Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehsiti masrifah Telah diubah "7 tahun yang lalu
1
ANALISIS SURAH AL-KAHFI AYAT60-82 SITI MASRIFAH Dosen Pengampu: Ikrima Mailani,S.Pd.I.,M.Pd.I
2
Analisis Surah Al-Kahfi dibagi Menjadi 4 Episode Analisis Surah Al- kahfi Ayat:60-82 Episode I Al-Kahfi Ayat 60-64 perjalanan nabi musa dengan ditemani yusya bin nun untuk menemukan khidir. Episode II Al-Kahfi Ayat 65-70 pertemuan pertama antara musa dengan khidir. Episode III Al-Kahfi Ayat 71-77 perjalanan musa dan khidir Episode IV Al-Kahfi Ayat 78-82 perpisahan antara musa dengan khidir.
3
Epidode I: al-kahfi: 60-64 perjalanan musa ditemani yusya menemukan khidir
4
Artinya: 60.Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan (terus sampai) bertahun-tahun". 61.Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua buah laut itu, mereka lupa ikannya, lalu (ikan) itu melompat mengambil jalannya ke laut itu. 62.Maka ketika mereka telah melewati (tempat itu), berkatalah Musa kepada muridnya: "Bawalah ke mari makanan kita; sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini". 63.Muridnya menjawab: "Tahukah engkau ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak ada yang membuat aku lupa untuk mengingatnya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali.“ 64.Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.
5
Tafsir Al-kahfi ayat 60-62 وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِفَتَاهُ لَا أَبْرَحُ حَتَّى أَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ أَوْ أَمْضِيَ حُقُبًا 60) Dalam ayat ini, Allah menceritakan tentang keteguhan dan kekerasan hati Musa untuk mencari hamba Allah yang sholih. Keinginan Nabi Musa itu disebabkan oleh teguran Allah padanya, karena merasa dirinya paling pandai dan mulya. Akhirnya Allah menegurnya dengan memberitahukan bahwa ada yang lebih pandai dan mulya dari Musa. Yaitu seorang hamba yang bisa ditemui di pertemuan dua laut. Hal itu akhirnya yang memunculkan keinginan keras Nabi Musa untuk mencari hamba yang sholih tersebut, sekaligus juga akan menimba ilmu darinya. Maka setelah mendapat petunjuk dari Allah tentang keberadaan hamba Allah yang sholih itu, berangkatlah Musa bersama muridnya, Yusa’ bin Nun. فَلَمَّابَلَغَامَجْمَعَ بَيْنِهِمَانَسِيَاحُوتَهُمَافَاتَّخَذَسَبِيلَهُ فِي الْبَحْرِسَرَبًا 61) Dalam ayat ini, Allah menceritakan bahwa setelah Nabi Musa dan Yusa’ sampai ke pertemuan dua laut, mereka berhenti. Tetapi tidak tahu bahwa tempat itulah yang harus dituju. Karena Allah tidak memberitahukan secara pasti, dimana tempat itu. Hanya saja, Allah memberi petunjuk dengan menyuruh Nabi Musa membawa ikan dalam kampil atau wadah. Dan, ketika ikan itu terlepas, maka disitulah tempatnya. (tafsir Ibn Katsir). Pada sebuah batu, ikan itu terlepas dan Yusa’ tidak menceritakan hal itu pada Nabi Musa karena ia lupa. فَلَمَّاجَاوَزَاقَالَ لِفَتَاهُ آتِنَاغَدَاءنَالَقَدْلَقِينَامِن سَفَرِنَاهَذَانَصَبًا 62) Dalam ayat ini, Allah menceritakan bahwa keduanya melanjutkan perjalanan hingga di hari kedua, mereka merasa lapar. Nabi Musa berkata pada muridnya: “Bawalah kemari makanan kita, sungguh kita merasa letih karena perjalanan kita”
6
Tafsir Al-Kahfi Ayat 63-64 قَالَ أَرَأَيْتَ إِذْأَوَيْنَاإِلَى الصَّخْرَةِفَإِنِّي نَسِيتُ الْحُوتَ وَمَاأَنسَانِيهُ إِلَّاالشَّيْطَانُ أَنْ أَذْكُرَهُ وَاتَّخَذَسَبِيلَهُ فِي الْبَحْرِعَجَبًا 63) Dalam ayat ini, Allah menceritakan bahwa Yusa’ menjawab secara jujur bahwa ikan itu telah hidup kembali dan menggelepar- gelepar kemudian masuk ke laut, ketika mereka beristirahat di batu tempat bertemunya dua laut. Yusa’ lupa tidak menceritakannya pada Nabi Musa. Kekhilafan ini bukan karena tidak bertanggung jawab, tapi karena setan yang menyebabkan. قَالَ ذَلِكَ مَاكُنَّانَبْغِ فَارْتَدَّاعَلَى آثَارِهِمَاقَصَصًا 64) Dalam ayat ini, diceritakan Musa menyambut jawaban muridnya itu dengan gembira. Musa memberitahukan bahwa tempat itu yang ia cari. Segera mereka kembali ke tempat hilangnya ikan yang mereka bawa.
