Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
ANTI INFEKSI
2
OBAT ANTI INFEKSI Obat anti infeksi: senyawa yang digunakan untuk pengobatan penyakit infeksi yang disebabkan oleh spesies tertentu dari golongan serangga, metazoa, protozoa, jamur, bakteri, ricketsia atau virus. (Siswandono dan Soekardjo, 1995) Berdasarkan kegunaannya anti infeksi dibagi atas: - lokal antiinfeksi (alkohol, fenol, oxidizing agent, halogen-containing compounds, cationic surfactants, dyes, mercury compounds, nitrofuran) - anthelmintik preservatives, - anti fungal agent, - anti tubercular agents - anti viral agent anti protozoal agent - urinary antibacterial agent
3
URINARY TRACT ANTI-INFECTIVES
OBAT ANTI INFEKSI URINARY TRACT ANTI-INFECTIVES Antibacterial agent tertentu, berdasarkan atas sifat kelarutannya, konsentrasinya didalam urine efektif digunakan untuk pengobatan infeksi saluran urin. Acute cystitis, dapat dimusnahkan dengan penggunaan suatu short-acting sulfonamida. Acute renal tissue infections (mis glomerulonephritis) membutuhkan penggunaan suatu antibiotik yang mencapai konsentrasi tinggi di ginjal. Dapat digunakan suatu β – laktam (penisilin atau sefalosporin) atau suatu aminoglikosida, tergantung pada causative organism.
4
URINARY TRACT ANTI-INFECTIVES
Kronis, infeksi yang berulang, sering membutuhkan pengobatan jangka panjang atau penggunaan beberapa obat. Kotrimoksazol, kombinasi dari penghambat dihidrofolat reduktase (trimetoprim) dan sulfonamida (sulfametoksazol): is a treatment of choice for chronic urinary tract infections. Anti biotik β – laktam dan aminoglikosida sering juga digunakan. Ada suatu kelompok antibakteri, karena dapat mencapai konsentrasi yang lebih tinggi dalam urin dan dalam ginjal dibandingkan dengan jaringan dan cairan tubuh lainnya, sesuai digunakan untuk pengobatan chronic urinary tract infections. Kelompok ini digunakan jika antibiotik atau sulfonamida tidak efektif, disebabkan bacterial resistance, atau kontra indikasi karena pasien alergi.
5
Termasuk dalam kelas ini:
URINARY TRACT ANTI-INFECTIVES QUINOLONES The quinolones comprise a series of synthetic an antibacterial agents patterned after nalidixic acid, a naphthyridine derivative introduced for the treatment of urinary tract infections in 1963. Termasuk dalam kelas ini: Quinolines (mis oxolinic acid, norfloxacin, ciprofloxacin, perfloxacin, dan amifloxacin). Naphthyridines (mis., nalidixic acid dan enoxacin) Cinnolines (mis., cinoxacin)
6
Hubungan struktur-aktivitas menunjukkan :
URINARY TRACT ANTI-INFECTIVES Hubungan struktur-aktivitas menunjukkan : bahwa 1,4-dihydro-4-oxo-3-pyridinecarboxylic acid esensial untuk aktivitas antibakteri. Penggantian isosteric nitrogen untuk atom karbon pada posisi 2(cinnolines), 5 (1,5-naphthyridines), 6 (1,6-naphthyridines), dan 8 (1,8-naphthyridines) konsisten dengan aktivitas antibakteri .
7
URINARY TRACT ANTI-INFECTIVES
Adanya substituen pada posisi 2 sangat mengurangi atau meniadakan aktivitas, Substitusi pada posisi 5, 6, dan 7 (terutama), dan 8 dari annulated ring efek yang baik. - mis., substitusi piperazinyl pada posisi 7 meningkatkan aktivitas dari senyawa quinolone terhadap Pseudomonas aeruginosa. - substitusi fluorine pada posisi 6, meningkatnya aktivitas antibakteri. - alkil substitusi pada posisi 1 esensial untuk aktivitas dengan senyawa alkil yang lebih rendah (metil. Etil, siklopropil) mempunyai potensi yang lebih besar. - ring condensations pada posisi 1,8-, 5,6-, 6,7-, 7,8-, juga menuju ke senyawa aktif.
