Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

PATOFISIOLOGI HIPERTENSI MENYEBABKAN PENURUNAN FUNGSI PENGLIHATAN

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "PATOFISIOLOGI HIPERTENSI MENYEBABKAN PENURUNAN FUNGSI PENGLIHATAN"— Transcript presentasi:

1 PATOFISIOLOGI HIPERTENSI MENYEBABKAN PENURUNAN FUNGSI PENGLIHATAN

2 PATOFISIOLOGI Hipertensi Perubahan PD Iskemik retina
PD mengalami perubahan patofisiologi sebagai respon terhadap peningkatan TD TAHAP AWAL : PD retina akan mengalami vasokontriksi secara menyeluruh Penebalan intima PD, hiperplasia dinding tunika media dan degenerasi hialin Perubahan PD Iskemik retina Retinopati hipertensif Penjelasan untuk stage 5 : Karena adanya fibrosis dari dinding pembuluh darah, maka pembuluh darah tersebut menjadi tebal dan kurang tembus pandang, sehingga kolom darah menjadi sempit, refleks cahaya lebih jelas, warna kolom darah lebih pucat. Ketebalan dinding arteriola yang bertambah ini, dapat menekan pada vena yang ada di bawahnya, pada tempat persilangan arteri vena sehingga menimbulkan fenomena crossing. Bila proses sclerosis berlanjut, dapat memberikan gambaran copper wire arteriola. Kalau bertambah tebal lagi dapat mengalami kalsifikasi dan terlihat sebagai garis putih sepanjang kolom darah. Kalau menutupi kolom darah, maka arteriola terlihat sebagai kawat perak dan disebut silver wire arteriola.

3 RETINOPATI DESKRIPSI ASOSIASI SISTEMIK MILD Satu atau lebih dari tanda berikut : Penyempitan arteioler menyeluruh atau fokal, AV nicking, dinding arterioler lebih padat Asosiasi ringan dengan penyakit stroke, penyakit jantung koroner dan mortalitas kardiovaskuler MODERATE Retinopati mild dengan satu atau lebih tanda berikut : Perdarahan retina (blot, dot atau flameshape), microaneurysme, Cotton-wool, hard exudates Asosiasi berat dengan penyakit stroke, gagal jantung, disfungsi renal dan mortalitas kardiovaskule ACCELERATED Tanda-tanda retinopati moderate dengan edema papil : dapat disertai dengan kebutaan mortalitas dan gagal ginja

4 NYERI PINGGANG LANSIA

5

6 ETIOLOGI Lumbar “strain” or “sprain” – 70% Degenerative changes – 10%
Herniated disk – 4% Osteoporosis compression fractures – 4% Spinal stenosis – 3% Spondylolisthesis – 2%

7 Spondylolysis, diskogenic low back pain or other instability – 2%
Traumatic fracture - <1% Congenital disease - <1% Cancer – 0.7% Inflammatory arthritis – 0.3% Infections – 0.01%

8 FAKTOR RESIKO BB >> Gaya hidup Pekerjaan

9 Osteoartritis : setelah umur 45 tahun, wanita lebih banyak
Osteoporosis : 25-30% wanita setelah menopause, 1-12% pria

10

11 PATOFISIOLOGI Proteoglikan << Fraktur Bentuk vertebra berubah
Penggunaan salah Gagal fungsi Kompresi Rangsang nosireseptor Nyeri pinggang

12 Mechanical - Muscles and ligaments
Local tenderness, muscle spasm, loss of lumbar lordosis, percussion tenderness over spinous process NO MOTOR/SENSORY/REFLEXIC LOSS

13

14 Radicular low back pain
Herniated intervertebral disc commonest cause but can be foraminal stenosis sec. OA / tumours / infection (rare) TOP TIP not all pain referred down leg is sciatica (facet joint disease / hip / SIJ / piriformis syndrome etc.)