7
Nilai pendidikan pada perjalanan musa mencari khidir Setelah musa dan yusak bin nun (asisten musa) sampai di petemuan dua lautan mereka lupa akan ikannya. Dan ajakan musa untuk makan, memberi kesan bahwa rasa lelah itu bukan kali pertama, sebab sebelumnya mereka pernah beristirahat di bawah sebuah batu yang ditempat itu pula ikan yang dibawanya melompat ke lautan. Namun musa dan asistennya segera kembali mengikuti langkah-langkah sebelumnya dengan harapan ketemu hamba Allah (khidir) Peristiwa di atas memberikan peringatan pada para pencari ilmu bahwa dalam perjalanan mencari ilmu pastilah terdapat halangan dan rintangan, dan bahkan sesuatu yang sudah berada di hadapan mata pun terlepas begitu saja karena ketidak tahuannya. Dalam kisah tersebut tidak digambarkan musa beristirahat dahulu, ini bermakna seorang pencari ilmu harus bersikap optimis dan tidak mudah putus asa karena kegagalan dan menjadikan ilmu pengetahuan sebagai skala prioritas.
8
Episode II: al-kahfi: 65-70 pertemuan pertama antara musa dengan khidir
9
Artinya: 65.Lalu mereka berdua bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan rahmat kepadanya dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan ilmu kepadanya dari sisi Kami. 66.Musa berkata kepada Khidhir: "Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?” 67.Dia menjawab: "Sesungguhnya engkau tidak akan sanggup sabar bersamaku. 68.Dan bagaimana engkau dapat bersabar atas sesuatu, sedang engkau belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?“ 69.Musa berkata: "Insya Allah akan engkau dapati aku orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam urusan apapun". 70.Dia berkata: "Jika engkau mengikutiku, maka janganlah engkau menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku menerangkannya kepadamu".
10
Tafsir Ayat Al-kahfi Ayat 65-67 فَوَجَدَاعَبْدًامِّنْ عِبَادِنَاآتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِندِنَاوَعَلَّمْنَاهُ مِن لَّدُنَّاعِلْمًا 65) Dalam ayat ini diceritakan bahwa, setelah Nabi Musa dan Yusa’ kembali ke tempat menghilangnya ikan yang dibawa, mereka bertemu hamba Allah yaitu Khidir, yang berselimut dengan kain putih bersih. Dalam ayat ini, Allah menjelaskan bahwa Khidir adalah hamba yang menerima ilmu langsung dari Allah, yang tidak diberikan kepada Musa. Sebagaimana juga Allah menganugerahkan ilmu pada Musa, yang tidak diberikan kepada Khidir. قَالَ لَهُ مُوسَى هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَى أَن تُعَلِّمَنِ مِمَّاعُلِّمْتَ رُشْدًا 66) Dalam ayat ini, diceritakan bahwa Nabi Musa meminta kesediaan Khidir untuk mengajarkan sebagian ilmu yang dianugerahkan Allah padanya, ilmu yang bermanfaat dan amal sholih. Dalam ayat ini Allah menggambarkan secara jelas sikap Nabi Musa kepada Khidir yang sangat menjaga kesopanan dan memohon agar diperkenankan untuk mengikutinya, supaya Khidir memberikan sebagian ilmunya. قَالَ إِنَّكَ لَن تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا 67) Khidir menjawab: “ Kamu tidak akan sabar menyertaiku. Karena aku memiliki ilmu yang tidak kamu miliki, dan kamu pun memiliki ilmu yang tidak kumiliki. Kemampuan Khidir meramalkan sikap Musa yang tidak akan mampu menyertainya itu berdasarkan ilmu laduny dan ilmu nubuwah yang dimiliki.