8
URINARY TRACT ANTI-INFECTIVES
Spektrum antibakteri dari nalidixic acid dan senyawa dari kelas quinolone (mis., oxolinic acid dan cinoxacin) terbatas pada bakteri gram-negatif (mis., Escherichia coli, Klebsiella, Enterobacter, Citrobacter, dan Proteus species). Shigella, Salmonella, dan Providencia juga rentan. Strain P. aeruginosa, Neisseria gonorrhoeae, dan Haemophyllus influenzae resistent, seperti cocci gram-positif dan anaerobe. Senyawa yang lebih baru dari kelas ini mempunyai substituent 6-fluoro dan 7-piperazinyl menunjukkan spektrum aktivitas yang luas yang efektif terhadap patogen gram-negatif (seperti P. aeruginosa, H. influenzae, dan N. gonorrhoeae), cocci gram-positif (seperti Staphylococcus aueus), dan anaerobe (seperti Bacteriodes fragilis)
9
Inhibisi sintesis DNA bakteri.
URINARY TRACT ANTI-INFECTIVES Mekanisme kerja: Inhibisi sintesis DNA bakteri. Efek ini disebabkan oleh inhibisi terhadap DNA gyrase (topoisomerase II) bakteri DNA gyrase adalah enzim yang unik dan berfungsi untuk memelihara kromosom pada keadaan supercoiled dan memperbaiki single strand DNA yang pecah selama proses replikasi DNA bbakteri. Mammalia tidak mengandung enzim tsb turunan kuinolon dapat bekerja secara selektif menghambat sintesis DNA bakteri tanpa mempengaruhi DNA mammalia.
10
URINARY TRACT ANTI-INFECTIVES
NALIDIXIC ACID 1-etil-1,4-dihidro-7-metil-4-oxo-1,8-naphthyridine-3-carboxylic acid Sukar larut dalam air dan eter, larut dalam sbgn besar pelarut organik polar. Merupakan asam yang sangat kuat (pKa 1) dan dapat larut dalam alkali lemah. Sangat berguna dalam pengobatan infeksi saluran urinary dimana bakteri gram (-) predominant.
11
URINARY TRACT ANTI-INFECTIVES
Nalidixic acid diabsorbsi dengan cepat,dimetabolize secara luas, dieksresikan dengan cepat setelah pemberian peroral. Metabolit 7-hidroksimetil lebih aktif dari parent compound. Metabolisme lebih lanjut dari metabolit aktif inactive glucuronide, dan metabolite 7- carboxylic acid juga terjadi.
12
URINARY TRACT ANTI-INFECTIVES
CINOXACIN. 1-ethyl-1,4-dihydro-4-oxo[1,3]dioxolo[4,5g]cinnoline-3-carboxylic acid. Mempunyai sifat antibakteri sama dengan nalidixic dan oxolinic acid pengobatan infeksi saluran urinary yang disebabkan oleh strain bakteri gram (-) yang rentan terhadap zat-zat ini.
13
URINARY TRACT ANTI-INFECTIVES
Studi klinis menunjukkan bahwa obat mempunyai sifat farmakokinetik lebih unggul dari pada pendahulunya. Sehingga konsentrasi cinonaxin yang lebih tinggi dalam urin dicapai setelah pemberian peroral, dibandingkan dengan nalidixic dan oxolinic acid. Cinoxacin diabsorbsi lebih sempurna dan less protein bound dari pada nalidixic acid dan Significantly less metabolized to inactive metabolites than is oxolinic acid (which has been subsequently withdrawn from the market in the United States).
