dan vena sinus Kelumpuhan saraf cranial Stroke Subdural empyema Komplikasi lanjutan Kerusakan serebral pada anak-anak
12
Penatalaksanaan Medis
No Organisme Penyebab Pengobatan Neisseria meningitidis Benzyl penicillin ( 4 megaunit, setiap 4 jam ) Cloramphenicol ( 20 mg/KgBB, setiap 6 jam ) bagi yang hipersensitif terhadap penicilin Streptococcus Haemophilusinfluenzhae Cefuroxamine (3 g setiap 8 jam ) Chloramphenicol (20 mg/KgBBsetiap 6 jam) Ampicilin ( 2 g setiap 6 jam selama 2 hari, kemudian 1 g setiap 6 jam) Cotrimoksazol 160 mg (trimetropim dan 800 mg sulphamethoxazole, setiap 12 jam) Staphylococcus aoreus Flucloxacilin ( 3 g setiap 6 jam), Vancomycin ( 500 mg setiap 6 jam ) Staphylococcus epidermidis Pseudomonas aeruginosa Piperacilin ( 4 g setiap 6 jam ) dengan fobramycin (3-5 mg/KgBB/hari) Tiracilin (5 g setiap 6 jam) dengan gentamicin 5 mg/KgBB/hari) Penatalaksanaan Medis
13
Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan Kaku Kuduk Pemeriksaan Tanda Kernig
Pemeriksaan Rangsangan Meningeal Pemeriksaan Kaku Kuduk Pemeriksaan Tanda Kernig Pemeriksaan Tanda Brudzinski I ( Brudzinski Leher) Pemeriksaan Tanda Brudzinski II ( Brudzinski Kontra Lateral Tungkai)
14
2. Pemeriksaan Penunjang Meningitis Pemeriksaan Pungsi Lumbal
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan tekanan intrakranial. Pemeriksaan darah Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju Endap Darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur. Pemeriksaan Radiologis a. Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila mungkin dilakukan CT Scan. b. Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid, sinus paranasal, gigi geligi) dan foto dada.
15
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AKIBAT MENINGITIS
PENGKAJIAN DIAGNOSA KEPERAWATAN PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI
16
Identitas penanggung jawab
Pengkajian a. Pengumpulan data 1) Identitas Identitas klien Identitas penanggung jawab Riwayat kesehatan Keluhan utama Riwayat kesehatan sekarang Riwayat kesehatan dahulu Riwayat kesehatan keluarga
17
Pola aktivitas sehari-hari
a) Nutrisi b) Eliminasi c) Istirahat tidur d) Personal hygiene
18
4) Pemeriksaan fisik Tanda – tanda vital Pada klien meningitis biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh lebih dari normal C, dimulai pada fse sistemik, kemerahan, panas, kulit kering, berkeringat. Sistem Pernafasan Gejala yang ditemukan biasanya didapatkan pernafasan cepat dan dangkal, penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, adanya pernafasan cuping hidung, retraksi dada positif, adanya batuk berdahak, ronkhi positif.
19
b. Sistem Kardiovaskular Suara jantung lemah, adanya peningkatan tekanan darah atau penurunan tekanan darah dan peningkatan frekuensi denyut nadi. Pada kasus lebih lanjut akral menjadi dingin, terjadi sianosis dan capillary refil time (CRT) lebih dari 3 detik. Infeksi fulminasi terjadi pada sekitar 10% klien dengan meningitis meningokokus, dengan tanda-tanda septikemia : demam tinggi yang tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar sekitar wajah dan ekstremitas, syok dan tanda-tanda koagulasi intravaskular diseminata.
20
c. Sistem Persyarafan Pengkajian tingkat kesadaran Gangguan yang muncul tersebut antara lain: kerusakan saraf pengontrol kesadaran yang dapat mengakibatkan penurunan kesadaran. Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien meningitis biasanya berkisar pada tingkat letargi, stupor dan semikomatosa 2. Pengkajian fungsi serebral. Pada klien meningitis tahap lanjut biasanya status mental klien mengalami perubahan.
21
3. Pengkajian saraf kranial
Saraf I. Biasanya pada klien meningitis tidak ada kelainan pada fungsi penciuman Saraf II. Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal. Pemeriksaan papiledema mungkin didapatkan terutama pada meningitis supuratif disertai abses serebri dan efusi subdural Saraf III, IV dan VI. Pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil pada klien meningitis yang tidak disertai penurunan kesadaran biasanya tanpa kelianan. Pada tahap lajnut meningitis yang telah mengganggu kesadaran, tanda-tanda perubahan dari fungsi dan reaksi pupil akan didapatkan. Dengan alasan yang tidak diketahui, klien meningitis mengeluh mengalami fotofobia atau sensitif yang berlebihan terhadap cahaya. Saraf V. Pada klien meningitis umumnya tidak didapatkan paralisi pada otot wajah dan refleks kornea biasanya tidak ada kelainan. Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris. Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi. Saraf IX dan X. Kemampuan menelan baik. Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. Adanya usaha dari klien untuk melakukan fleksi leher dan kaku kuduk. Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.
22
Pengkajian sistem motorik
Kekuatan otot menurun, kontrol keseimbangan dan koordinasi pada meningitis tahap lanjut mengalami perubahan. 5. Pengkajian reflex Refleks patologis akan didapatkan pada klien meningitis dengan tingkat kesadaran koma. 6. Pengkajian sistem sensorik. Pada penyakit meningitis terdapat tanda yang khas yaitu tanda-tanda iritasi meningen: kaku kuduk positif, brudzinski positif, kernig dan laseque positif.