11
Tafsir Ayat Al-kahfi Ayat 68-70 وَكَيْفَ تَصْبِرُعَلَى مَالَمْ تُحِطْ بِهِ خُبْرً 68) Khidir juga berkata: “Bagaimana kamu dapat bersabar terhadap perbuatan-perbuatan yang lahirnya menyalahi syariatmu, padahal kamu seorang Nabi. Atau mungkin juga kamu akan mendapati pekerjaan-pekerjaanku yang secara lahiriyah bersifat mungkar, sedang secara batiniyah kamu tidak mengetahui maksudnya atau kemaslahatannya.” قَالَ سَتَجِدُنِي إِن شَاءاللَّهُ صَابِرًاوَلَاأَعْصِي لَكَ أَمْرً 69) Dalam ayat ini, Nabi Musa berjanji tidak akan mengingkari dan tidak akan menyalahi apa yang dikerjakan oleh Khidir, dan berjanji pula akan melaksanakan perintah Khidir selama perintah itu tidak bertentangan perintah Allah. Janji yang beliau ucapkan dalam ayat ini didasari dengan kata- kata "Insya Allah" karena beliau sadar bahwa sabar itu perkara yang sangat besar dan berat, apalagi ketika menyampaikan kemungkaran, seakan-akan panas hati beliau tak tertahan lagi. قَالَ فَإِنِ اتَّبَعْتَنِي فَلَاتَسْأَلْنِي عَن شَيْءٍحَتَّى أُحْدِثَ لَكَ مِنْهُ ذِكْرً 70) Khidir menerima Musa dengan berpesan: “Jika kamu bersamaku, maka jangan tanyakan apa yang aku lakukan dan rahasianya, sampai aku sendiri yang menjelaskannya padamu. Jangan kamu menegurku atas perbuatanku yang tidak dapat kau benarkan, sampai aku sendiri yang menjelaskan keadaan yang sebenarnya.” Nabi Musa menerima persyaratan itu.
12
Nilai-nilai Pendidikan 1.Hendaknya seorang calon murid memperlihatkan keseriusan dengan ungkapan sopan dan tawadhu’. 2.Seorang calon murid dituntut memposisikan diri sebagai orang yang butuh. 3.Seorang murid harus menyadari bahwa ia tidak mungkin mampu menyerap semua ilmu gurunya. 4.Seorang guru harus melakukan tes awal guna melihat minat dan bakat yang dimilki calon muridnya. (untuk menjaga konsistensi belajar). 5.Sesungguhnya engkau tidak akan bersabar bersamaku.’ Kalimat inilah yang menjadi petunjuk agar guru melakukan tes minat dan bakat. Khidirpun baru menerima musa sebagai murid setelah ia mendengar keseriusan musa, walaupun ia memprediksi, musa tidak mempunyai bakat dalam bidang ilmu yang dimilikinya. Kesimpulan: yang harus menjadi prioritas seorang guru dalam menerima murid itu bukan bakat dulu tetapi minat. Sebab, bisa jadi walaupun seseorang tidak mempunyai bakat, tetapi karena ia mempunyai minat yang tinggi akhirnya ia akan berhasil. Walaupun dalam kasus ini musa tidak berhasil. 6 Melakukan kontrak belajar dengan murid. jika kamu mengikutiku, janganla kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya. kontrak belajar ini pada proses pembelajaran selanjutnya akan menjadi peraturan yang mengikat antara guru dan muridnya. Jika dalam proses pembelajaran tanpa ada kontrak belajar, bisa jadi akan menjadi penyebab ketidak seriusan baik guru/murid. 7. Seharusnya seorang murid menyadari bahwa untuk mengetahui rahasia dari sesuatu memerlukan waktu cukup panjang, sehingga tidak selayaknya ia ingin segera tahu dengan mengajukan pertanyaan
13
Episode III: al-kahfi: 71-77 perjalanan musa dan khidir
15