14
URINARY TRACT ANTI-INFECTIVES
NORFLOXACIN. 1-ethyl-6-fluoro-1,4-dihydro-4-oxo-7-(1-piperazinyl)-3-quinoline carboxylic acid. Mempunyai aktivitas broadspectrum terhadap bakteri aerobe gram (+) dan gram (-). Atom fluorine mekan potensi terhadap organisme gram (+), sedangkan piperazine me kan aktivitas pseudomonal.
15
URINARY TRACT ANTI-INFECTIVES
Norfloxacin ditujukan untuk pengobatan infeksi sal urin yang disebabkan oleh E.coli, K. pneumoniae, Enterobacter cloacae, Proteus mirabilis, indole-positive Proteus species, termasuk P. vulgaris, Providencia rettgeri, Morganella morganii, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, S. epidermidis, dan grup D streptococci. Oral absorpsi cepat dan efisien. Lebih kurang 30% dari dosis oral dieksresikan urin dalam 24 jam, dimana 5-8% adalah metabolit yang kurang aktif. Norfloxacin juga aktivitas yang bagus terhadap Neisseria dan Legionella species, tetapi tidak digunakan untuk pengobatan gonorrhea atau Legionnaires.
16
URINARY TRACT ANTI-INFECTIVES
Enoxacin: adalah isostere dari norfloxacin. Sedikit kurang potent in-vitro, tetapi oral absorpsi lebih baik dari pada norfloxacin. Ciprofloxacin: adalah kelompok analog norfloxacin yang paling potent. Juga menunjukkan oral absorpsi yang lebih baik dari norfloxacin dan berubah menjadi aktif metabolit. Perfloxacin: juga kelompok dari norfloxacin, mem[unyai aktivitas yang lebih baik terhadap bakteri gram (+) seperti S. aureus. Juga aktif terhadap Bacillus fragilis anerobe. Perfloxacin has a longer half-life (± 11 jam) than other quinolones and is metabolized to norfloxacin.
17
URINARY TRACT ANTI-INFECTIVES
Amifloxacin is similar to norfloxacin in potency and antibacterial spectrum, but possibly has better oral bioavailability. It is converted to an active metabolite. Ofloxacin is a quinolone derivative that has an oxazine ring bridged between the 1- and 8-positions. Ofloxacin has better oral bioavailability than the other quinolones, but it is generally less active against the Enterobacteriaceae and P. aeruginosa.
18
URINARY TRACT ANTI-INFECTIVES
19
URINARY TRACT ANTI-INFECTIVES
Methenamine, Hexamethylenetetramine (urotropin), tergantung pada pelepasan formaldehid untuk aktivitasnya. Dibuat dengan menguapkan larutan formaldehid hingga hampir kering dengan larutan pekat amonia dalam air. Jika dilarutkan dalam air akan membentuk larutan alkali dan melepaskan formaldehid jika dipanaskan dengan asam-asam mineral.
20
URINARY TRACT ANTI-INFECTIVES
Methenamine is employed internally as a urinary antiseptic for the treatment of chronic urinary tract infections. The free base has practically no bacteriostatic power; acidification to release formaldehyde in the comparatively lower pH of the kidney is required. To optimize the antibacterial effect, the administration of methenamine is generally accompanied by an acidifying agent such as sodium biphosphate or ammonium chlorida. Certain bacterial strains are resistant to the action of methenamine because they elaborate urease, an enzyme that hidrolyzes urea to form ammonia.
21
URINARY TRACT ANTI-INFECTIVES
The resultant high urinary pH prevents the activation of methenamine, rendering it ineffective. This problem can be overcome by the coadministration of the urease inhibitor acetohydroxamic acid (Lithostat) Methenamine Mandelat: sangat mudah larut dalam air. Efektif dengan jumlah asam mandelat yang lebih kecil menghindarkan gangguan lambung jika asam digunakan tersendiri. Methenamin Hippurat: segera diabsorpsi setelah pemberian peroral. Its activity increased in acid urine.
