Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Arah Pengembangan Ilmu Universitas Indonesia

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Arah Pengembangan Ilmu Universitas Indonesia"— Transcript presentasi:

1 Arah Pengembangan Ilmu Universitas Indonesia
Paulus Wirutomo

2 Mengapa Kabupaten Bandung mengalami Banjir terburuk
Mengapa Kabupaten Bandung mengalami Banjir terburuk?  kesalahan Perencanaan. Dimana perencana terbaik dididik?  ITB

3 Kecenderungan dunia pendidikan
Komodifikasi ilmu (diterjemahkan dalam bentuk ijazah). Menjual kemasan (image building) Sense of Direction : World class University ? Usable knowledge? Agent of Change? Menciptakan kebudayaan Universitas (ilmu yang steril, civitas academica yg tidak sensitf, alienated academician, eksklusivisme/atomistik dsb.)

4 Bukan hanya MOU dengan Depok
Lokakarya komprehensif tentang Depok Menjadikan Depok bukan hanya sebagai laboratorium tetapi model kota ideal yang “science-based”. Mengembangkan enquiring minds melalui problem based learning

5 Lokakarya Isu Strategis Pembangunan Kota Depok
Paulus Wirutomo

6 Isu-isu strategis Kerjasama dengan UI Kembali ke Visi dan Misi
RUPSB: membangun Masyarakat Depok secara sosietal (bukan sektoral): Struktur sosial Kultur Proses Sosial menciptakan perubahan sosial yang mensejahterakan Masalahnya: belum kompatible dengan Pendekatan Perencanaan yang ada  perlu “cross disciplinary”

7 Rincian isu strategis Pembangunan berbasis komunitas (partisipasi masyarakat) Mengatasi kesenjangan dan segregasi sosial Membangun perekonomian berbasis potensi lokal (pertanian, industri, perdagangan). Penyelamatan lingkungan (situ dan transportasi) Pengembangan capital: Human capital Social capital Organizational capital Cultural capital Physical capital

8 Kunci: Pendekatan Pembangunan
Harus bersifat sosietal bukan sektoral.

9 Visi Kota Depok Kota Niaga dan Jasa: terwujudnya kota yang menjamin akses dan mobilitas kegiatan niaga dan jasa-jasa yang kompetitif, yang didukung oleh basis pendidikan dan potensi lokal.

10 Analisis Sos-Bud: Bagaimana mempersiapkan masyarakat Depok yang pada dasarnya berbudaya agragris? Perniagaan dan jasa saat ini didorong para investor dari luar, tidak punya akar budaya (rootless growth) Bila Depok akan menjadi kota niaga, masyarakat lokal harus dikembangkan kewirausahaannya. Masyarakat kecil harus memperoleh akses ruang berusaha dan kredit. Perniagaan harus berakar pada produk khas lokal. Produk lokal kurang berkembang, produk dari luar membanjir, memicu masyarakat menjadi konsumtif.

11 Kota Kompetitif? Visi kota membayangkan Depok sebagai kota yang kompetitif. kemampuan kompetisi itu harus mencakup dua dimensi yaitu kemampuan kota Depok berkompetisi terhadap kota-kota lain disekitarnya (Bogor, Tangerang, Jakarta dsb.), tetapi juga kemampuan masyarakat lokal/kecil untuk berkompetisi dengan kekuatan-kekuatan dari luar. Potensi lokal harus bisa didefinisikan dan diidentifikasikan secara tepat. Potensi Depok bukan hanya letaknya yang strategis, tetapi juga potensi alam, sumberdaya manusia, serta seluruh potensi sosial budaya yang ada.

12 Kota Kompetitif? Visi kota membayangkan Depok sebagai kota yang kompetitif. kemampuan kompetisi itu harus mencakup dua dimensi yaitu kemampuan kota Depok berkompetisi terhadap kota-kota lain disekitarnya (Bogor, Tangerang, Jakarta dsb.), tetapi juga kemampuan masyarakat lokal/kecil untuk berkompetisi dengan kekuatan-kekuatan dari luar. Potensi lokal harus bisa didefinisikan dan diidentifikasikan secara tepat. Potensi Depok bukan hanya letaknya yang strategis, tetapi juga potensi alam, sumberdaya manusia, serta seluruh potensi sosial budaya yang ada.

13 Kota Religius: Terwujudnya masyarakat Depok yang menjalankan kewajiban agama bagi masing-masing pemeluknya, yang tercermin dalam peningkatan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta kemulian dalam akhlak, moral dan etika.