15 Lumbar Spinal Stenosis
Subtle presentation. Bilateral radicular signs should alert to possibility. Pain on walking- worse on flat –(eases if hunched over – shopping trolley sign!) Can be mistaken for Claudication. Admit if progressive / or else CT scan.

16 Inflammatory – Ankylosing Spondylitis
Difficult to diagnose if early stages but: Morning stiffness for > 30 minutes Pain that alternates from side to side of lumbar spine Sternocostal pain Reduced chest expansion Schobers test

17

18

19 BAHAYA History of cancer Unexplained weight loss Intravenous drug use
Prolonged use of corticosteroids Older age Major Trauma Osteoporosis Fever Back pain at rest or at night Bowel or bladder dysfunction

20 ULKUS DEKUBITUS

21 DEFINISI suatu luka akibat posisi penderita yang tidak berubah dalam jangka waktu lebih dari 6 jam nekrosis jaringan lokal yang cenderung terjadi ketika jaringan lunak tertekan diantara tonjolan tulang dengan permukaan eksternal dalam jangka waktu lama

22 FAKTOR RESIKO INTRINSIK
Gangguan input sensorik Gangguan input motorik Perubahan tingkat kesadaran Gips, Traksi, Alat Ortotik dan Peralatan Lain Persepsi thd nyeri hilang Tidak mampu merubah posisi secara mandiri ketika nyeri Kesadaran soporacoma-comatous

23 FAKTOR EKSTRINSIK (yg memperberat)
Gaya gesek Kelembapan Nutrisi buruk -atrofi otot & jaringan subkutan -Hipoalbuminemia -penurunan protein Anemia Demam Usia Kelembapan: Kelembaban menurunkan resistensi kulit terhadap faktor fisik lain seperti tekenan atau gaya gesek

24 Faktor penyebab dekubitus pada lansia
Faktor kondisi fisik lansia itu sendiri Faktor perawatan yang diberikan oleh petugas kesehatan Faktor kebersihan tempat tidur (perubahan kulit, status gizi, penyakit-penyakit neurogenik, pembuluh darah dan keadaan hidrasi atau cairan tubuh) c. alat tenun yang kusut dan kotor atau peralatan medik yang menyebabkan lansia terfiksasi pada suatu sikapntertentu.

25

26 PATOGENESIS DEKUBITUS
Tiga elemen yang menjadi dasar terjadinya dekubitus yaitu: a. Intensitas tekanan dan tekanan yang menutup kapiler b.Durasi dan besarnya tekanan c. Toleransi jaringan Tekanan & intensitas >> = dekubitus >> Durasi lama = dekubitus >> Toleransi jar thd tekanan & penyembuhan luka (malnutrisi)<< = dekubitus >>

27 Bagan ; alur patofisiologi luka dekubitus
Imobilisasi Tekanan yang terlokalisir Peningkatan tekanan arteri kapiler pada kulit Lebih dari 32 mmHg Terhambatnya aliran darah Ulkus dekubitus Iskemik Hiperemia reaktif Nekrosis

28 Gambar Area penonjolan tulang

29 STADIUM DEKUBITUS Tingkat Karakteristik Perawatan dan Pengobatan
Adanya eritma atau kemerahan pada kulit setempat yang menetap, atau bila ditekan dengan jari eritma tidak berubah (tidak tampak putih) II Adanya kerusakan pada epitel kulit yaitu lapisan epidermis atau dermis. Kemudian dapat ditandai dengan adanya luka lecet atau melepuh Perawatan dan Pengobatan

30 III Kerusakan pada semua lapisan kulit atau sampai jaringan subkutan, dan mengalami nekrosis dengan tanpa kapitas yang terdalam IV Adanya kerusakan pada ketebalan kulit dan nekrosis hingga samapai ke jaringan otot bahkan tulang atau tendon dengan kapitas yang dalam.