Artinya: 71.Maka berjalanlah keduanya, hingga ketika keduanya menaiki perahu lalu Khidhir melobanginya. Musa berkata: "Mengapa kamu melobangi perahu itu yang akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?" Sesungguhnya engkau telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar. 72.Dia (Khidhir) berkata: "Bukankah aku telah berkata: “bahwa engkau tidak akan mampu sabar bersamaku“ 73.Musa berkata: "Janganlah engkau menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah engkau membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku". 74.Maka berjalanlah keduanya; hingga ketika keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidhir membunuhnya. Musa berkata: "Mengapa engku bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya engkau telah melakukan suatu yang mungkar". 75.Khidhir berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya engkau tidak akan dapat sabar bersamaku?"Khidhir berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya engkau tidak akan dapat sabar bersamaku?"
16
76.Musa berkata: "Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka janganlah engkau memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya engkau sudah cukup (bersabar) menerima alasan dariku". 77.Maka keduanya berjalan; hingga ketika keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu tetapi (penduduk negeri itu) tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhir menegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau engkau mau, niscaya engkau dapat meminta imbalan untk itu".
17
Tafsir Ayat Al-kahfi Ayat 71-74 فَانطَلَقَاحَتَّى إِذَارَكِبَا فِي السَّفِينَةِخَرَقَهَاقَالَ أَخَرَقْتَهَالِتُغْرِقَ أَهْلَهَالَقَدْجِئْتَ شَيْئًاإِمْرًا 71) Dalam ayat ini, dikisahkan bahwa keduanya (Musa dan Khidir) berjalan di tepi pantai dan menemukan perahu. Mereka menaiki perahu itu. Namun, Khidir tiba-tiba melobangi perahu itu dengan mencabut satu keping papan yang ada pada bagian perahu itu dengan kapak. Melihat itu, Musa berkata: “Mengapa kamu lakukan itu? Akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya yang tidak berdosa. Sesungguhnya kamu telah berbuat kesalahan yang besar.” Kemudian Musa mengambil kain untuk menyumbat lubang itu. قَالَ أَلَمْ أَقُلْ إِنَّكَ لَن تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرً 72) Khidir mengingatkan Musa bahwa ia tidak akan sanggup bersabar atas perbuatan yang dilakukan Khidir. قَالَ لَاتُؤَاخِذْنِي بِمَانَسِيتُ وَلَاتُرْهِقْنِي مِنْ أَمْرِي عُسْرً 73) Musa insaf dan mengetahui kealpaan atas janjinya. Dia minta maaf pada Khidir dan memohon agar tidak memberi hukuman atas kesalahannya itu. فَانطَلَقَاحَتَّى إِذَالَقِيَاغُلَامًافَقَتَلَهُ قَالَ أَقَتَلْتَ نَفْسًا زَكِيَّةً بِغَيْرِنَفْسٍ لَّقَدْجِئْتَ شَيْئًانُّكْرً ا 74) Dalam ayat ini dikisahkan bahwa keduanya selamat, tidak tenggelam dan turun dari kapal, meneruskan perjalanan menyusuri pantai. Khidir melihat anak kecil sedang bermain-main. Tiba-tiba Khidir membunuh anak itu. Namun, Al qur’an tidak menjelaskan bagaimana cara Khidir membunuhnya. Para ulama’ memiliki beberapa pendapat mengenai hal ini. Ada yang berpendapat dengan menyembelihnya menggunakan pisau, membenturkan kepalanya ke dinding, atau ke batu. Melihat hal itu, Musa bertanya pada Khidir: “Mengapa kamu membunuh jiwa yang tak berdosa? Sungguh kamu telah berbuat kesalahan yang tak dapat diterima akal.”
