Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

TUTORIAL 15 Assalammualikum wr.wb..

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "TUTORIAL 15 Assalammualikum wr.wb.."— Transcript presentasi:

1 TUTORIAL 15 Assalammualikum wr.wb.

2 SKENARIO 2 Sepotong cerita Laluna Cuplikan berita surat kabar: “Indonesia yang dikatakan sebagai zamrud katulistiwa karena kehijauan dan kesuburannya termasuk didalamnya lahan persawhan yang luas dan hijau subur. Membuat dunia percaya bahwa Indonesia adalah lumbung padi dunia. Hal ini ditegaskan dengan adanya program swasembada beras, dimana hasil beras yang berlimpah ruah telah dapat mencukupi kebutuhan pokok beras bagi seluruh rakyatnya. Tetapi sangat disayangkan bahwa pernyataan tersebut tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Adanya malnutrisi pada balita dan anak-anak ternyata merata hamper diseluruh pelosok daerah.contohnya yang dialami oleh Laluna perempuan 11 bulan,asal desa kamanasa, kecamatan Malaka Tenggara(Betun) kabupaten Belu, saat ditemukan berat badan anak 3,6 kg dengan tinggi 61,5cm. Saat ditemukan anak rewel, malaise, kulitnya xerosis, dan secara palpasi ditemukan hepatomegaly. Dilihat dari perkembangan motoric, naka baru bisa duduk. Saat ini laluna sedang menjalankan perawatan di puskesmas setempat dan tengah berlangsung selama 3 hari.” dari data surveillance puskesmas setempat didapatkan dari 100 balita ditemukan 1 balita gizi buruk disertai dengan peningkatan kasus infeksi, sehingga PKM melaporkan ke Dinkes setempat

3 Keywords Lumbung padi Laluna, pr Desa kamanase Malnutrisi, Gizi buruk
Keadaan umum: 11 bln, bb 3,6, pb 61,5cm, Kondisi : Hepatomegali,Malaise,Xerosis,Rewel,Baru bisa duduk Infeksi Perawatan di puskesmas 1:100 balita mengalami gizi buruk

4 Klarifikasi istilah Xerosis : hilangnya atau berkurangnya kadar kelembapan stratum korneum karena adanya gangguan pada kulit yang menyebabkan karena banyaknya air yang menguap ke atmosfer (Dona,2008). (nadia,ria) Malnutrisi : keadaan dimana tubuh tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup, atau keadaan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pengambilan makanan dan kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesehatan. Kondisi nkekurangan gizi akibat jumlah kandungan mikro atau makro nutrien yang tidak mencukupi. Kondisi ini dapat diakibatkan opleh malabsorbsi( fibrosis kistik) atau ketidak mampuan untuk mengkonsumsi nutrien. Ensiklopedia keperawatan, 2009_. (marisa, windy) Gizi buruk: severe malnutrition adalah suatu istilah klinis yang merupakan bentuk terparan dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Status gizi buruk dibagi menjadi 3 bagian, yakni gizi buruk karenas kekurangan protein atau kwashiokor, karena kekurangan karbohidrat (marasmus). Dan kekurangan kedua-duanya (nensi,2005). (Novi, Inge) Hepatomegali : Pembesaran hati oleh berbagai jenis penyebab seperti infeksi virus, fatty liver, penyakit keganasan, dan kanker hati (imron, 2007). Pembesararan hepar akibat proses hematopoesis ekstra meduler dan deposit besi yang berlebihan ( Dorland, 2011) (inas, Dwi)

5 Malaise : perasaan tidak menentu berupa tubuh yang tak nyaman dan lelah (dorland,2011). Suatu perasaan umum tidak sehat, tidak nyaman atau lesu(tidak enak badan) terkait dengan berbagai kondisi medis yang berbeda dan sering menjadi tanda pertama penyakit seperti infeksi virus (candrasoma,2010). Keadaan atau perasaan kurang sehat dan lesu yang mendahului timbulnya keadaan sakit yang lebih gawat (KBBI). (Rizkya, Atika,Arina)