14 Analisis: Apa makna “religius”?: menciptakan suasana beragama yang “damai dan teduh” atau suasana yang penuh dengan “ekstrimitas, fanatisme dan konflik”? Indikator Masyarakat Religius: jumlah tempat ibadah?, jumlah orang beribadah? jumlah organisasi keagamaan?, jumlah upacara /acara keagamaan massal yang digelar?, jumlah pesiarah?, adanya Perda-Perda syariah?, tidak adanya tempat hiburan yang “maksiat”? (bagaimana dan siapa yang mendefinisikan maksiat?). Apakah akan ditekankan pada terciptanya suasana sosial yang baik, seperti: kerukunan antar umat beragama, tidak adanya kekerasan antar kelompok, tidak adanya segregasi sosial antar umat beragama (di sekolah, perumahan, tempat hiburan, organisasi dsb), kemampuan menanggulangi narkoba atau penyakit sosial lain secara bersama-sama, rendahnya tingkat kenakalan remaja, rendahnya angka perceraian, rendahnya angka kriminalitas, dsb ?

15 Kota Berwawasan Lingkungan: Terwujudnya kota yang memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dengan mengindahkan kelestarian dan kelangsungannya untuk generasi yang akan datang, yang tercermin dalam pemanfaatan ruang yang serasi antara untuk permukiman, kegiatan sosial ekonomi dan upaya konservasi, perbaikan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup, peningkatan kenyamanan kota, serta terpelihara dan termanfaatkannya keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan

16 Analisis: saat ini yang terjadi justru arah sebaliknya: sumberdaya pertanian tidak dimanfaatkan optimal, kelestarian alam (termasuk situs bersejarah) tergusur oleh bangunan besar secara agresif, kurang terpeliharanya keanekaragaman hayati (berkurangnya situ dan ruang terbuka hijau), polusi yang semakin mengganggu kehidupan, air bersih makin langka dsb. Dengan kata lain, kota Depok sedang menjauhi visinya sendiri. Ini harus disadari dan diakui oleh Pemerintah dan masyarakat luas, agar semua terlibat dalam gerakan bersama menyelamatkan lingkungan. Keadaan ini menuntut suatu “Pembangunan kualitas kehidupan Sosial-Budaya” masyarakat Depok. Pembangunan yang terlalu menitik beratkan pada aspek ekonomi dan fisik terbukti tidak cukup.

17 Kesimpulan Struktur social secara umum menunjukan gejala diferensiasi yang makin kompleks, polarisasi yang senjang antar kekuatan baru dan lama. Struktur kekuasaan resmi belum mampu menciptakan”social order” yang mewakili aspirasi masyarakat banyak (visi) (kondisi turbulent. Perkembangan yang menjauh dari VISI? Semua degradasi yang terjadi adalah karena lepasnya (tidak efektifnya) kontrol formal, sedangkan kontrol informal belum punya mekanisme masuk kedalam kontrol formal (peraturan), tetapi masih menggunakan cara diluar formal (unjuk rasa, boikot, perlawanan sosial dan civil disobedience).

18 Otonomi daerah membuka kesempatan bagi wakil rakyat untuk menjadi pengontrol pemerintrah, tetapi belum sepenuhnya membawa aspirasi masyarakat (mekanisme belum diciptakan) prose social secara umum menunjukkan baik kemajuan, sekaligus berbagai degradasi. Ini menunjukan ada dinamika yang potensial menjadi masyarakat maju. Kultur masyarakat: adalah suatu budaya beradaptasi secara individual dan kelompok tanpa memikirkan dampak sistemik (beli mobil pribadi, termasuk motor, menimbun situ, memenuhi trotoar, dsb.).

19 Rekomendasi RUPSB (sementara):
Yang diperlukan adalah: visi (yang didukung oleh ketajaman analisis dan sensitivitas terhadap aspirasi dan masalah kehidupan didukung oleh potensi partisipatif warga kota) system kekuasaan terdeferensiasi, ada check and balance (kontrol social), kuat (berwibawa, efektif dan setia pada visi) kwalitas ketrampilan dan kesadaran manusianya (SDM), disertai mekanisme penggerakan semua potensi masyarakatnya teknologi yang sesuai. Pembangunan tidak “one dimentional” yaitu: hanya akumulasi materi, tetapi peningkatan kwalitas sistem peradaban secara menyeluruh dan holistik.


Download ppt "Arah Pengembangan Ilmu Universitas Indonesia"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google