18
Tafsir Ayat Al-kahfi Ayat 75-77 قَالَ أَلَمْ أَقُل لَّكَ إِنَّكَ لَن تَسْتَطِيعَ مَعِي صَبْرًا 75) Khidir berkata: “Bukankah sudah kukatakan bahwa kamu tidak akan dapat sabar mempelajari ilmu bersamaku.” Ini merupakan teguran yang kedua bagi Musa. قَالَ إِن سَأَلْتُكَ عَن شَيْءٍبَعْدَهَافَلَاتُصَاحِبْنِي قَدْبَلَغْتَ مِن لَّدُنِّي عُذْرً 76) Musa menyesal dan berkata: “Sesungguhnya aku bertanya tentang perbuatanmu yang aku saksikan itu karena aku ingin mengetahui hikmahnya. Maka jika aku menanyakan lagi setelah ini, janganlah kamu mengizinkan aku mengikutimu lagi. Karena kamu sudah cukup memberikan maaf padaku.” فَانطَلَقَاحَتَّى إِذَاأَتَيَاأَهْل قَرْيَةٍاسْتَطْعَمَاأَهْلَهَافَأَبَوْاأَن يُضَيِّفُو هُمَا فَوَجَدَافِيهَا جِدَارًا يُرِيدُأَنْ يَنقَضَّ فَأَقَامَهُ قَالَ لَوْشِئْتَ لَاتَّخَذْتَ عَلَيْهِ أَجْرًا 77) Lalu Musa dan Khidir berjalan lagi hingga mereka berdua sampai kepada suatu negeri. Mereka minta agar penduduk negeri itu menjamunya tetapi penduduk negeri itu sangat kikir, tidak mau memberi jamuan kepada mereka. Penduduk negeri itu sangat rendah akhlaknya, sebab menurut kebiasaan-kebiasaan orang Arab, bilamana ada seorang hartawan tidak mau memberi derma kepada seorang yang minta-minta, maka hal seperti itu sangat dicela dan jika ia menolak untuk memberi jamuan kepada tamunya maka hal itu termasuk suatu kemerosotan akhlak yang rendah sekali. Dalam hal ini orang-orang Arab menyatakan celaannya yang sangat keras, sering-sering bersemboyan dengan kata kata; Si polan menolak tamu (mengusir) dari rumahnya. Di negeri itu Musa dan Khidir mendapatkan sebuah dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidir mengusap dengan tangannya, sehingga dinding itu tegak menjadi lurus kembali. Keanehan itu termasuk mukjizatnya. Musa yang melihat dinding itu ditegakkan kembali oleh Khidir tanpa mengambil upah apa- apa, ingin mengusulkan kepada Khidir supaya menerima bayaran atas jasanya menegakkan dinding itu, yang dengan bayaran itu ia dapat membeli makanan dan minuman yang sangat diperlukannya.