31 Hubungan Imobilisasi <=> gejala Pneumonia pada Lansia
Kelompok 6

32 Mengapa ronki basah hanya di paru kanan?
suatu benda asing yg teraspirasi lebih mungkin terjebak di dlm bronkus principalis dexter drpd bronkus principalis sinister, karena sudut masuk bronkus dexter lbh kecil dan diameternya lbh besar dan lebih pendek

33 Faktor yg memperburuk fungsi paru pada proses penuaan
Merokok imobilisasi obesitas operasi

34 3 Hal yang menyebabkan Pneumoni pada Lansia
Kondisi fisik penderita(immunocompromised) Lingkungan di mana mereka berada(komunitas atau RS?) Kuman penyebabnya atau virulensinya

35 Diagnosis Pneumonia Diagnosis pneumonia pada lansia ditegakkan jika terdapat 1 kriteria mayor + 2 kriteria minor, didukung oleh adanya infiltrat baru atau perubahan infiltrat yang progresif pada foto thorax. Kriteria mayor : batuk-batuk, sputum produktif, demam (>37,8OC). Kriteria minor : sesak nafas, nyeri dada, konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik, lekositosis (> /mm3).

36 Pneumonia Aspirasi Sering terjadi pada Lansia(10-30%) Terjadi pada pasien yang mengalami bed rest atau penurunan kesadaran Kuman penyebab infeksi sukar diketahui, tetapi pada 87% kasus tadi terdeteksi kuman aerob pada aspiratnya

37 Referensi Buku pulmonologi: L. Tao Buku Gerontologi FK UI

38 Pemeriksaan Fisik Geriatri

39 Pemeriksaan Tanda Vital
Frekuensi nadi Frekuensi pernapasan Tingkat Kesadaran Tekanan darah

40

41 Pemeriksaan Fisik untuk Menilai Sistem
Pemeriksaan Paru dan Pernapasan Pemeriksaan Jantung Pemeriksaan nervus kranial Pemeriksaan Muskuloskeletal Pemeriksaan integumen Dan sebagainya..

42 Low Back Pain

43

44 Pemeriksaan Mata

45

46

47 Pemeriksaan Status Gizi (Antropometri)
Pengukuran Tinggi Badan Pengukuran panjang lutut Pengukuran panjang depa Pengukuran Berat Badan Indeks Massa Tubuh (IMT) Pengukuran Lingkar Perut

48 Formula (Gibson, RS; 1993) Pria                 =  (2.02 x tinggi lutut (cm)) – (0.04 x umur (tahun))  Wanita           =  (1.83 x tinggi lutut (cm)) – (0.24 x umur (tahun)) 

49

50

51   Rendah Sedang Tinggi Pria < 10% 11 – 20 % > 20% Wanita < 17% 18 – 30% > 30%

52

53 Penilaian Skala Nyeri

54 Penapisan Geriatri

55 Activity of Daily Living (ADL)
ADL adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin sehari-hari. ADL merupakan aktivitas pokok bagi perawatan diri. ADL meliputi antara lain : ke toilet, makan, berpakaian (berdandan), mandi, dan berpindah tempat . (Hardywinito &  Setiabudi, 2005).

56 INDEKS ADL BARTHEL NO FUNGSI SKOR KETERANGAN 1 Mengontrol BAB 2
2 Inkontinen/tak teratur (perlu enema) Kadang-kadang inkontinen (1x seminggu) Kontinen teratur Mengontrol BAK Inkontinen/pakai kateter Kadang-kadang inkontinen (hanya 1x/24 jam) Mandiri 3 Membersihkan diri (seka muka, sisir rambut, sikat gigi) Butuh pertolongan orang lain 4 Penggunaan toilet, masuk dan keluar (melepaskan, memakai celana, membersihkan, menyiram) Tergantung pertolongan orang lain Perlu pertolongan pada beberapa kegiatan tetapi dapat mengerjakan sendiri beberapa kegiatan yang lain 5 Makan Tidak mampu Perlu pertolongan memotong makanan 6 Berubah sikap dari berbaring ke duduk Perlu banyak bantuan untuk bisa duduk (2 orang) Bantuan minimal 1 orang