6 Rumusan Masalah Bagaimana hubungan antara malise, xerosis, dan hepatomegali yang dialami oleh laluna dengan malnutrisi? Bagaimanakah patofisiologi hepatomegali yang dialami oleh laluna ? (ria)(Atika) Mengapa diusia 11 bln laluna baru bisa duduk ? bagaimana malnutrisi dapat mempengaruhi pekembangan motorik ? (Novi) (windy) Bagaimana Status gizi pada laluna? Berapa berat badan dan PB ideal untuk anak usia Laluna? (Dwi, Inge) Bagaimana tatalaksana untuk penanganan kasus tersebut? (arina) Bagaimana seharusnya keadaan perkembangan laluna pada usia 11 bln? (rizkya) Bagaimana hubungan antara gizi buruk dengan peningkatan infeksi? (Nadia) Apa penyebab gizi buruk yang dialami laluna? (marisa, inas) Mengapa perlu dilakukan pelaporan ke dinkes setempat?

7 Bagaimana hubungan antara malise, xerosis, dan hepatomegali yang dialami oleh laluna dengan malnutrisi? Bagaimanakah patofisiologi hepatomegali yang dialami oleh laluna ? (ria)(Atika) karena kurang asupan makanan(protein,karbo,dsb) sehingga timbul malaise, kurang protein menyebabkan regenasi kulit kurang optimal, ekstisitas kulit dan pemulihanya tidak optimal, karena sintesis protein hepar turun  tak ada yg mengangkut lemak  penumpukan lemak(fatty liver) (inas) kulit serosis (KEP) produksi sebum yang bertugas sebagi pelumas turun, sehingga lapisan subkutan tipi, dan turgor kulit juga menurun, sehingga terjadi xerosis (Windy)

8 Mengapa diusia 11 bln laluna baru bisa duduk
Mengapa diusia 11 bln laluna baru bisa duduk ? bagaimana malnutrisi dapat mempengaruhi pekembangan motorik ? (Novi) (windy Karena gizi buruk tidak segera diatasi sehingga timbul efek jangka panjang seperti penurunan skor tes IQ, anak menjadi apatis, dan penurunan p[erkembangan kognitif. Karena fisik (bb,pb) jauh dibawah normal juga mempengaruhi. (Ria)

9 Bagaimana Status gizi pada laluna
Bagaimana Status gizi pada laluna? Berapa berat badan dan PB ideal untuk anak usia Laluna? (Dwi, Inge) BB/U : BB: 3,6 kg idealnya 8,7 kg, sedangkan 3,6 berada dibawah atau kurang dari -3 SD  Gizi buruk PB/U : idealnya 71,5 cm sedangkan 61,5 cm berada dibawah atau kurang dari -3SD  Sangat Pendek BB/PB : dengan PB 61,5 seharusnya BB 6,3 kg. 3,6 kg berada dibawah – 3SD  Sangat kurus bb dan pb ideal berdasarkan Z-score : bb/u= 6,9 -11,2 kg , pb/u = 67,7-77,8 cm (inge, atika)

10 Bagaimana tatalaksana untuk penanganan kasus tersebut? (arina)
Dibawa kepuskesmas atau pelayanan kesehatan terdekat Klasifikasi: gizi buruk komplikasi / tanpa komplikasi digunakan untuk menentukan perlu rawat inap atau rawat jalan. Hitung jumlah kebutuhan gizi anak perhari Memperbaiki pola perawatan ibu atau keluarga terhadap anak Perbaiki Sanitasi lingkungan (Marisa,nadia)

11 Bagaimana seharusnya keadaan perkembangan laluna pada usia 11 bln
Bagaimana seharusnya keadaan perkembangan laluna pada usia 11 bln? (rizkya) Perkembangan antara usia 9-12 bulan: Dapat berdiri sendiri tanpa dibantu Dapat berjalan dengan dituntun Menirukan suara, mengulang bunyi yang di dengarnya Belajar menyatakan 1-2 kata Mengerti perintah sederhana/ larangan Memperlihatkan minat yang besar dalam lingkungan sekitarnya Berpar6tisipasi dalam permainan (rizkya)