19
Nilai Pendidikan di Dalamnya 1.Perbuatan khidir dan penilaian musa.suatu masalah yang sama jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda akan melahirkan pemahaman yan berbeda pula. khidir mengajarkan pada musa agar dalam menilai suatu perbuatan tidak hanya didasarkan pada paradigma lahir (hukum) tetapi juga harus dilihat dari paradigma batin. 2.Setiap kali musa melakukan pelanggaran, maka setiap itu pula dia minta maaf, ini menunjukkan betapa seriusnya musa untuk berguru dan belajar pada khidir dan sebagai seorang murid dia tahu diri dengan memperlihatkan kesungguhan dan tobat. 3.Kisah tersebut merupakan seruan pada guru agar dalam mengingatkan muridnya dilakukan dengan bijaksana. Khidir tidak menyatakan bahwa penilian musa terhadap dirinya salah tetapi ia mengatakan:’bukankah aku telah katakan bahwa sekali-kali engkau tidak akan pernah sabar…”. Pernyataan ini menyiratkan khidir mengingatkan kontrak belajarnya dan ia sesunguhnya mengakui kenbenaran musa yang melihat dari sisi lahir. 4.Ketika seorang murid melakukan pelanggaran, hukuman yang diberikan harus disesuaikan dengan pelanggarannya: a. pelanggaran pertama: diperingatkan dg lemah lembut (alam aqul….) b. pelanggaran kedua: diperingatkan dengan agak keras (alam aqul laka…) c. pelanggaran ketiga: khidir menghukum musa dengan perpisahan/dikeluarkan sebagai murid dengan kata (hadza firaq…..)
20
Episode IV Q.S al-kahfi: 78-82 perpisahan antara musa dan khidir
22
Artinya: 78.Khidhir berkata: "Inilah perpisahan antara aku dengan engkau; Aku akan memberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang engkau tidak dapat sabar terhadapnya. 79.Adapun perahu itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bermaksud merusaknya, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas setiap perahu. 80.Dan adapun anak muda (kafir ) itu, kedua orang tuanya adalah orang-orang mu'min, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. 81.Dan kemudian kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan (seorang anak lain) yang lebih baik kesuciannya dari pada (anak) itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya). 82.Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, dan ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar keduanya sampai dewasa dan keduanya mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dati Tuhanmu, apa yang kuperbuat bukan menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang engkau tidak sabar terhadapnya".
23
Tafsir Ayat Al-kahfi Ayat 78-79 قَالَ هَذَافِرَاقُ بَيْنِي وَبَيْنِكَ سَأُنَبِّئُكَ بِتَأْوِيلِ مَا لَمْ تَسْتَطِع عَّلَيْهِ صَبْرً 78) Khidir berkata kepada Musa: "Pertanyaanmu yang ketiga kalinya ini adalah sebab perpisahan antara aku dan kamu". Sebagian Ulama’ Tafsir mengatakan bahwa sebab perpisahan itu tidak terjadi setelah pertanyaan yang pertama dan kedua, oleh karena pertanyaan pertama dan kedua itu pada akhirnya adalah perbuatan yang mungkar yaitu membunuh anak yang tidak berdosa dan membuat lubang (merusak) pada dinding kapal maka wajarlah bila dimaafkan. Adapun pertanyaan yang ketiga adalah Khidir berbuat baik kepada orang yang kikir, yang tidak mau memberi jamuan kepadanya, dan perbuatan itu adalah perbuatan yang baik yang tidak perlu disangkal. أَمَّاالسَّفِينَةُ فَكَانَتْ لِمَسَاكِينَ يَعْمَلُونَ فِي الْبَحْرِفَأَرَدتُّ أَنْ أَعِيبَهَاوَكَانَ وَرَاءهُم مَّلِكٌ يَأْخُذُكُلَّ سَفِينَةٍغَصْبًا 79) Khidir menerangkan sebab-sebab dari segala yang telah dilakukannya. Pertama, perbuatan terhadap perahu yang dilubangi dindingnya. Perahu itu kepunyaan suatu kaum yang lemah dan miskin. Mereka tidak mampu menolak kelaliman penguasa yang akan merampas perahu itu, dan mereka mempergunakan perahu itu untuk menambah penghasilannya dengan mengangkut barang- barang dagangan atau menyewakannya pada orang-orang lain. Khidir sengaja merusak perahu itu dengan cara melubanginya, karena di hadapannya ada seorang penguasa lalim yang suka merampas dan menyita setiap perahu yang utuh dan tidak mau mengambil perahu yang rusak. Sehingga karena adanya kerusakan tersebut, perahu itu akan selamat.