57 12-19 : Ketergantungan ringan 9-11 : Ketergantungan sedang
INDEKS ADL BARTHEL NO FUNGSI SKOR KETERANGAN 7 Berpindah/berjalan 1 2 3 Tidak mampu Bisa (pindah) dengan kursi roda Berjalan dengan bantuan 1 orang Mandiri 8 Memakai baju Tergantung orang lain Sebagian dibantu (mis mengancing baju) 9 Naik turun tangga Butuh pertolongan 10 Mandi Keterangan: 20 : Mandiri 12-19 : Ketergantungan ringan 9-11 : Ketergantungan sedang 5-8 : Ketergantungan berat 0-4 : Ketergantungan total

58 IADL No. Aktivitas Independen (Nilai = 0) Dependen (Nilai = 1) 1.
Telepon Mengoperasikan telepon sendiri Mencari dan menghubungi nomor Menghubungi beberapa nomor yang diketahui Menjawab telepon tetapi tidak menghubungi Tidak bisa menggunakan telepon sama sekali 2. Belanja Mengatur semua kebutuhan belanja sendiri Perlu bantuan untuk mengantar belanja Sama sekali tidak mampu belanja 3. Persiapan makanan Merencanakan, menyiapkan, dan menghidangkan makanan Menyiapkan makanan jika sudah disediakan bahan makanan Menyiapkan makanan, tetapi tidak mengatur diet yang cukup Perlu disiapkan dan dilayani

59 IADL No. Aktivitas Independen (Nilai = 0) Dependen (Nilai = 1) 4.
Perawatan rumah Merawat rumah sendiri atau bantuan kadang-kadang Mengerjakan pekerjaan ringan sehari-hari (merapikan tempat tidur, mencuci piring) Perlu bantuan untuk semua perawatan rumah sehari-hari Tidak berpartisipasi dalam perawatan rumah 5. Mencuci baju Mencuci semua pakaian sendiri Mencuci pakaian yang kecil Mencuci hanya beberapa pakaian Semua pakaian dicuci oleh orang lain 6. Transport Bepergian sendiri menggunakan kendaraan umum atau menyetir sendiri Mengatur perjalanan sendiri Perjalanan menggunakan transportasi umum jika ada yang menyertai Perjalanan terbatas ke taxi atau kendaraan dengan bantuan orang lain Tidak melakukan perjalanan sama sekali

60 IADL No. Aktivitas Independen (Nilai = 0) Dependen (Nilai = 1) 7.
Pengobatan Meminum obat secara tepat dosis dan waktu tanpa bantuan Tidak mampu menyiapkan obat sendiri 8. Manajemen keuangan Mengatur masalah finansial (tagihan, pergi ke bank) Mengatur pengeluaran sehari-hari, tapi perlu bantuan untuk ke bank untuk transaksi penting Tidak mampu mengambil keputusan finansial atau memegang uang Keterangan: 0 : Independen : Kadang-kadang perlu bantuan 2 : Perlu bantuan sepanjang waktu 3-8 : Tidak beraktivitas/dikerjakan oleh orang lain

61 MNA Keterangan: > 24 : Gizi baik 17-23,5 : Berisiko malnutrisi
Skor < 17: Malnutrisi

62 Norton dekubitus Keterangan: < 9 : resiko sangat tinggi : resiko tinggi : resiko sedang >18 : resiko ringan

63

64 Pemeriksaan penunjang

65 Pemeriksaan penunjang pneumonia
Pemeriksaan lab (jumlah leukosit, hitung jenis leukosit, LED) Pemeriksaan dahak, kultur darah, dan serologi Analisis gas darah Gambaran radiologis (foto toraks PA/Lateral)

66

67 Blood gas analysis

68

69

70 Normal chest x-ray

71 normal

72 Consolidation in pneumonia

73

74

75 Biopsi pada ulkus  Biopsi penting pada keadaan luka yang tidak mengalami perbaikan dengan pengobatan yang intensif atau pada ulkus dekubitus kronik untuk melihat apakah terjadi proses yang mengarah pada keganasan. Selain itu, biopsi bertujuan untuk melihat jenis bakteri yang menginfeksi ulkus dekubitus. Biopsi tulang perlu dilakukan bila terjadi osteomyelitis.

