Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehMelona Syahrial Telah diubah "6 tahun yang lalu
1
PENYESUAIAN DOSIS INDIVIDU OBAT LITHIUM Disusun Oleh : KELOMPOK VIII 1.Dina munarti (2605041) 2.Melona siska (2605042) 3.Siska fitria (2605043) 4.Tia mori (2605044) 5.Aulia hayati syafnur (2605045) 05 005
2
Definisi Litium Lithium merupakan logam alkali dalam bentuk kation monovalen (Li + ) Digunakan untuk pengobatan gangguan bipolar. BAUER, 2008 ; 711 Terdapat dalam bentuk garam karbonat dan sitrat dari lithium yang tersedia.
3
Dosis Terapi dan Toksik BAUER, 2008 ; 727 Dosis Terapi untuk Litium antara 0,6 – 1,5 mmol/L. Karena Litium dalam bentuk kation monovalen, kisaran dosis terapinya dinyatakan dalam mEq/L. Pada pasien dengan mania akut konsentrasi minimum litium yang diberikan 0,8 – 1 mmol/L, dan jika pasien tidak menunjukkan respon konsentrasi bisa dinaikkan menjadi 1-2 mmol/L dan bisa mencapai 1,2-1,5 mmol/L Untuk pemakaian jangka panjang biasanya diberikan pada kisaran 0,6 – 0,8 mmol/L jika pasien tidak merespon dosis dinaikkan menjadi 0,9-1 mmol/L dan bisa mencapai 1- 1,2 mmol/L
4
Efek Samping BAUER, 2008 Efek samping jangka pendek ketika pertama kali menggunakan litium atau setelah dosis dinaikkan dapat mengalami otot lemas, lethargy, polydipsia, polyuria, nocturia, sakit kepala, penurunan daya ingat atau konsentrasi bingung, dan tremor pada tangan. Efek samping diatas dapat dikurangi dengan melanjutkan dosis penggunaan litium. Namun, beberapa intervensi mungkin diperlukan untuk mengatasi tremor menggunakan total dosis harian yang sama dengan Interval dosis yang pendek sehingga dapat menurunkan konsentrasi puncak lithium, menurunkan dosis lithium, atau pengobatan bersamaan dengan β-blocker. Efek jangka panjang dari penggunaan litium yaitu menginduksi diabetes insipidus, renal toxicity (glomerulosclerosis, renal tubular atrophy, interstitial nephritis, urinary casts), hipotiroid dengan atau tanpa gondok, electrocardiographic abnormalities, leukocytosis, Berat badan meningkat, dan perubahan dermatologis.
5
Efek Samping Jika konsentrasi diatas 3 mmol/L beberapa toxic dapat terjadi choreoathetosis, kejang, kerusakan otot yang tidak dapat balik, aritmia, hipotensi, komplikasi kardiovaskular dan saluran pernafasan, stupor, koma, bahkan dapat menyebabkan kematian. Konsentrasi diatas kisaran terapi 1,5-3 mmol/L mengalami kebingungan, gangguan bicara, lethargy, ataxia, nystagmus, penglihatan kabur, vertigo, hiperreflexsia, hipertonia, tremor. Jika dosis konsentrasi serum litium mendekati 1,2-1,5 mmol/L, efek samping lain yang dialami yaitu penurunan daya ingat dan konsentrasi, mengantuk, tremor, gangguan koordinasi, mual, muntah, diare dan kelelahan.
6
Farmakokinetik Litium Absorbsi lengkap dalam 6 - 8 jam Kadar plasma dicapai 30 menit – 2 jam Volume distribusi 0,5 L/kg Ekskresi utama lewat urine Waktu paruh eliminasi 20 jam
7
PARAMETER FARMAKOKINETIKA KLINIK Litium dapat mencapai konsentrasi steady-state dalam serum adalah 12 jam setelah pemberian. Setelah pemberian oral, konsentrasi lithium mengikuti kurva konsentrasi yang digambarkan menggunakan model kompartement ganda.
8
PARAMETER FARMAKOKINETIKA KLINIK Konsentrasi ion Litium didalam serum setelah pemberian oral kapsul lepas lambat yang mengandung litium karbonat 900 mg (24,4 mmol atau mEq ion litium) Konsentrasi Maksimal didalam serum terjadi 2-3 jam setelah dosis diberikan. Setelah konsentrasi puncak dicapai, fase distribusi berlangsung selama 6-10 jam, diikuti oleh fase eliminasi. Pada pasien dg fungsi ginjal yang baik (kreatinin > 80 ml / menit), rata-rata waktu paruh eliminasi untuk lithium adalah 24 jam. Karena fase distribusi yang panjang, konsentrasi lithium dalam serum digunakan untuk penyesuaian dosis dimana harus diperoleh tidak lebih cepat dari 12 jam setelah pemberian dosis..
9
Pemantauan Parameter Klinis Tanda dan gejala penyakit bipolar DEPRESI : Perubahan tekanan, merasa sedih, penurunan ketertarikan dan rasa senang, penurunan selera makan, dan penurunan berat badan, insomnia atau hiperinsomnia, merasa tidak berharga atau bersalah. MANIA : Suasana hati yang terus meningkat, rasa ingin selalu tidur, tertekan saat berbicara, terlibat dalam aktivitas yang beresiko tinggi Sebelum pemberian terapi litium, pasien harus menjalani uji physical dan pengecekan data elektrolit serum dan serum kreatinin, perhitungan jumlah sel darah, tes fungsi tiroid, urinalysis dan toksisitas urin Untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal, nilai kreatinin klirens harus dilihat dalam 24 jam sedangkan untuk pasien dg penyakit jantung dilihat melalui elctrocardiogram Dokter harus mempertimbangkan bagi wanita hamil baik ibu dan anak.