12 Bagaimana hubungan antara gizi buruk dengan peningkatan infeksi
Bagaimana hubungan antara gizi buruk dengan peningkatan infeksi? (Nadia) Dimana meknisme pertahanan tubuh diaman balita mengalami kekurangan gizi dengan asupan energi dan protein yang rendah , maka kemampuan tubuh untuk membentuk protein baru berkurang. Rawan terhadap infeksi karena terganggunya pembentukan kekebalan tubuh seluler (novi)

13 Apa penyebab gizi buruk yang dialami laluna? (marisa, inas)
Penyebab Langsung : Kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Penyebab Tidak Langsung : Ketersediaan pangan rumah tangga, perilaku pelayanan kesehatan, kemiskinan, pendidikan yang rendah, kesempatan kerja, dan kondisi lingkungan, yaitu: a. Tingkat ekonomi : menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi akibat dari keterbatasan kemampuan ekonomi b. Tingkat pendididkan: orang tua/ keluarga yang memiliki pendidikan rendah  tidak mengerti zat-zat nutrisi apa saja yang harus dipenuhi c. Tempat tinggal: dataran rendah, dataran tinggi mempengaruhi nutrisi, cth: orang datran tinggi mampu memenuhi nutrisi selain protein ataupun yodium yang banyak terdapat pada ikan (dwi)

14 Mengapa perlu dilakukan pelaporan ke dinkes setempat?
Karena itu merupakan Kejadian luar Biasa (KLB). Sehingga dinkes membutuhkan data untuk mengetahui daerah mana saja yang mengalami gizi buruk supaya bisa di atasi dan mengupayakan untuk pencegahan (nadia )

15 Malnutrisi kwashiorkor Marasmus-kwasiorkhor
Peta Konsep Baru bisa duduk, seharusnya sudah bisa berjalan Laluna, 11bln, Desa kamanasa, kec malaka tengah BB : 3,6 kg, PB : 61,5 cm perkembangan Sesuai grafik WHO-NCHS < -3 SD = gizi buruk Malnutrisi kwashiorkor Kurang protein Edema seluruh tubuh Rewel, apatis Hepatomegali Rambut kusam Malnutrisi Marasmus Kurang karbohidrat Rewel Kulit tipis hipotensi Marasmus-kwasiorkhor Rewel Perut cekung Kulit keriput Atrofi disertai infeksi Perawatan dipuskesmas setempat Surveilance ada KLB, Ditemukan 1:100 terkena gizi buruk, dan peningkatan sepsis Lapor Dinkes < 24 jam

16 Learning Objective Pada akhir pembelajaran mahasiswa diharapkan dapat : Menentukan dan melakukan penilaian status gizi (gizi buruk,gizi kurang, gizi baik, gizi obesitas) Menjelaskan patofisiologi, etiologi, dan gejala klinis terjadinya gizi buruk pada anak. (patofisiologi symptomatic) Mengetahui dan menjelaskan tatalaksana malnutrisi pada anak Menjelaskan cara pemberian makan pada anak malnutrisi menurut WHO.(fase stabilisasi, fase transisi, fase rehabilisasi) Peran dan hubungan Dinkes, puskesmas terkait masalah gizi Menjelaskan Kejadian Luar Biasa

17 Menentukan dan melakukan penilaian Status Gizi
Nadia farah fadhila Marisa Fatkiya

18 Pendahuluan Status gizi : tanda-tanda penampilan seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi pada suatu saat berdasarkan pada kategori dan indikator yang digunakan (Depkes RI, 2002)

19 Berdasarkan Baku WHO - NCHS
Gizi Lebih untuk overweight Gizi Baik untuk well nourished kegemukan dan obesitas Gizi Kurang untuk underweight Gizi Buruk untuk severe PCM mild dan moderat, PCM (Protein Calori Malnutrition) marasmus, marasmik-khwasiorkor dan khwasiorkor

20 Gizi Kurang Menurut Moehji, S (2003:15) Gizi kurang adalah kekurangan bahan-bahan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh

21

22 Definisi Gizi buruk Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan karena kekurangan asupan energi dan protein juga mikronutrien dalam jangka waktu lama

23

24 Antropometri : Berat Badan Panjang Badan / Tinggi Badan Lingkar Kepala Lingkar Lengan Atas*) Tebal Lipatan Kulit*) Menggunakan : IMT WHO 2006 (0-5 th) IMT WHO 2007 (5-19 th) IMT CDC 2000 (2-20 th) Tabel Z-score Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score)