76 nutrisi Pemeriksaan keadaan nutrisi pada penderita penting untuk proses penyembuhan ulkus dekubitus. Hal yang perlu diperiksa adalah albumin level, prealbumin level, transferrin level, dan serum protein level.

77 Radiologis pada ulkus Pemeriksaan radiologi untuk melihat adanya kerusakan tulang akibat osteomyelitis. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan sinar-X,scan tulang atau MRI.

78

79

80 Foto x-ray utk dekubitus

81 Penatalaksanaan Kasus Skenario di UGD
Dwitya Noviari

82 Pasien mengalami : Pneumonia Imobilisasi Sulit makan dan minum
Mual dan muntah Nyeri pinggang kanan Hipertensi

83 Sesak Napas Sesak Napas Berikan bantuan oksigen pada pasien hipoksia.
Febris Diberikan antipiretik secara intravena.

84 Dehidrasi Melibatkan pengurangan cairan intrasel dan ekstrasel secara bersamaan dimana 40% dari cairan yang hilang berasal dari ekstrasel dan 60% cairan yang hilang berasal dari intrasel.

85 Mengkoreksi cairan Jenis cairan yang diberikan adalah cairan dekstrosa isotonik. Cairan dapat diberikan intravena ataupun oral jika pasien sadar. Tindakan lain adalah mengatasi penyebab terjadinya dehidrasi.

86 Malas makan pada lansia
BANYAK GIGI YANG TANGGAL MASTIKASI MAKANAN MENURUN DEGENERASI GUSI MALAS MAKAN PENURUNAN PRODUKSI DAN FUNGSI SALIVA SEBAGAI PELICIN MAKANAN KESULITAN PROSES MENELAN MELEMAHNYA OTOT POLOS ESOFAGUS

87 Mual dan Muntah Dapat diberikan Antagonis reseptor H2 seperti ranitidin secara intravena.

88 NGT Apabila terdapat gangguan menelan atau terjadi penurunan kesadaran. Apabila pemberian nutrisi enteral tidak memungkinkan dapat didukung pemberian nutrisi secara parenteral.

89 Penatalaksanaan

90 Imobilisasi Imobilisasi dapat menyebabkan berbagai komplikasi, oleh karena itu dilakukan penatalaksanaan yang tepat terhadap imobilisasi Penatalaksanaan dapat dilakukan meliputi penatalaksanaan farmakologik dan non farmakologik

91 Non Farmakologik Terapi fisik dan latihan jasmani secara teratur
Perubahan posisi secara teratur dan latihan ditempat tidur untuk mencegah terjadinya kelemahan dan kontraktur otot serta kontraktur sendi pada pasien Program latihan jasmani harus disesuaikan dengan kondisi pasien Pada pasien yang mengalami tirah baring total, perubahan posisi secara teratur dan latihan ditempat tidur dapat dilakukan sebagai upaya mencegah terjadinya kelemahan dan kontraktur otot serta kontraktur sendi. Selain itu, mobilisasi dini berupa turun dari tempat tidur, berpindah dari tempat tidur ke kursi dan latihan fungsional dapat dilakukan secara bertahap. Latihan isometris secara teratur 10-20% dari tekanan maksimal selama beberapa kali dalam sehari dapat dilakukan untuk mempertahankan kekuatan isometri. Untuk mencaegah tejadinya kontraktur otot dapat dilakukan latihan gerakan pasif sebanyak satu atau dua kali sehari selama 20 menit

92 Farmakologis Penatalaksanaan farmakologis dapat diberikan sebagai salah satu upaya pencegahan komplikasi akibat imobilisasi, terutama pencegahan terhadap terjadinya trombosis. Terapi antikoagulan dapat diberikan untuk mencegah terjadinya trombosis. Low dose heparin (LDH) dan low molecular weigh heparin (LWMH) merupakan profilaksis yang aman dan efektif.