24
Tafsir Ayat Al-kahfi Ayat 80-82 وَأَمَّاالْغُلَامُ فَكَانَ أَبَوَاهُ مُؤْمِنَيْنِ فَخَشِينَاأَن يُرْهِقَهُمَاطُغْيَانًاوَكُفْرً 80) Kemudian anak yang dibunuh itu adalah anak yang kafir, sedangkan kedua orang tuanya termasuk orang-orang yang sungguh-sungguh beriman. Maka kami khawatir bahwa karena kecintaan kedua orang tuanya kepada anak itu akan tertarik keduanya kepada kekafiran. Dan seandainya dia masih tetap hidup akan mengakibatkan kebinasaan pada kedua orang tuanya. Khidir juga khawatir jika anak itu hidup, akan mendorong orang tuanya pada kesesatan dan kekafiran. فَأَرَدْنَا أَنْ يُبْدِلَهُمَا رَبُّهُمَا خَيْرًا مِنْهُ زَكَاةً وَأَقْرَبَ رُحْمًا 81) Maka Khidir berharap bahwa Allah akan memberi rizki kepada orang tua anak tersebut, serta mengganti anak yang telah dibunuhnya dengan anak yang lebih baik, lebih sholih dan lebih sayang kepada orang tua. وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ذَلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا 82) Sedangkan tentang rumah yang akan roboh, itu adalah milik dua anak yatim, yang dibawah bangunan rumah itu ada harta simpanan bagi mereka. Ayah mereka adalah orang yang sholih. Maka Allah memerintahkan Khidir untuk membetulkan rumah itu. Karena jika rumah itu roboh, dikhawatirkan harta yang berada di bawahnya akan terlihat orang kemudian dicuri. Allah menghendaki dua anak yatim itu menjadi dewasa dan menggunakan harta mereka. “Sungguh, tindakan-tindakan itu bukanlah atas kemauanku sendiri. Akan tetapi atas perintah Allah.” demikian penjelasan Khidir terhadap Musa.
25
Nilai pendidikan Argumen khidir melubangi perahu mengandung arti bahwa seorang guru seharusnya berupaya mengajarkan kepada murid-murid mengenai bagaimana cara membantu orang-orang lemah. Dengan kata lain seorang guru harus mengajarkan tidak hanya masalah kognitif, tetapi juga masalah afektif dan psikomotorik yang akan menjadikan murid semakin peka terhadap realitas sosial. Pembunuhan anak dapat diartikan secara majaz, yang bermakna seorang guru dituntut agar mampu memahami psikologi muridnya seraya membunuh karakter jelek yang terdapat dalam diri murid-muridnya. Pembangunan dinding secara tidak langsung menuntut sorang guru agar memperhatikan anak didik yatim, sebab ia merupakan kanzun yang jika dipelihara dengan baik kelak dia akan menjadi mutiara, dan jika dibiarkan kelak akan menjadi beban sosial karena jauh dari kasih sayang.
26
Dalam kasus membangun kembali tanpa meminta upah, secara langsung memberikan kesan bahwa seorang guru hendaknya ikhlas dalam perjuangannya sehingga ia dapat berbuat adil terhadap muridnya, apapun kedudukan sosialnya. Perkataan khidir yang perlu dicatat adalah :’dan ingatlah, aku tidak melakukannya menurut kemauanku sendiri”. Pernyataan ini mencerminkan bahwa apa yang dilakukan khidir adalah semata menjalankan perintah Allah. Walaupun secara lahiriyah terlihat absurd dan bertentangan dengan syari’at, akan tetapi karena perintah Allah maka tetap dilaksanakan dan tentu ada hikmahnya.