25

26

27

28 Indikator Pertumbuhan
Interpretasi? Indikator Pertumbuhan Z-score TB/PB menurut usia BB menurut usia BB/PB atau BB/TB BMI menurut usia > 3 SD Sangat gemuk (obese) > 2 SD Gemuk (overweight) > 1 SD Kemungkinan resiko overweight Kemungkinan resiko oevrweight Median Dibawah -1 SD Dibawah -2 SD Pendek (stunted) BB kurang (underweight) Kurus (wasted) Dibawah -3 SD Sangat pendek (severely stunted) BB sangat kurang (severely underweight) Sangat kurus (severely wasted)

29 Pengukuran Skor Simpangan Baku (Z-score)
Z-score = (NIS-NMBR) / NSBR Ket : NIS : Nilai Individual Subjek NMBR : Nilai Median Buku Rujukan NSBR*) : Nilai Samping Baku Rujukan

30 NSBR*) Selisih kasus dengan standar +1 SD atau -1 SD BB/TB pada kasus >>  NSBR = +1 SD dikurangi median BB/TB pada kasus <<  NSBR = median dikurangi -1 SD

31 INTERPRETASI Indikator Pertumbuhan Z-score TB/PB menurut usia
BB menurut usia BB/PB atau BB/TB BMI menurut usia >3 >2 >1 0 (median) Di bawah -1 Di bawah -2 Di bawah -3 Pendek (stunted) Sangat pendek (severely stunted) BB kurang (underweight) BB sangat kurang (severely underweight) Sangat gemuk (obese) Gemuk (overweight) Kemungkinan risiko overweight Kurus (wasted) Sangat Kurus (severely wasted) Sangat Kurus (severely wasted)

32 Z-score = (NIS-NMBR) / NSBR
CONTOH KASUS Jawaban Nama: Laluna Jenis kelamin: perempuan Umur : 11 bulan Berat : 3,6 kg PB : 61,5 cm BB/U TB/U BB/TB Z-score = (NIS-NMBR) / NSBR

33 Patofisiologi,etiologi dan gejala klinik kwashiorkor dan marasmus
Novi dan Atika

34 etiologi Kwarsiorkor di sebabkan oleh kurangnya asupan protein meskipun asupan kalori cukup sampai baik. Dapa juga karena penyerapa protein terganggu seperti keadaan diare kronik, keadaan kehilangan protein (nefrosisi, penyakit hati kronik

35

36 Patofisiologi Defisiensi protein, kadar karbohidrat cukup
WHY ? Katabolisme protein Tubuh Kekurangan protein Penurunan lipoprotein Penurunan HDL LDL Asam amino esensial Free fatty liver Asam amino esensial yg sedikit di salurkan ke otot HEPATPMEGALI Asam amino esensial serum rendah Pembentukan albumin di hepar tergangu **Terjadi peningkatan Kadar insulin EDEMA

37 MARASMUS Atika Rahmania .L.

38 ETIOLOGI 1) Masukan makanan yang kurang. Marasmus  masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak; misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer. 2) Infeksi Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus,terutama infeksi enteral misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephritis dan sifilis kongenital. 3) Kelainan struktur bawaan Misalnya: penyakit jantung bawaan, deformitas palatum, stenosispilorus, hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pancreas.

39 4) Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus Pada keadaan-keadaan tersebut pemberian ASI yang kurang. 5) Pemberian ASI Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup. 6) Gangguan metabolik Misalnya: renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia, lactose intolerance.

40 7) Tumor hypothalamus Jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab marasmus yang lain telah disingkirkan. 8) Penyapihan Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang kurang akan menimbulkan marasmus. 9) Urbanisasi Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya marasmus; meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu yang terlalu encer akibat dari tidak mampu membeli susu; dan bila disertai dengan infeksi berulang, terutama gastro enteritis akan menyebabkan anak jatuh dalam marasmus.