22
URINARY TRACT ANTI-INFECTIVES
Nitrofurantoin is a nitrufuran derivative that is suitable for oral use. It is recommended for the treatment of urinary tract infections caused by susceptible strains of E.coli, enterococci, S. aureus, Klebsiella, Enterobacter, and Proteus species. The most common side effects are gastrointestinal (anorexia, nausea, and vomitting); however, hypersensitivity reactions (pneumonitis, skin rashes, hepatitis, and hemolytic anemia) have occasionally been observed.
23
URINARY TRACT ANTI-INFECTIVES
Phenazopyridine Hydrochloride, 2,6-diamino-3-(phenylazo)pyridine. Walaupun aktif in-vitro terhadap staphylococci, streptococci, gonococci, dan E.coli, tetapi tidak mempunyai aktivitas antibakteri didalam urin. Mempunyai efek lokal analgesik mukosa saluran urin. Usually, it is now given in combination with urinary antiseptics. Misalnya, Azo Gantrisin, kombinasi dengan sulfisoxazole. Azo gantrisin cepat diekresikan dalam urine memberikan warna merah oranye.
24
- obat anti tuberkulosis - obat antilepra
Obat antiinfeksi Obat antimikobakteri Obat antimikobakteri adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan penyakit parasit yang disebabkan oleh mikobakteri, yaitu micobacterium tuberculosis dan M. leprae Dibagi 2: - obat anti tuberkulosis - obat antilepra
25
Obat anti tuberkulosis
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, suatu basil gram positif. Basil mikobakteri ini sangat sukar dibunuh, sesudah pengobatan kemoterapi eliminasi basil dari tubuh sangat pelan sehingga pengobatan infeksi mikobakteri memerlukan waktu cukup panjang.
26
Anti tuberkulosis Mekanisme kerja Etambutol, isoniazid dan tiasetazon memp sifat sbg ligan kelat dengan logam-logam yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroorganisme. Namun sifat diatas tidak selalu dapat menjelaskan mekanisme kerja bbrp obat antituberkulosis. Banyak obat antituberkulosis bekerja dengan menghambat biosintesis dinding sel mikobakteri, protein atau asam nukleat.
27
Antituberkulosis a. Menghambat biosintesis dinding sel mikobakteri.
penghambatan biosintesis dinding sel kelemahan jaringan dinding sel mikobakteri kerusakan membran sel diikuti dengan pecahnya sel karena lisis osmotik shg m.o mati. Obat yang bekerja dengan mekanisme diatas adalah sikloserin dan isoniazid. b. Menghambat biosintesis protein Protein adalah komponen yang penting dalam sistem kehidupan mikobakteri. Penghambatan biosintesis protein kematian mikobakteri. Obat yang bekerja dengan mekanisme diatas adalah Asam p-aminosalisilat dan turunan pra obat nya, pirazinamid, etionamid, protionamid, kanamisin dan streptomisin, serta viomisin.
28
Antituberkulosis c. Menghambat biosintesis asam nukleat Asam nukleat berperan penting pada proses pembelahan sel. Penghambatan biosintesis asam nukleat kematian m.o. Obat yang bekerja dengan mekanisme diatas adalah etambutol dan rifampisin.
29
Berdasarkan struktur kimianya obat antituberkulosis dibagi menjadi:
Turunan salisilat Turunan hidrazida Turunan amida heterosiklik Golongan antibiotik Golongan lain-lain.
30
Obat pertama untuk pengobatan tuberkulosis
Antituberkulosis Turunan salisilat Para amino salisilat, PAS Na, PAS K, benzoilpas Ca, pashidrazid dan fenilaminosalisilat. Para-amino salisilat Obat pertama untuk pengobatan tuberkulosis Biasanya dikombinasi dengan isoniazid dan streptomisin. Penyerapan obat dalam saluran cerna cepat dan sempurna. Kadar plasma maksimal obat dicapai setelah 1 jam pemberian per oral, dengan waktu paro biologis 2 jam.