27
Hikmah yang terkandung kisah Nabi Musa belajar kepada Khidir Menambah ilmu dan mengajarkan ilmu adalah perkara yang sama-sama penting namun menggabungkan keduanya akan lebih sempurna. Pertolongan akan turun kepada seorang hamba bila ia sudah melaksanakan sebab-sebab yang diperintahkan kepadanya. Ilmu yang diajarkan oleh Allah SWT ada dua: ilmu yang didapatkan sesuai dengan usaha manusia, dan ilmu yang berasal langsung dari Allah yang diberikan kepada hambanya yang dikehendakinya [seperti firman Allah, Wattaqull ha wa yu allimukumullah, bertakwalah kalian kepada Allah niscaya Dia akan mengajari kalian, maka berlandaskan ayat ini, para ulama memerintahkan kita untuk senantiasa bertakwa kepada Allah, karena takwa merupakan sarana terpenting mendapatkan ilmu-Nya, tentu ini karena Dia lah yang akan langsung mengajarinya, tanpa perantara.] Hendaknya seorang manusia memiliki sifat pemaaf dan toleransi antar sesama. Dan tidak membebani manusia diluar kemampuannya,atau pun memberatkan mereka.
28
Asbabun Nuzul Surah Al-Khafi secara Umum Dalam tafsir Jalalain disebutkan bahwa,asbabun nuzul surah al-kahfi adalah pengujian kenabian Muhammad oleh orang Yahudi,Nabi Muhammad di tes kenabiannya dengan tiga perkara. Tiga perkara yang ditanyakan kepada Nabi Muhammad SAW antara lain tentang para pemuda (ashabul kahfi) di masa silam yang pergi mengasingkan diri dari kaumnya, tentang seorang laki-laki yang menjelajah Minangkori hingga sampai ke ujung timur dan ujung barat, dan tentang masalah roh. Menurut Ibn Katsir, asbabun nuzul surah Al-Kahfi adalah kaum Quraisy ingin mempertanyakan tentang Nabi Muhammad kepada pendeta Yahudi. Setelah tiga hal itu di pertanyakan kepada Nabi, beliau menjanjikan kan menjawab esok hari. Namun sampai lima belas malam Nabi belum mendapat wahyu dari malaikat jibril datang menyampaikan wahyu Allah SWT.Nabi semakin sedih mendengan gunjingan penduduk Mekkah. Akhirnya,datanglah jibril membawa surah Al-Kahfi dari sisi Allah Azza Wa Jalla. Surah itu mengandung teguran kepada Nabi karena kesedihannya terhadap kaum Quraisy dan jawaban atas persoalan pemuda, seorang penjelajah dan firman Allah ta ala tentang ruh, yang ditanyakan kaum Quraisy.
29
Asbabun Nuzul Surah Al-kahfi ayat 60-82 Surah Al-kahfi ayat 60-82 turun disebabkan rasa kebanggaan berlebihan atau kesombongan Nabi Musa. Suatu waktu, usai berkhotbah di depan umatnya, tiba- tiba Nabi Musa ditanya oleh seorang pemuda tentang orang yang paling pandai di muka bumi. Sontak Nabi Musa menjawab bahwa, dirinyalah satu-satunya orang yang paling pandai di bumi. Mengetahui hal itu, Allah SWT menegur Nabi Musa dengan memberitahukan bahwa ada manusia yang lebih pandai darinya. Nabi Musa tentu saja merasa penasaran dan sangat ingin menemui orang tersebut. Akhirnya AllAH SWT pun memberi petunjuk agar Nabi Musa pergi ke sebuah tempat, tempat pertemuan antara dua lautan. Di tempat itu Nabi Musa akan menemukan orang yang lebih pandai darinya. Setelah bertemu dengan orang tersebut maka Nabi Musa harus menimba ilmu dari orang tersebut, hingga akhirnya akhirnya kemudian terjadilah pertemuan keilmuan serta interaksi edukatif anatara Nabi Musa dan orang yang lebih pandai darinya, orang sholeh, yakni Khidir. Sesungguhnya teguran Allah itu mencetuskan keinginan yang kuat dalam diri Nabi Musa untuk menemui hamba yang sholih itu. Nabi Musa juga ingin sekali mempelajari ilmu darinya. Nabi Musa kemudian bermaksud menunaikan perintah Allah itu dengan membawa ikan dalam wadah dan berangkat bersama muridnya,Yusya bin Nun.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.