93 Ulkus dekubitus Non-medikamentosa Medikamentosa

94 Non-Medikamentosa Diet Rehabilitasi medik
Penatalaksanaan ulkus dekubitus dengan nonmedikamentosa adalah meliputi pengaturan diet dan rehabilitasi medik. Seperti telah disebutkan di atas, nutrisi adalah faktor risiko untuk terjadinya ulkus dekubitus Pemberian diet yang tinggi kalori, protein, vitamin dan mineral akan meningkatkan status gizi penderita ulkus dekubitus. Meningkatnya status gizi penderita ini akan memperbaik sistem imun penderita sehingga mempercepat penyembuhan ulkus dekubitus. Terapi rehabilitasi medik yang diberikan untuk penyembuhan ulkusdekubitus adalah dengan radiasi infra merah,  short wave diathermy, dan pengurutan.Tujuan terapi ini adalah untuk memberikan efek peningkatan vaskularisasi sehingga dapat membantu penyembuhan ulkus. Sedangkan penggunaan terapi ultrasonik,sampai saat ini masih terus diselidiki manfaatnya terhadap terapi ulkus dekubitus

95 Medikamentosa Mempertahankan keadaan bersih pada ulkus dan sekitarnya
Mengangkat jaringan nekrotik Menurunkan dan mengatasi infeksi Merangsang dan membantu pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi Tindakan bedah Mempertahankan keadaan bersih pada ulkus dan sekitarnya Keadaan tersebut akan menyebabkan proses penyembuhan luka lebih cepatdan baik. Untuk hal tersebut dapat dilakukan kompres, pencucian, pembilasan, pengeringan dan pemberian bahan-bahan topikal seperti larutan NaC1 0,9%,larutan H202 3% dan NaC10,9%, larutan plasma dan larutan Burowi serta larutan antiseptik lainnya Kompres yang diberikan pada ulkus dekubitus adalah semipermiabel dan tertutup, yang memungkinkan terjadinya pertukaran gas dan transfer penguapan air dari kulit dan mencegah maserasi kulit. Selain itu, kompres dapat mencegah terjadinya infeksi sekunder dan mencegah faktor trauma. Tetapi, kompres initidak berfungsi baik pada pasien dengan diaforesis dan eksudat yang banyak. Beberapa kategori untuk kompres dan topikal yang dapat digunakan adalah antimikrobial, moisturizer, emollient ,topical circulatory stimulant , kompres semipermiabel, kompres kalsium alginate, kompres hidrokoloid dan hidrogel, penyerap eksudat, kompres dari basah/lembab ke kering dan ezim dan cairan ataugel pembentuk film Mengangkat jaringan nekrotik Adanya jaringan nekrotik pada ulkus akan menghambat aliran bebas dari bahan yang terinfeksi dan karenanya juga menghambat pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi. Oleh karena itu pengangkatan jaringan nekrotik akanmempercepat proses penyembuhan ulkus. Terdapat 7 metode yang dapatdilakukan antara lain, • Autolytic debridement  Metode ini menggunakan balutan yanglembab untuk memicu autolisis oleh enzim tubuh. Prosesnya lambat tetapitidak menimbulkan nyeri. • Biological debridement , or maggot debridement therapy .Metode ini menggunakan maggot (belatung) untuk memakan jaringannekrosis. Oleh karena itu dapat membersihkan ulkus dari bakteri. Pada Januari 2004, FDA menyetujui maggot  sebagai live medical devic untuk ulkus dekubitus. •Chemical debridement  or enzymatic debridement  . Metode inimenggunakan enzim untuk membuang jaringan nekrosis. •Mechanical debridement. Teknik ini menggunakan gaya untuk membuang jaringan nekrosis. Caranya dengan