31
Hubungan struktur dan aktivitas turunan p-amino salisilat.
Antituberkulosis Hubungan struktur dan aktivitas turunan p-amino salisilat. a. Studi modifikasi struktur menunjukkan bahwa aktivitas antituberkulosis maksimum dicapai bila gugus hidroksi berada pada posisi 2 dan gugus amino bebas pada posisi 4. b. Adanya gugus p-amino menghilangkan aktivitas analgesik-antipiretik dari asam salisilat dan merupakan bagian yang khas untuk aktivitas antituberkulosis.
32
Antituberkulosis c. modifikasi struktur turunan aminosalisilat telah dilakukan secara luas, tetapi gagal untuk mendapatkan senyawa yang lebih aktif. d. Bentuk ester atau asil dari gugus amino, menimbulkan efek samping iritasi lambung lebih rendah. Apabila bentuk ester atau asil tsb cukup labil untuk dihidrolisis secara in vivo, kemungkinan dapat digunakan sebagai antituberkulosis. Pembentukan ester fenil, contoh: benzoilpas Na, tidak mempengaruhi aktivitas karena senyawa berfungsi sebagai pra-obat dan mengalami regenerasi menjadi senyawa induk melalui proses hidrolisis yanglambat sehingga memperpanjang masa kerja obat. Bentuk ester fenil ini juga mengurangi efek iritasi pada saluran cerna.
33
Antituberkulosis e. Pembentukan garam Ca dapat menurunkan efek iritasi pada saluran cerna dibanding bentuk asam atau garam Na nya. Bentuk garam K dapat diperlukan bagi penderita yang sedang diet natrium.
34
Contoh: Isoniazid dan Iproniazid. Hubungan struktur dan aktivitas
Antituberkulosis b. Turunan Hidrazida Contoh: Isoniazid dan Iproniazid. Hubungan struktur dan aktivitas Rumus umum.
35
Antituberkulosis a. atom nitrogen ujung dari gugus hidrazid yang bersifat basa sangat penting untuk aktivitas. b. pemindahan gugus hidrazid ke posisi 3 (orto) atau ke posisi 2(meta) senyawa yang kurang aktif. c. mengubah gugus hidrazid dengan gugus karbonil lain, seperti amida dan asam hidroksamat senyawa yang tidak aktif. d. 2,2-dialkil hidrazid menunjukkan aktivitas yang baik; trialkilasi dari hidrazida akan menghilangkan aktivitas. e. Penggantian satu atom H pada N ujung dengan gugus isopropil (iproniazid) meningkatkan aktivitas antituberkulosis dan psikostimulan, tetapi senyawa ini tidak digunakan lagi hepatotoksik.
36
Antituberkulosis Isoniazid Bakterisida, tunggal pencegahan tuberkulosis;kombinasi dengan rifampisin atau pirazinamid atau ethambutol pengobatan tuberkulosis. Isoniazid neuritis perifer, bekerja sebagai antagonis terhadap piridoksin (vit. B6) dan meningkatkan eksresi piridoksin melalui ginjal. untuk pengobatan harus diberikan bersama-sama dengan vit. B6. Kecepatan asetilasi dipengaruhi oleh faktor genetik. Asetilator lambat (Indian Amerika dan Eskimo) relatif ke - an enzim hepatik N-asetil transferase mudah timbul efek samping neuritis perifer dan memerlukan dosis pengobatan < orang normal. Waktu paro rata-rata 3 ± 0,8 jam.