10
Dasar Klinik Parameter Farmakokinetik Litium dieliminasi hampir sekitar >95% dan dalam bentuk yang tidak berubah dalam urin Ion yang difiltrasi pada glomerulus sekitar 60-80% di reabsorbsi pada tubulus proksimal. Eliminasi litium melalui saliva, keringat dan feses sekitar < 5 % Lithium yg diberikan melalui oral, dalam bentuk garam karbonat atau sitrat. Kapsul lithium karbonat yg tersedia (150, 300, 600 mg) dan tablet (rapid release: 300 mg; lepas lambat: 300, 450 mg) atau 8.12 mmol (atau 8.12 mEq) lithium dalam 300 mg lithium karbonat.
11
Efek dari kondisi penyakit dan Kondisi pada Farmakokinetik serta Dosis Klirens litium dapat menurun pada manula dan T1/2 mencapai diatas 36% Pasien dengan fase mania akut, klirens litium meningkat sekitar 50% Pasien dengan fungsi ginjal normal (kreatinin klirens > 80ml/min), T1/2 24 jam, Vd 0,9L/kg, klirens litium 20ml/menit Pada anak-anak (9-12 th) T1/2 18jam. Vd 0,9 L.kg. Klirens litium 40ml/menit
12
Efek dari kondisi penyakit dan Kondisi pada Farmakokinetik serta Dosis Pasien Gangguan Fungsi Ginjal Waktu Paruhnya mencapai 40-50 % pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal Pada dewasa, klirens kreatinin rasionya sekitar 20 %, tetapi pada fase mania dapat meningkat sekitar 30 % Karena Litium dieliminasi melaui ginjal dapat mempengaruhi efek farmakokinetik Litium
13
Efek dari kondisi penyakit dan Kondisi pada Farmakokinetik serta Dosis Wanita hamil & Menyusui Litium tidak digunakan pada masa trimester pertama saat kehamilan karena kemungkinan efek teratogen pd bayi Karena peningkatan filtrasi glomerulus, klirens litium dapat meningkat pd wanita hamil terutama pd saat kehamilan trimester ketiga Litium dpt menembus plasenta & konsentrasi pd air susu sekitar 30-100 % Dialisis atau Hemofiltrasi Litium dikeluarkan dari tubuh melalui proses hemodialisis, peritonial dialisis dan arteri vena hemodiafiltrasi dg nilai klirens sekitar 30-50 ml/menit
14
Interaksi Obat Obat Diuretik Diuretik tiazida menyebabkan garam & air habis, disebabkan peningkatan reabsorbsi natrium pd tubulus proksimal di ginjal, klirens litium menurun sekitar 40-50 % selama pemakaiian tiazida Amilorida dpt meminimalkan efek dari klirens litium NSAID Dapat menurunkan klirens litium & meningkatkan konsentrasi litium. Mekanisme yg terjadi dimana induksi NSAID menurunkan aliran darah di ginjal melalui inhibisi di prostaglandin. Tetapi, sulindac & aspirin menunjukkan sedikit atau tidak ada interaksinya dg litium
15
Interaksi Obat ACEIs (Angiostensin Converting Enzym Inhibitors) & ARBs (Angiostensin Receptor Blockers) Dapat menghambat eliminasi dari litium dg mekanisme yg tidak diketahui. Konsentrasi litium dpt meningkat sebanyak 200 – 300 % SSRIs (Serotonin Specific Reuptake Inhibitors) Dapat menyebabka n sindrom serotonergic hyperarousal. Jika digunakan bersama dg fluoxetine, sertraline, dan fluvoxamine Jika konsentrasi litium ditinggikan, pasien mengalami kekakuan pd bagian lengan & kaki dpt menyebabka n tremor, pusing, ataxia, dan kejang
16
Interaksi Obat Theofilin Dpt meningkatkan klirens litum dg rasio sebanyak 58 % & penurunan konsentrasi litium steady-state sekitar 21 % Obat antipsikotik Interaksi dg obat ini rentan terjadi. Gejala ekstrapiramidal & kerusakan otak yg irreversibel
17
Konsentrasi Steady-State Untuk pasien mania akut, konsentrasi litium minimal 0,8 mmol/L. Kisaran yg dianjurkan antara 0,8 – 1 mmol/L. Jika pasien mania akut tidak merespon dosis ditingkatkan menjadi 1 – 1,2 mmol/L & yg paling tinggi dpt digunakan 1,2 – 1,5 mmol/L. Untuk pemakaian jangka panjang dosis yg digunakan dg kisaran 0,6 – 0,8 mmol/L. Jika pasien tidak merespon dosis bisa dinaikkan sekitar 0,9 – 1 mmol/L & yg paling tinggi sekitar 1 – 1,2 mmol/L untuk hasil yg adekuat Menghitung konsentrasi serum steady-state sbg dosis pemeliharaan (Css dalam satuan mmol/L = mEq/L) digunakan rumus : D/τ = (Css ⋅ Cl) / F
18
TERIMA KASIH
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.