41 PATOFISIOLOGIS

42

43 Tatalaksana pada Kwashiorkor
Inas Khoirunnisa

44 1. Prosedur tetap pengobatan dirumah sakit
Penanganan hipoglikemi Penanganan hipotermi Penanganan dehidrasi Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit Pengobatan infeksi Pemberian makanan Fasilitasi tumbuh kejar Koreksi defisiensi nutrisi mikro Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh

45 2. Perawatan Medis Pada anak dan orang dewasa, langkah pertama dalam pengobatan kekurangan energi protein (KEP) adalah untuk mengoreksi kelainan cairan dan elektrolit dan untuk mengobati setiap infeksi. Langkah kedua  menyediakan macronutrients dengan terapi diet. Pemberian makronutrien harus dimulai dalam waktu 48 jam di bawah pengawasan spesialis gizi. Setelah 1 minggu, harga asupan harus mendekati kkal / kg dan 4 g / kg protein untuk anak-anak dan 60 kkal / kg dan 2 g / kg protein untuk orang dewasa. Sebuah multivitamin setiap hari juga harus ditambahkan.

46 3. Pengobatan penyakit penyerta
Defisiensi vitamin A Parasit/ cacing Tuberkulosis Diare berkepanjangan Dermatosis Berikan vitamin A oral pada hari ke 1, 2 dan 14 atau sebelum keluar rumah sakit. Kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KmnO4 (K-permanganat) 1% selama 10 menit beri salep atau krim (Zn dengan minyak kastor). Beri Mebendasol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari. Beri : Metronidasol 7.5 mg/kgBB setiap 8 jam selama 7 hari. Lakukan tes tuberkulin/Mantoux (seringkali alergi) dan Ro-foto toraks. Bila positip atau sangat mungkin TB, diobati sesuai pedoman pengobatan TB.

47 4. Tindakan Kegawatan Syok (renjatan) Anemia berat
Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dan sulit membedakan  keduanya secara klinis saja. Syok karena dehidrasi akan membaik dengan cepat pada pemberian cairan intravena, sedangkan pada sepsis tanpa dehidrasi tidak. Transfusi darah diperlukan bila : Hb < 4 g/dl atau Hb 4-6 g/dl disertai distress pernapasan atau tanda gagal jantung. Transfusi darah : Berikan darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam.

48 Sumber: Constans T, Alix E, Dardaine V. [Protein-energy malnutrition. Diagnostic methods and epidemiology]. Presse Med. Dec ;29(39): protein-kep-pada-anak/

49 Penatalaksanaan pada Anak Penderita Marasmus
Inge Amalia

50 Atasi/Cegah Hipoglikemi
Periksa kadar gula darah bila ada hipotermia (suhu aksila < 36,5°C). Bila kadar gula darah di bawah 50 mg/dl, maka berikan: Sadar (Tidak Letargis) : 50 ml bolus glukosa 10% atau larutan sukrosa (1 sdt gula dalam 5 sdm air) secara oral atau sonde/pipa nasogastrik. Tidak Sadar (Letargis) : Berikan Glukosa 10% IV sebanyak 5 m/kgBB Secepatnya berikan makan setiap 2 jam, siang dan malam. Atasi/Cegah Hipotermia Bila suhu aksila < 36,5°C, hangatkan anak dengan pakaian atau selimut, atau letakkan dekat lampu atau pemanas. Suhu diperiksa sampai mencapai > 36,5°C. Atasi/Cegah Dehidrasi Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap setengah jam sekali. Jika anak masih dapat minum, lakukan tindakan rehidrasi oral dengan memberikan minum anak 5 ml/kgBB setiap 30 menit cairan rehidrasi oral khusus untuk KEP. Jika tidak ada cairan khusus untuk anak dengan KEP berat dapat menggunakan oralit. Jika anak tidak dapat minum maka dilakukan rehidrasi intravena dengan cairan Ringer Laktat/Glukosa 5% dan NaCl 0,9%.