menggunakan kasa basah lalumembiarkannya kering di atas luka kemudian mengangkatnya. Teknik inikurang baik karena kemungkinan jaringan yang sehat akan ikut terbuang.Pada ulkus stadium 4, pengeringan yang berlebihan dapat memicu terjadinya patah tulang atau pengerasan ligamen. •Sharp debridement  . Teknik ini menggunakan skalpel atauintrumen serupa untuk membuang jaringan yang sudah mati. • Surgical debridement. Ini adalah metode yang paling dikenal.Ahli bedah dapat membuang jaringan nekrosis dengan cepat tanpamenimbulkan nyeri. •Ultrasound-assisted wound therap. Metode ini memisahkan jaringan nekrosis dari jaringan yang sehat dengan gelombang ultrasonik Menurunkan dan mengatasi infeksi Perlu pemeriksaan kultur dan tes resistensi. Antibiotika sistemik dapat diberikan bila penderita mengalami sepsis dan selulitis. Ulkus yang terinfeksiharus dibersihkan beberapa kali sehari dengan larutan antiseptik seperti larutan H202 3%, povidon iodin 1%, seng sulfat 0,5%. Radiasi ultraviolet (terutamaUVB) mempunyai efek bakterisidal.Antibiotik sistemik kurang dianjurkan untuk pengobatan ulkus dekubitus karena akan menimbulkan resistensi. Antibiotik sistemik yang dapat diberikanmeliputi gologan penicillins, cephalosporins, aminoglycosides, fluoroquinolones, dan sulfonamides. Antibiotik lainnya yang dpat digunakan adalah clindamycin,metronidazole dan trimethoprim. Merangsang dan membantu pembentukan jaringan granulasi danepitelisasi .Untuk mempercepat pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi padaulkus dekubitus sehingga mempercepat penyembuhan dapat diberikan: •Bahan-bahan topikal misalnya: salep asam salisilat 2%, preparatseng (ZnO, ZnSO4). •Oksigen hiperbarik; selain mempunyai efek bakteriostatik terhadap sejumlah bakteri, juga mempunyai efek proliferatif epitel, menambah jaringan granulasi dan memperbaiki keadaan vaskular. Tindakan bedahTindakan bedah bertujuan untuk membersihkan ulkus dan mempercepat penyembuhan dan penutupan ulkus, terutama ulkus dekubitus stadium III & IVdan karenanya sering dilakukan tandur kulit, myocutaneous flap, skin graft sertaintervensi lainnya terhadap ulkus.Intervensi terbaru terhadap ulkus dekubitus adalah Negative Pressure Wound  Therapy , yang merupakan aplikasi tekanan negatif topikal pada luka. Teknik inimenggunakan busa yang ditempatkan pada rongga ulkus yang dibungkus olehsebuah lapisan yang kedap udara. Dengan demikian, eksudat dapat dikeluarkandan material infeksi ditambahkan untuk membantu tubuh membentuk jaringangranulasi dan membentuk kulit baru. Terapi ini harus dievaluasi setiap duaminggu untuk menetukan terapi selanjutnya

96 Gangguan Penglihatan Gangguan refraksi
Penggunaan lensa bifokal pada presbiopi Katarak operasi Glaukoma Medication, laser treatment, surgical treatment, artificial drainage shunt Perbaikan visus : Matur ( visus < 3/60 ) Pekerjaan ( visus < 0,3 ) Indikasi medis : Glaukoma Fakolitik Reaksi Fakoanafilaktik Glaukoma sudut tertutup (intumesens) Penyakit Retina spt Diabetik Retinopati Kosmetik : pupil terlihat hitam Operasi ada dua prinsip, menghancurkan tpt diproduksinya atau memberi jalan kluar Beta-blockers 2. Alpha-2 agonists 3. Prostaglandine analogues 4. Miotics 5. Carbonic anhydrase inhibitors 6. Hyperosmotic agents