37
Antituberkulosis: isoniazid
Asetilator cepat (Kaukasia,Mesir, Israel dan Skandinavia), relatif kelebihan enzim hepatik N-asetil transferase mudah merangsang timbul hepatitis. Memerlukan dosis pengobatan >orang normal. Waktu paro rata-rata 1,1 ± 0,2 jam. Kadar darah tertinggi obat dicapai 1-2 jam setelah pemberian peroral dan ketersediaan hayati ± 90%. Dosis pencegahan: 300 mg 1 dd atau 4-5 mg/kg bb/hr; pengobatan tuberkulosis: mg/kg bb/hr (oral) atau 300 mg/hr (parenteral); untuk mengurangi gejala neuritis perifer perlu ditambahkan piridoksin mg/hr.
38
Antituberkulosis: turunan amida heterosiklik
c. Turunan Amida Heterosiklik Contoh: pirazinamida, etionamid.
39
Antituberkulosis: Pirazinamid
Pirazinamid. Bakterisid; untuk pengobatan ulang tuberkulosis dan untuk jangka pendek jika diduga penderita sudah kebal terhadap isoniazid. Umumnya dikombinasi bersama dengan obat antituberkulosis lain. Bukan obat primer pada pengobatan tuberkulosis paru hepatotoksik yang potensial. Penyerapan dalam sal. cerna cepat dan hampir sempurna, kadar serum tertinggi dicapai dalam waktu ± 2 jam, waktu paro eliminasi ± jam. Dosis oral: mg/kg bb/hr.
40
Antituberkulosis: Etionamid
Etionamid Aktivitas terhadap mikobakteri ± 1/10 kali < isoniazid toksisitas yang lebih besar penggunaannya terbatas. Digunakan terutama untuk pengobatan ulang tuberkulosis dikombinasi dengan obat tuberkulosis lain. Juga sering digunakan untuk pengobatan lepra. Menyebabkan neuritis perifer karena bekerja sebagai antagonis terhadap piridoksin dan dapat meningkatkan eksresinya melalui ginjal. pengobatan harus diberikan bersama dengan piridoksin mg/hr. Penyerapan dalam sal. cerna cepat, kadar serum tertinggi dicapai dalam ± 3 jam, waktu paro biologis ± 2-4 jam. Dosis oral: 0,5 – 1 g/hr 1 – 3 dd, sesudah makan
41
d. Golongan Antibiotika Streptomisin sulfat dehidrostreptomisin SO4
Antituberkulosis d. Golongan Antibiotika Streptomisin sulfat dehidrostreptomisin SO4 kanamisin SO4 Rifampisin Sikloserin Viomisin SO4 Kapreomisin SO4 .
42
Bakterisida, diisolasi dari Streptomyces griseus.
Antituberkulosis Streptomisin sulfat Bakterisida, diisolasi dari Streptomyces griseus. Dalam suasana asam terhidrolisis streptidin dan streptobiosamin (kombinasi dari L-streptosa dan N-metil-L-glukosamin). Untuk pengobatan tuberkulosis secara i.m., tunggal atau kombinasi dengan isoniazid. Dapat meningkatkan efek obat antituberkulosis yang diberikan per oral (mis. Etambutol dan isoniazid). Juga aktif terhadap kebanyakan bakteri Gram (+) dan Gram (-), digunakan untuk pengobatan beberapa infeksi lain (mis. Bakteri endokarditis, brucellisis dan plaque).
43
Streptomisin sulfat Pemberian jangka panjang dengan dosis besar dapat kerusakan saraf kranial ke 8 dan ketulian. Pemberian peroral, ketersediaanhayatinya < 1% karena penyerapan obat ke saluran cerna kecil. Pemberian secara i.m., diserap cepat dan sempurna.efek tertinggi obatdicapai dalam 30 – 90 menit, waktu paro plasma nya 2 – 3 jam. Dosis i.m. : 20 mg/kg bb 1 dd, selama 2 -3 minggu, kemudian 1 g/hr tiap 2 hr, akhirnya 1 g/2 kali per minggu.