51 Memperbaiki gangguan keseimbangan elektrolit
Pada semua KEP berat terjadi gangguan keseimbangan elektrolit diantaranya: Kelebihan natrium tubuh, walaupun kadar natrium plasma rendah. Defisiensi kalium dan magnesium. Ketidakseimbangan ini diterapi dengan memberikan:   K 2 – 4 meq/kgBB/hari (150 – 300 mg KCL/kgBB/hari). Mg 0,3 – 0,6 meq/kgBB/hari (7,5 – 15 MgCl2/kgBB/hari). 5. Atasi/Cegah Infeksi Pada KEP berat, tanda yang umumnya menunjukan adanya infeksi seperti demam, seringkali tidak nampak, oleh karena itu pada semua KEP berat secara rutin diberikan: Antibiotika spektrum luas, bila tanpa komplikasi: kontrimoksazol 5 ml suspensi pediatri secara oral, 2 kali sehari selama 5 hari (2,5 ml bila BB < 4 kg). Bila anak sakit berat (apatis, letargi) atau ada komplikasi (hipoglikemia, hipotermia, infeksi kulit, infeksi saluran napas atau saluran kencing) beri ampisilin 50 mg/kgBB IM atau IV setiap 6 jam selama 2 hari, kemudian secara oral amoksisilin 15 mg/kgBB setiap 8 jam, selama 5 hari. Vaksinasi campak bila umur anak > 6 bulan dan belum pernah diimunisasi. Jaga kebersihan anak dan lingkungan anak KEP = Kekurangan Energi Protein K = Soda kue, jus tomat, paprika, kacang-kacangan Mg : Daun seledri, bubuk coklat, kacang-kacangan

52 6. Koreksi defisiensi mikronutrien
Berikan setiap hari: Tambahan multivitamin. Asam folat 1 mg/hari (5 mg hari pertama). Seng (Zn) 2 mg/kgBB/hari. Bila berat badan mulai naik: Fe 3 mg/kgBB/hari atau sulfas ferosus 10 mg/kgBB/hari. Vitamin A oral pada hari 1, 2 dan 14. Untuk umur > 1 tahun SI, umur 6 – 12 bulan SI, dan umur 0 – 5 bulan SI. 7. Mulai Pemberian Makan Pemberian diet dibagi dalam 3 fase, yaitu: fase stabilisasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi.

53 8. Fasilitasi Tumbuh Kejar
Untuk mengejar pertumbuhan yang tertinggal, anak diberi asupan makanan seperti pada fase-fase tersebut di atas. Untuk itu harus tersedia jumlah asupan makanan yang memadai seperti pada tahapan fase-fase di atas. 9. Sediakan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental. 10. Mempersiapkan untuk Tindak Lanjut di Rumah Bila berat badan sudah mencapai 80% BB/U dapat dikatakan anak sembuh. Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan di rumah setelah penderita dipulangkan. Kepada orang tua disarankan: Membawa anaknya kembali untuk kontrol secara teratur. Pemberian suntikan/imunisasi ulang (booster). Pemberian vitamin A setiap 6 bulan. Contoh no.8 : Mengajak berbicara, bermain. Memberikan kesempatan untuk berkumpul & bermain dengan teman seusianya

54 Rizkya Arini SF Dwi wilyani Arina
Menjelaskan cara pemberian makan pada malnutrisi menurut WHO (Fase stabilisasi, fase Trasisi, dan Fase rehabilisasi) Rizkya Arini SF Dwi wilyani Arina

55

56 Fase Stabilisasi ( 1-2 hari)
Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-hati, karena keadaan faali anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang. Pemberian makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang sedemikian rupa sehingga energi dan protein cukup untuk memenuhi metabolisma basal saja. Formula khusus seperti Formula WHO 75/modifikasi/Modisco ½ yang dianjurkan dan jadwal pemberian makanan harus disusun sedemikian rupa agar dapat mencapai prinsip tersebut di atas dengan persyaratan diet sebagai berikut: 1. Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa 2. Energi : 100 kkal/kg/hari 3. Protein : gr/kg bb/hari 4. Cairan : 130 ml/kg bb/hari (jika ada edema berat 100 ml/Kg bb/hari) 5. Bila anak mendapat ASI teruskan , dianjurkan memberi Formula WHO 75/pengganti/Modisco ½ dengan menggunakan cangkir/gelas, bila anak terlalu lemah berikan dengan sendok/pipet 6. Pemberian Formula WHO 75/pengganti/Modisco ½ atau pengganti dan jadwal pemberian makanan harus disusun sesuai dengan kebutuhan anak