97 Terimakasih

98 Komplikasi Imobilisasi

99 Gangguan metabolisme Imobilisasi menyebabkan asam amino tidak digunakan & akan diekskresikan-> menghasilkan nitrogen (akumulasi menyebakan nitrogen negative), kehilangan berat badan , penurunan massa otot, dan kelemahan akibat katabolisme jaringan Immobilisasi menyebabkan pelepasan kalsium ke dalam sirkulasi -> Hiperkalsemia

100 Gangguan fungsi respiratori
Pada posisi berbaring otot diafragma dan interkostal tidak berfungsi dengan baik sehingga gerakan dinding dada juga menjadi terbatas yang menyebabkan sputum sulit keluar dan pasien mudah terkena pneumonia Pneumonia hipostatik adalah peradangan paru- paru akibat stasisnya sekresi. Mucus menumpuk di region yang dependen di saluran pernapasan sangat baik untuk pertumbuhan bakteri, maka terjadi bronkopneumonia hipostatik

101 Gangguan sistem kardiovaskular
Imobilisasi menyebabkan jantung bekerja lebih berat dan kurang efisien sehingga terjadi penurunan sirkulasi volume cairan, pengumpulan darah pada ekstremitas bawah, dan penurunan respon otonom sehingga curah jantung menurun. Resiko pembentukan trombus akibat perubahan aliran darah Pada posisi berdiri, secara normal ml darah dialirkan ke bagian tubuh inferior terutama tungkai. Penyebaran cairan tubuh tersebut menyebabkan penurunan curah jantung sebanyak 20%, penurunan volume sekuncup 35% dan akselerasi frekuensi jantung sebanyak 30%. Pada orang normal sehat, mekanisme kompensasi menyebabkan vasokonstriksi dan peningkatan denyut jantung yang menyebabkan tekanan darah tidak turun. Pada lansia, umumnya fungsi baroreseptor menurun. Tirah baring total selama paling sedikit 3 minggu akan mengganggu kemampuan seseorang untuk menyesuaikan posisi berdiri dari berbaring pada orang sehat, hal ini akan lebih terlihat pada Tiga faktor penyebab thrombus antar lain : hilangnya integritas dinding pembuluh darah (artherosklerosis), kelainan aliran darah karena tirah baring dan immmobilisasi, perubahan unsur darah. lansia.

102 Gangguan fungsi muskuloskeletal
Pengaruh otot terjadi karena pemecahan protein terus menerus sehingga kehilangan masssa tubuh di bagian otot Osteoporosis -> immobilisasi meningkatkan resoprsi kalsium dalam tulang

103 Gangguan sistem integumen
Dekubitus merupakan luka akibat tekanan karena iskemia jaringan yang akhirnya menimbulkan nekrosis jaringan

104 Gangguan eliminasi Batu ginjal -> disebabkan pada posisi datar yang lama, kontaksi ureter tidak dapat melawan gravitasi sehingga urine terakumulasi di pelvis. Akumulasi tersebut merupakan sarang bakteri, menyebabkan infeksi saluran kencing & progresif menyabbkan kristalisasi batu ginjal kalsium akibat hiperkalsemia

105 Imobilisasi dapat menyebabkan konstipasi karena semakin lama feses tinggal di usus besar, absorpsi cairan akan lebih besar sehingga feses akan menjadi lebih keras

106 Terima kasih


Download ppt "PATOFISIOLOGI HIPERTENSI MENYEBABKAN PENURUNAN FUNGSI PENGLIHATAN"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google