44
Streptomisin sulfat
45
Hubungan struktur dan aktivitas
Streptomisin sulfat Hubungan struktur dan aktivitas Untuk me – I efek toksiknya ,telah dilakukan beberapa modifikasi pada gugus aldehid cincin streptosa sbb: Reduksi menjadi alkohol primer dihidrostreptomisin, yang memp. aktivitas = senyawa induk. Efek toksik terhadap alat keseimbangan < streptomisin tetapi kerusakan fungsi pendengaran lebih besar. Mengubah menjadi oksim, fenilhidrazon dan semikarbazon, senyawa yang kurang aktif. Oksidasi asam karboksilat: menghilangkan aktivitas.
46
2. Dihidrostreptomisin sulfat
Kegunaan yang sama dengan sttreptomisin Dosis i.m. : ekivalen dengan 500 mg dehidrostreptomisin basa, 4 dd. 3. Kanamisin sulfat Bakterisida Dapat dibedakan kanamisin A, B dan C. dalam perdagangan umumnya kanmisin A karena memp toksisitas < B dan C. Efektif terhadap infeksi sal. usus, seperti B. dysentery, dan infeksi sistemik yang disebabkan oleh bakteri Gram (-), seperti Klebsiella, Proteus, Enterobacter dan Serratia, yang sudah kebal terhadap antibiotik lain.
47
Sangat sedikit diserap oleh saluran usus.
Kanamisin sulfat Digunakan untuk pengobatan tuberkulosis secara i.m, tetapi kurang dianjurkan karena sangat cepat terjadi kekebalan. Pemberian jangka panjang dengan dosis besar kerusakan saraf kranial ke 8 dan ketulian. Sangat sedikit diserap oleh saluran usus. Dosis oral untuk infeksi usus : ekivalen dengan 1 g kanamisin basa, 3-4 dd selama 5 – 7 hr. i.m. ekivalen dengan 5 mg/kg bb 3 dd, waktu paro nya 2 – 3 jam.
48
Kanamisin sulfat
49
4. Rifampisin (Rifampin, Rimactan)
Antibiotik semi sintetis, dihasilkan oleh Streptomyces mediterranea. Bakterisida, aktif terhadap sel bakteri yang sedang mengalami multiplikasi dan sel bakteri yang sedang istirahat. Digunakan untuk pengobatan tuberkulosis dan lepra, biasanya dikombinasi dengan obat antituberkulosis lain Pada tuberkulosis dikombinasi dengan etambutol, isoniazid atau streptomisin. Pada lepra dikombinasi dengan dapson atau etionamid. Karena cepat menimbulkan kekebalan, penggunaan obat ini sebaiknya hanya untuk tuberkulosis, lepra, endokarditis akut dan infeksi Neisseria meningitidis.
50
Dosis oral : 600 mg/hr, 1 jam sebelum makan atau 2 jam sesudah makan.
rifampisin Karena sifat lipofilnya, rifampisin dapat menembus dan membunuh mikobakteri dan bakteri diluar dan didalam sel. Penyerapan dalam saluran cerna cepat, ketersediaanhayatinya 90-95%, waktu paro ± 1,5 – 5 jam. Dosis oral : 600 mg/hr, 1 jam sebelum makan atau 2 jam sesudah makan.
51
Hubungan struktur dan aktifitas.
rifampisin Hubungan struktur dan aktifitas. Modifikasi pada bagian alifatik molekul rifampisin penurunan aktivitas. N,N-disubstitusi asetoksi amida (pada atom C3 dan C4) senyawa aktif; tetapi bila dilakukan trisubstitusi, aktivitasnya < rifampisin.
52
Antituberkulosis Antibiotik
Cycloserine, D-(+)-4-Amino-3-isoxazolidinone, adl antibiotik yang diisolasi dari 3 spesies Streptomyces: S. orchidaceus, S. garyphalus, dan S. lavendulus. Cycloserine dianggap bekerja sebagai antibakteri dengan mencegah sintesis dari cross-linking peptida dalam pembentukan dinding sel bakteri. Pada in-vitro, menunjukkkan aktivitas antibiotik yang relatif lemah terhadap bakteri Gram (+) dan Gram (-), tetapi cukup efektif sebagai antituberkulosis.