57

58 Keterangan: a. Pada anak dengan selera makan baik dan tidak edema, maka tahapan pemberian formula bisa lebih cepat dalam waktu 2-3 hari (setiap 2 jam) b. Bila pasien tidak dapat menghabiskan Formula WHO 75/pengganti/Modisco ½ dalam sehari, maka berikan sisa formula tersebut melalui pipa nasogastrik ( dibutuhkan ketrampilan petugas ) c. Pada fase ini jangan beri makanan lebih dari 100 Kkal/Kg bb/hari. d. Pada hari 3 s/d 4 frekwensi pemberian formula diturunkan menjadi setiap jam dan pada hari ke 5 s/d 7 diturunkan lagi menjadi setiap 4 jam. e. Lanjutkan pemberian makan sampai hari ke 7 (akhir minggu 1)

59 Pantau dan catat : 1) Jumlah yang diberikan dan sisanya 2) Banyaknya muntah 3) Frekwensi buang air besar dan konsistensi tinja 4) Berat badan (harian) 5) Selama fase ini diare secara perlahan berkurang pada penderita dengan edema , mula-mula berat badannya akan berkurang kemudian berat badan naik 6) Perhatikan masa tumbuh kejar balita (catch- up growth)

60 Daftar Pustaka : Gambaran Tatalaksana Asuhan Gizi Bagi Pasien Gizi Buruk Di Ruang Perawatan Instalasi Gizi Rsud Depati Hamzah Pangkal Pinang Tahun 2010, Cintia Anggraini, Peminatan Gizi Program Studi Kesehatan Masyarakat fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Uin Syarif Hidayatullah, Jakarta 2010 NUTRISI DAN GIZI BURUK, Diah Krisnansari, Fakultas Kedokteran Dan Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, 2010

61 Cara Pembekian Makan pada Malnutrisi sesuai WHO Fase Transisi
Fase Transisi (minggu ke 2) Fase transisi merupakan fase peralihan dari fase stabilisasi yang cara pemberian makanan sebagai berikut:

62 1. Perlahan-lahan risiko gagal jantung
1. Perlahan-lahan risiko gagal jantung. (Anak mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak secara mendadak) 2. Ganti formula khusus awal (F75) dengan formula khusus lanjutan (F100) dalam jangka waktu 48 jam. Modifikasi bubur/makanan keluarga dapat digunakan asalkan dengan kandungan energi dan protein yang sama. 3. Naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit formula tersisa, biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgbb/kali pemberian (200 ml/kgbb/hari). (energi 75 Kkal dan protein g per 100 ml)  (energi 100 Kkal dan protein 2.9 gram per 100 ml)

63 Pemantauan pada fase transisi:
a. Frekwensi nafas b. Frekwensi denyut nadi Bila terjadi peningkatan detak nafas > 5 kali/menit dan denyut nadi > 25 kali /menit dalam pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi volume pemberian formula. Setelah normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti di atas. c. Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan

64 Setelah fase transisi dilampaui, anak diberi: 1) Formula WHO 100/pengganti/Modisco 1 dengan jumlah tidak terbatas dan sering. 2) Energi : Kkal/kg bb/hari. 3) Protein 4-6 gram/kg bb/hari 4) Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri formula WHO 100/Pengganti/Modisco 1, karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh-kejar.

65 Pemberian Makan Fase Rehabilitasi

66 F-135 + Makanan bayi lumat dan Sari buah
Fase Rehabilitas Mingggu ke 2 - 6 BB < 7 Kg BB > 7 Kg F Makanan bayi lumat dan Sari buah F Makanan anak lunak dan buah Terus berikan makanan tahap rehabiltasi hingga : BB/TB (PB) > -2 SD WHO NCHS

67

68 Makanan lumat adalah jenis makanan yang konsistensinya paling halus seperti bubur susu dan nasi tim/bubur saring Makanan lembik merupakan makanan peralihan antara makanan lumat ke makanan biasa yang konsistensinya lebih padat daripada makanan lumat.

69

70

71

72

73

74

75

76 Tumbuh Kejar Prinsip : Membantu anak makan sebanyak-banyaknya atau sesuai kemampuan Menyusu sesuai kemampuan anak Merangsang perkembangan fisik dan emosi Mempersiapkan ibu / pengasuh untuk merawat sepulang dari rumah sakit.