23
d. Sistem Perkemihan Dapat terjadi retensi urine dan inkontinensia urine, hal ini berhubungan dengan penurunan perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal e. Sistem Pencernaan Ditemukan keluhan mual dan muntah serta anoreksia bahkan ditemukan adanya kerusakan nervus kranial pada nervus vagus yang mengakibatkan penurunan reflek menelan f. Sistem Muskuloskeletal Adanya bengkak dan nyeri pada sendi-sendi besar (khususnya lutut dan pergelangan kaki). Klien sering mengalami kekakuan otot dan kelemahan fisik secara umum sehingga mengganggu ADL
24
Data psikologis 6) Data sosial 7) Data spiritual
25
8) Data Penunjang a. Pemeriksaan cairan cerebro spinalis baik secara makroskopis maupun secara mikroskopis Warna (Infeksi bakteri = purulent, infeksi virus dan tuberculosis = Xantocrom) Tekanan meningkat Sel PMN (Polimorfonukleus) meningkat Protein meningkat None + Pandi + b. Pemeriksaan tambahan Darah lengkap, LED Kultur darah Foto kepala, thoraks, vertebra EEG, CT Scan Otak
26
Diagnosa Keperawatan Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan proses invasi kuman patogen. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan oedema serebral. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan penurunan kesadaran Nyeri berhubungan dengan adanya proses infeksi pada susunan saraf pusat. Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler.
27
Perencanaan Keperawatan
a. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan proses invasi kuman patogen secara hematogen. Tujuan : Penyebaran infeksi tidak terjadi. Kriteria : Suhu tubuh normal 36-37°C Klien ditempatkan di ruang isolasi Intervensi : Berikan tindakan isolasi sebagai tindakan pencegahan Pertahankan teknik aseptik dan teknik cuci tangan yang tepat baik klien atau pengujung maupun staf. Pantau dan batasi pengunjung/staf sesuai kebutuhan Pantau suhu secara teratur. Catat munculnya tanda-tanda klinis dari proses infeksi. Teliti adanya keluhan dari dada, berkembangnya nadi yang tidak teratur/disritmia atau demam yang terus menerus. Auskultasi suara nafas. Pantau kecepatan pernafasan dan usaha pernafasan. Ubah posisi klien dengan teratur dan anjurkan untuk melakukan nafas dalam. Catat karakteristik urine, seperti warna, kejernihan dan bau Kolaborasi : berikan terapi antibiotik IV sesuai indikasi: penisilin G, Ampisilin, Kloramfenikol, Gentamisin, Amfoterisin B.
28
b. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan oedema serebral.
Tujuan : Tidak terjadi gangguan perfusi serebral Kriteria : Tingkat kesadaran membaik Tanda-tanda vital stabil Tidak adanya nyeri kepala Tidak adanya tanda peningkatan TIK Intervensi : Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu atau yang menyebabkan koma / penurunan perfusi jaringan otak dan potensial peningkatan TIK Pantau status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar (misalnya: GCS) Pantau tanda-tanda vital meliputi TD, Nadi, Respirasi Bantu klien untuk menghindari manuver valsava, seperti batuk, mengejan. Perhatikan adanya gelisah yang meningkat, peningkatan keluhan dan tingkah laku yang tidak sesuai. Kaji adanya peningkatan rigiditas, regangan, peka rangsang, serangan kejang. Tinggikan kepala klien derajat sesuai indikasi yang dapat ditoleransi Kolaborasi untuk pemberian obat sesuai indikasi seperti dexametason
29
c. Resiko tinggi terhadap injuri / trauma berhubungan dengan adanya kejang akibat iritasi korteks serebral. Tujuan : Trauma / injuri tidak terjadi. Kriteria : Tidak mengalami kejang / kejang dapat diatasi. Intervensi : Monitor adanya kejang/ kedutan pada tangan, kaki dan mulut atau otot wajah yang lain. Berikan keamanan pada klien dengan memberi bantalan pada penghalang tempat tidur, pertahankan penghalang tempat tidur tetap terpasang dan pasang jalan nafas buatan plastik atau gulungan lunak dan alat penghisap Kolaborasi dengan medik untuk pemberian obat sesuai indikasi, seperti Fenitoin (dilantin), diazepam (valium), fenobarbital (luminal)
30
d. Nyeri berhubungan dengan adanya proses infeksi pada susunan saraf pusat.
Tujuan : Nyeri hilang Kriteria : Klien melaporkan nyeri hilang atau terkontrol Menunjukan postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat Intervensi : Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai indikasi Letakan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata. Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman, seperti kepala agak tinggi sedikit Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara tepat dan lakukan massase otot daerah bahu atau leher
31
Observasi tanda-tanda vital suhu, tensi, respirasi, dan nadi.
e. Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi Tujuan : Keseimbangan suhu tubuh terpenuhi. Kriteria : Suhu tubuh °C, keringat berkurang, klien tidak merasakan panas badan. Intervensi : Berikan kompres dingin pada daerah yang banyak pembuluh darah sampai suhu badan kembali normal. Anjurkan pada klien untuk mengenakan pakaian tipis dan menyerap keringat. Observasi tanda-tanda vital suhu, tensi, respirasi, dan nadi. Kolaborasi pemberian terapi antipiretik.
32
f. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak akibat kelemahan atau kerusakan neuromuskular. Tujuan : Mobilisasi fisik terpenuhi. Kriteria : Klien mampu melakukan mobilisasi. Intervensi : Periksa kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional pada kerusakan yang terjadi. Kaji derajat imobilisasi klien dengan menggunakan skala ketergantungan Berikan atau bantu untuk melakukan latihan rentang gerak/ROM. Berikan perawatan kulit dengan cermat, masase dengan pelembab dan ganti linen / pakaian yang basah dan pertahankan linen tersebut tetap bersih dan bebas dari kerutan
33
TERIMAKASIH
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.