53
Antituberkulosis Antibiotik
cycloserine Penggunaannya terbatas karena toksisitas. Sebaiknya hanya digunakan sebagai antituberkulosis bila mikobakteri telah kebal terhadap obat lain. Biasanya pemberian secara oral dikombinasikan dengan obat lain, yang sering digunakan adalah kombinasi dengan isoniazid.
54
Antituberkulosis Antibiotik
Viomycin Sulfate Viomycin is a cyclic peptide isolated from a number of Streptomyces species. Penggunaannya dibatasi untuk pengobatan tuberkulosis, kadang-kadang menggantikan streptomisin pada infeksi yang resisten terhadap antibiotik tsb. Viomycin memberikan kerja bakteriostatik terhadap bacillus tubercle dengan mekanisme yang tidak diketahui Viomycin kurang potent dibanding streptomisin, dan toksisitasnya lebih besar. Efek toksik dari viomycin terutama berkaitan dengan saraf kranial ke-8 dan terhadap ginjal.
55
Viomycin merupakan peptida basa yang kuat
Antituberkulosis Antibiotik Viomycin merupakan peptida basa yang kuat Sedikitnya telah diperoleh 2 (dua) komponen dari S. vinaceus Vinactin A dan Vinactin B Juga dijumpai suatu senyawa yang sangat dekat dengan vinactin A, diidentifikasi sebagai vinactin C. Vinactin A merupakan komponen terbesar dari viomycin. Viomycin sulfat: larut dalam air, membentuk larutan dengan pH 4,5 – 7,0; larut dalam alkohol dan pelarut organik lainnya; higroskopis disimpan dalam wadah bertutup rapat. Pemberian: dalam larutan air secara intramuskular
56
Antituberkulosis Antibiotik
57
ANTIVIRAL AGENTS SIFAT-SIFAT VIRUS Virus adalah parasit sellular yang tersusun dari inti asam nukleat yang dikelilingi oleh lapisan protein dikulit luar. Sebagai parasit seluler virus tergantung pada sel host untuk energi dan substrat biokimia dibutuhkan untuk replikasi dan sintesis protein. Virus dewasa hanya mempunyai satu jenis asam nukleat (DNA atau RNA)
58
ANTIVIRAL AGENTS VIRAL CLASSIFICATION Klasifikasi virus berdasarkan berbagai karakteristik seperti kandungan asam nukleat (RNA virus, DNA virus), morfologi, site of replication in the cell (cytoplasma, nucleus), shell composition (nonenveloped, enveloped), and serologic typing. RNA virus: picornaviruses, togoviruses, rhabdoviruses, myxoviruses, reoviruses, and retroviruses. Virus tsb menyebabkan penyakit seperti polio, demam, flu, encephalitis, yellow fever, rubella, rabies, dan AIDS (acquired immune deficiency syndrome)
59
ANTIVIRAL AGENTS DNA virus: herpesviruses, papoviruses, adenoviruses, dan poxviruses. Diseases caused by DNA viruses include cold sores, conjunctivitis, genital herpes, encephalitis, shingles, chickenpox, mononucleosis, smallpox, and upper respiratory infections. Dinegara berkembang diperkirakan > 60% penyakit infeksi disebabkan oleh virus dan hanya 15 % yang disebabkan oleh bacterial infections.
60
Classification of Viruses Causing Disease in Man
ANTIVIRAL AGENTS Classification of Viruses Causing Disease in Man Group agent disease vaccine (Effectiveness) chemotheraphy RNA VIRUSES Picornavirus Enterovirus Polio: three serotypes cause paralysis live and killed vaccines (very effective) None Rhinovirus “Common cold”; over 100 serotypes Coxsackle variety of symptoms
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.