77 Kejadian Luar Biasa (KLB)
Windy kirtanti

78 Pengertian KLB : Kejadian yang melebihi keadaan biasa, pada satu/ sekelompok masyarakat tertentu (Mac Mahon and Pugh, 1970; Last, 1983, Benenson, 1990) KLB : Peningkatan frekuensi penderita penyakit, pada populasi tertentu, pada tempat dan musim atau tahun yang sama (Last, 1983) KLB : adalah timbulnya suatu kejadian kesakitan/kematian dan atau meningkatnya suatu kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu (Undang-undang Wabah, ) KLB : timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu (Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004)

79 Kriteria Kejadian Luar Biasa (Keputusan Dirjen PPM No 451/91) tentang Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Tergolong Kejadian Luar Biasa, jika ada unsur : Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal. Peningkatan kejadian penyakit terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut- turut menurut penyakitnya (jam, hari, minggu). Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun). Jumlahpenderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikkan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.

80 Menkes RI, 2004

81 Menkes RI, 2004

82 Menkes RI, 2004

83 Menkes RI, 2004

84 Peranan dinkes,puskesmas terkait Gizi
Ria Churin Ain

85 Penyelenggaraan SKD KLB

86 Penyelenggaraan SKD KLB
Pengorganisasian Sasaran Kegiatan SKD KLB

87 Kegiatan - Kajian Epidemiologi Ancaman KLB
- Peringatan kewaspadaan dini KLB - Peningkatan Kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap KLB Kegiatan

88 Kajian Epidemiologi Ancaman KLB
Data surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB Kerentanan masyarakat , antara lain status gizi dan imunisasi Kerentanan lingkungan Kerentanan pelayanan kesehatan Ancaman penyebaran penyakit berpotensi KLB dari daerah atau negara lain Sumber data lain dalam jejaring surveilans epidemiologi

89 Peringatan Kewaspadaan Dini KLB
Periode : 3 – 6 bulan Disampaikan kepada semua unit terkait di dinas Kesehatan Kabupaten / kota , Dinas Kesehatan Propinsi, Depertamen Kesehatan, sektor terkait dan anggota masyarakat  mendorong peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan

90 Peningkatan Kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap KLB
a.Deteksi dini kondisi rentan KLB : Identifikasi Kondisi Rentan KLB Pemantauan Wilayah Setempat Kondisi Rentan KLB Penyelidikian Dugaan Kondisi Rentan KLB b. Deteksi dini KLB: Identifikasi Kasus Berpotensi KLB Pemantauan Wilayah Setempat Penyakit Berpotensi KLB Penyelidikian Dugaan KLB Peningkatan Kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap KLB c. Deteksi Dini KLB melalui Pelaporan Kewaspadaan KLB oleh Masyarakat d. Kesiapsiagaan Menghadapi KLB Kesiapsiagaan SDM Kesiapsiagaan Sistem Konsultasi dan Referensi Kesiapsiagaan Sarana Penunjang dan Anggaran Biaya Kesiapsiagaann Strategi dan Tim Penanggulangan KLB Kesiapsiagaan Kerjasama Penanggulangan KLB kabupaten/kota, propinsi, dan pusat

91 Alur pelaporan berpotensi KLB
Bila terjadi wabah / KLB : W1 (laporan berpotensi KLB mingguan) W2(laporan KLB / wabah dilaporkan dalam waktu 24 jam ) Alur pelaporan : puskesmas pembantu  puskesmas kelurahan  posyandu  bidan desa Yang diserahkan ke puskesmas untuk dianalisis , dan disajikan demi kepentingan puskesmas dalam mengambil tindakan  petugas kesehatan mengkaji data  petugas mewawancarai pihak – pihak terkait  mengunjungi daerah yang dicurigai tersebut

92 Sumber Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa, Menkes RI , 2004 Buku Ajar Epidemiologi, Emy Rianti, 20012

93 Wassalammualaikum Wr. Wb
Terima kasih Wassalammualaikum Wr. Wb


Download ppt "TUTORIAL 15 Assalammualikum wr.wb.."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google